Koin Indonesia beraksara huruf Arab?
Dalam sejarah Republik Indonesia pernah beberapa kali mencetak koin dengan tulisan Arab, diantaranya 1 sen (tahun 1952), 5 sen (1951—1954), 10 sen (1951—1954), dan 25 sen (tahun 1952).
Namun setelah era tahun 50-an, aksara Arab dalam mata uang Indonesia lenyap dan digantikan seluruhnya dengan huruf latin.
Aksara Arab Melayu (Jawi) di Nusantara
Di masa lalu pemakaian Aksara Arab Melayu/Jawi telah membudaya di Nusantara. Penggunakan aksara ini dipakai sebagai bahsa di dunia pendidikan, bahasa sastra dan bahasa remi kerajaan se-Nusantara.
Beberapa karya sastra ditulis dengan aksara ini, seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Amir Hamzah, demikian halnya dengan karya-karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan tafsir Qur’an karya Kyai Saleh Darat.
Penggunaannya juga termasuk dalam hubungan diplomatik, kerajaan-kerajaan Nusantara menggunakan aksara Arab Melayu untuk membuat perjanjian perjanjian resmi baik dengan Inggris, Portugis, maupun Belanda.
Di masa sekarang, Pemerintah Indonesia lebih memilih untuk melestarikan aksara latin, dan ironisnya orang-orang yang sehari-hari menggunakan aksara Arab Melayu (aksara daerah), tapi tidak bisa membaca huruf latin, dianggap sebagai orang yang “buta huruf.”
WaLlahu a’lamu bishshawab
Aksara Arab Melayu (Jawi) di Nusantara
Di masa lalu pemakaian Aksara Arab Melayu/Jawi telah membudaya di Nusantara. Penggunakan aksara ini dipakai sebagai bahsa di dunia pendidikan, bahasa sastra dan bahasa remi kerajaan se-Nusantara.
Beberapa karya sastra ditulis dengan aksara ini, seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Amir Hamzah, demikian halnya dengan karya-karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan tafsir Qur’an karya Kyai Saleh Darat.
Penggunaannya juga termasuk dalam hubungan diplomatik, kerajaan-kerajaan Nusantara menggunakan aksara Arab Melayu untuk membuat perjanjian perjanjian resmi baik dengan Inggris, Portugis, maupun Belanda.
Di masa sekarang, Pemerintah Indonesia lebih memilih untuk melestarikan aksara latin, dan ironisnya orang-orang yang sehari-hari menggunakan aksara Arab Melayu (aksara daerah), tapi tidak bisa membaca huruf latin, dianggap sebagai orang yang “buta huruf.”
WaLlahu a’lamu bishshawab
No comments:
Post a Comment