Museum Wajakensis Tulungagung

(bagian 2)
BELAJAR SEJARAH DUNIA DARI TULUNGAGUNG
Tulungagung-Kabupaten Tulungagung yang dulunya bernama Kabupaten Ngrowo merupakan mata rantai dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaaan Dhoho Kediri. Benda cagar budaya koleksi Museum Wajakensis sebagai satu-satunya museum di Kabupaten Tulungagung sudah tercantum dalam mata rantai sejarah dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan kunjungan dan penelitian para arkeolog dari Suriname, Belanda, India, Prancis dan Jerman ke Museum Wajakensis. Kunjungan terakhir dari mahasiswa University of Thailand sebanyak 30 orang yang mengadakan penelitian tentang sejarah ASEAN pada 29 Maret 2013.
Benda koleksi cagar budaya di Museum Wajakensis saat ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni etnografi sebanyak 133 dan koleksi arkeologi sebanyak 103. Benda koleksi cagar budaya tersebut dikumpulkan sejak masa pemerintahan Bupati pertama Tulungagung, yang paling banyak adalah berupa arca dari batu andesit dalam berbagai ukuran. Selain koleksi lain berupa prasasti berukir huruf Jawa Kuno, gerabah peninggalan Cina Kuno, alat-alat pertanian kuno, Al Quran Kuno yang ditemukan di Daerah Majan, termasuk benda cagar budaya lingga yoni, jaladwara, kala, dan benda cagar budaya lainnya, termasuk bentuk perahu kayu kuno yang membuktikan adalah benar bahwa Kabupaten Tulungagung dulunya adalah daerah rawa / Ngrowo. Pengelola meyakini temuan dari masa sejarah tertua di Kabupaten Tulungagung adalah Arca Kera dan patung putri berhasta empat yang masing-masing ditemukan dalam radius 100 meter, oleh warga Sungai Song Kecamatan Kauman pada 23 Mei 2012.
Untuk k unjungan domestik masih terpusat pada rombongan siswa sekolah, khususnya dari beberapa tingkat sekolah dari PAUD hingga SMU di wilayah Kecamatan Kota, Kecamatan Boyolangu dan Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung pada hari-hari aktif sekolah. Wahyu Yuwono, pengelola museum Wajakensis yang juga juru pelihara (dulu-juru kunci) Situs Kanigoro Kecamatan Campurdarat Tulungagung mengatakan,“Penting untuk menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air pada anak-anak sejak dini. Saat ini banyak anak terpengaruh perkembangan teknologi dan budaya asing tanpa filter kedalam kehidupan sehari-harinya. Dengan belajar sejarah leluhur Tulungagung dan nilai-nilai yang tertanam dalam sisa-sisa kejayaan masa lalu melalui benda koleksi cagar budaya di museum ini diharapkan anak-anak pada khususnya mendapat pengetahuan baru. Tidak hanya siswa sekolah, kami sebagai pengelola dengan senang hati berbagi dan menyambut siapapun yang berkunjung di Museum Wajakensis Tulungagung.”  

(Dian AA, Jurnalis Warga Tulungagung, Puskakom – Kinerja USAID)

No comments: