Kisah Haji Rasulullah yang Ternyata Menjadi Pertama dan Terakhir
Kisah haji Rasulullah SAW yang ternyata menjadi pertama dan terakhir. Pada 25 Zulqaidah 10 Hijrah, Nabi Muhammad SAW berangkat haji dengan membawa semua isterinya. Beliau berangkat bersama ribuan umat Islam . Penulis-penulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan ada pula yang menyebutkan 114.000 orang.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menggambarkan rombongan besar umat Islam ini berangkat dibawa oleh iman. Jantung mereka penuh kegembiraan, penuh keikhlasan, menuju ke Baitullah yang suci.
Tatkala rombongan ini sampai di Dhu'l-Hulaifa, mereka berhenti dan tinggal selama satu malam di sana. Keesokan harinya, Rasulullah SAW sudah mengenakan pakaian ihram . Begitu juga anggota rombongan lainnya.
"Mereka semua masing-masing mengenakan kain selubung bagian bawah dan atas. Mereka berjalan semua dengan pakaian yang sama, yaitu pakaian yang sangat sederhana. Dengan demikian mereka telah melaksanakan suatu persamaan dalam arti yang sangat jelas," tutur Haekal
Dengan seluruh kalbu Nabi Muhammad telah menghadapkan diri kepada Tuhan dengan mengucapkan talbiah yang diikuti pula oleh kaum Muslimin dari belakang:
"Labbaika Allahumma labbaika, labbaika la syarika laka labbaika. Alhamdu lillah wan-ni'matu wa'sy-syukru laka labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika."
("Kupenuhi panggilanMu, ya Allah, kupenuhi panggilanMu. Kupenuhi panggilanMu. Tiada bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilanMu. Puji, nikmat dan syukur kepunyaanMu. Kupenuhi panggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilanMu.")
Lembah-lembah dan padang sahara bersahut-sahutan menyambut seruan ini, semua turut berseru dengan penuh iman. Ribuan, ya puluhan ribu kafilah itu menyusuri jalan antara Madinat'r-Rasul dengan Kota Mesjid Suci.
Haekal menggambarkan, mereka berhenti pada setiap mesjid, menunaikan kewajiban sambil menyerukan talbiah, sebagai tanda taat dan syukur atas nikmat Allah. Dengan penuh kesabaran ia menantikan saat ibadah haji akbar itu tiba.
Dengan hati rindu, dengan jantung berdetak penuh cinta akan Baitullah. Padang-padang pasir seluruh jazirah, gunung-gunung, lembah-lembah dan padang tanaman yang segar menghijau, terkejut mendengarnya, dengan kumandangnya yang bersahut-sahutan; suatu hal yang belum pernah dikenal, sebelum Nabi yang ummi ini, Rasul dan Hamba Allah ini datang memberkahinya.
Tatkala rombongan itu sampai di Sarif - suatu tempat antara jalan Mekkah dan Madinah Nabi Muhammad SAW berkata kepada sahabat-sahabatnya:
"Barangsiapa di antara kamu tidak membawa binatang kurban dan ingin menjadikan (ihram) ini sebagai umrah, lakukanlah; tetapi yang membawa binatang kurban jangan."
Pada saat jamaah haji sudah sampai di Mekkah pada hari keempat Zulhijjah, Rasulullah SAW cepat-cepat menuju Kakbah diikuti oleh kaum Muslimin yang lain.
Kemudian beliau menyentuh hajar aswad dan menciumnya, lalu bertawaf di Kakbah sebanyak tujuh kali dan pada tiga kali yang pertama beliau berlari-lari seperti yang dilakukan pada waktu 'umrat'l-qadza'.
Setelah melakukan sholat di Maqam Ibrahim beliau kembali dan sekali lagi mencium hajar aswad. Kemudian beliau keluar dari mesjid itu menuju ke sebuah bukit di Shafa, lalu melakukan sa'i antara Shafa dan Marwa.
Kurban dalam Haji
Selanjutnya Nabi Muhammad berseru supaya barangsiapa tidak membawa ternak kurban untuk disembelih, jangan terus mengenakan pakaian ihram. Ada beberapa orang yang masih ragu-ragu. Atas sikap yang masih ragu-ragu ini, Rasulullah SAW bersabda:
"Apa yang kuperintahkan, lakukanlah."
Dalam keadaan masih gusar itu Nabi Muhammad SAW memasuki kubahnya, sehingga Aisyah bertanya: "Kenapa jadi marah?"
"Bagaimana takkan marah, aku memerintahkan sesuatu tidak dijalankan."
Ketika ada salah seorang sahabat menemuinya ia masih dalam keadaan marah. "Rasulullah," katanya, "orang yang membuat tuan jadi marah akan masuk neraka."
Ketika itu Rasul menjawab: "Tidak kau ketahui, bahwa aku memerintahkan sesuatu kepada mereka tapi mereka masih ragu-ragu? Jika aku menghadapi tugasku, aku takkan pernah mundur! Aku tidak membawa ternak kurban itu kemari sebelum aku membelinya. Sesudah itu aku melepaskan ihram seperti mereka juga." Kisah ini diriwayatkan Muslim.
Haekal mengatakan setelah kaum Muslimin mengetahui, bahwa Rasulullah sampai marah, ribuan mereka segera melepaskan pakaian ihramnya dengan perasaan menyesal. Juga isteri-isteri Nabi, Fatimah puterinya seperti yang lain juga melepaskan pakaian ihramnya. Yang masih mengenakan ihram hanya mereka yang membawa ternak kurban.
Sementara kaum Muslimin sedang menunaikan ibadah haji, Ali bin Abi Thalib pun kembali dari ekspedisinya ke Yaman. Ia sudah mengenakan pakaian ihram sebagai persiapan pergi haji setelah diketahuinya bahwa Rasulullah memimpin jamaah berhaji.
Ketika ia menemui Fatimah dan dilihatnya sudah melepaskan kain ihram, hal itu ditanyakannya. Fatimah menerangkan bahwa Nabi memerintahkan mereka supaya melepaskan ihram itu waktu umrah. Ia pun segera pergi menemui Nabi, hendak melaporkan hasil perjalanannya ke Yaman. Selesai laporan itu Nabi berkata:
"Pergilah bertawaf di Kakbah kemudian lepaskan ihrammu seperti teman-temanmu yang lain."
"Rasulullah," kata Ali, "Saya sudah mengucapkah ihlal seperti yang Rasulullah ucapkan."
"Kembalilah dan lepaskan ihrammu seperti dilakukan teman-temanmu yang lain," kata Nabi lagi.
"Rasulullah," demikian Ali berkata, "Ketika saya mengenakan ihram, saya sudah berkata begini: Allahumma Ya Allah, saya berihlal seperti yang dilakukan oleh NabiMu, HambaMu dan RasulMu Muhammad."
Nabi bertanya, kalau-kalau dia sudah mempunyai binatang kurban. Setelah oleh Ali dijawab tidak, Rasulullah membagikan binatang kurban yang dibawanya itu kepada Ali. Dengan demikian Ali tetap mengenakan ihram dan melakukan manasik haji akbar sampai selesai.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment