Academus

Seorang pria gaek berpidato panjang lebar. Ia melakukan pembelaan. Suasana persidangan senyap, mendengarkan argumentasinya. Namun, majelis sidang tetap pada pendiriannya, yaitu menjatuhkan hukuman mati kepada lelaki itu. Bentuknya: minum racun!
Peristiwa tersebut sudah terjadi lebih dari 2.500 tahun yang lampau. Ya, lelaki tadi adalah Socrates, salah satu filsuf dunia yang punya pengaruh besar terhadap pemikiran Eropa.
Pidato pembelaannya terpotret dalam buku Apologi. Uniknya, buku ini ditulis oleh muridnya sendiri, Plato. Socrates memang dikenal dengan metode pembelajaran secara lisan. Nah, di antara dialog-dialog yang pernah ia lalukan, sebagian ditulis oleh Plato.
Plato merupakan pendiri Academus, sebuah sekolah filsafat terkemuka pada zaman Yunani kuno. Tak heran jika sekarang tempat menuntut ilmu juga disebut akademi, khususnya di level perguruan tinggi.
Saat Academus berdiri, Plato benar-benar menekankan kesadaran membaca dan menulis. Ia menuliskan banyak pemikiran-pemikiran Socrates, juga pandangannya sendiri. Plato sadar betul bahwa buah pikir Socrates akan musnah apabila hanya mengandalkan budaya lisan.
Academus merupakan tonggak kesadaran budaya literasi yang membuka wahana baru bagi pemikiran manusia modern. Pada masanya, banyak gagasan dan teori filsafat serta keilmuan yang coba diabadikan dalam bentuk tulisan.
Saat ini masyarakat dunia masih bisa membaca filsafat-filsafat yang pernah disampaikan oleh Socrates maupun Plato. Tentu saja dalam bentuk buku. Padahal, mereka hidup jauh ribuan tahun silam.
Sejarah pada masa itu terekam lewat tulisan melalui kesadaran budaya literasi yang dicanangkan Plato lewat Academus. Ini sudah cukup menjadi bukti bahwa yang tertulis akan abadi. Sebuah warisan yang tak ternilai. Bagaimana dengan kita?
Sidoarjo, 22 Mei 2013
Eko Pra

No comments: