Wacana Sunni - Syiah di Indonesia (1)

Salaam. Ini hanya share saja. Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan. Tentang wacana Sunni versus Syiah di Indonesia, saya sih melihatnya hal yang wajar. Maklum informasi sekarang ini lebih terbuka dan setiap orang mudah dalam akses informasi, khususnya adanya internet. Menjadi tidak wajar kalau dari fenomena Sunni versus Syiah ini berakibat dengan kekerasan, pengucilan, penjarahan, dan pembakaran seperti dialami di Sampang, Madura.
Sekarang ini era terbuka sehingga yang dahulu dianggap tabu pun bisa dibongkar. Panas dalam pikiran boleh, tetapi jangan sampai anarkis dan serang menyerang yang berakibat merugikan kehormatan dan lingkungan Indonesia.

Mengapa yang demikian terjadi dan bagaimana menyikapinya? Menjawab yang begini cukup berat dan sebenarnya simple kalau orangnya tidak memedulikannya. Bagi yang punya kepentingan yang biasanya menjadi masalah. Saya sendiri tidak terlalu menyoalkannya, kalau pun sedikit mengikuti wacana tersebut sekadar buat tambahan wawasan keagamaan.

Pertama, bagi lingkungan yang non akademis, saya kira memang cukup rentan kalau bicara yang demikian. Di pesantren biasa, salafi atau NU, dan Muhammadiyah, yang hanya merujuk satu aliran dalam kajian Islam pasti saat muncul yang beda akan cukup kaget. Mereka hanya memegang satu mazhab atau hanya itu yang diakses atau dipegangnya maka akan merasa kebakaran jenggot kalau aliran atau pemahaman agama yang dipegangnya dikritik orang. Seharusnya dianggap wahana penambahan ilmu. Tapi jarang orang yang bisa demikian. Biasanya langsung serang balik, bahkan dengan mengeluarkan kalimat yang kurang santun yang tidak mencerminkan orang Islam. Harusnya dikaji lagi yang dikritik tersebut, siapa tahu memang benar. Tentunya harus merujuk dengan sumber yang benar. Boleh tanya juga, tapi harus pada ahlinya, atau kalau ini menyangkut mazhab, ya harus tanya langsung pada pengikut atau tokohnya. Kalau cari informasinya kepada orang yang bukan ahli atau bukan tokohnya bisa-bisa bukan informasi yang benar yang muncul malah “embusan angin” yang memperkeruh suasana tenteram yang terancam.
Kedua, bagi lingkungan akademis seperti UIN Bandung, dialog yang bersifat sektarian hal yang biasa. Bahkan, salah satu mata kuliah dasar umumnya adalah ilmu kalam (teologi) yang membahas aliran atau mazhab Islam, termasuk mazhab Sunni dan Syiah. Semua mazhab yang ada dalam Islam dikaji secara ilmiah. Saya merasa beruntung karena dengan belajar di UIN, saya menjadi tahu perbedaannya.
Saya lihat dialog Sunni Syiah di negeri kita ini akan semakin cenderung mengarah pada upaya persatuan dan persaudaraan. Dengan saling mengenal perbedaan yang kemudian muncul sikap toleran, saya kira itu akan menunjukkan Islam sebagai rahmatan lil muslimin. Tapi, kalau itu dianggap sesuatu yang “bahaya” bagi eksistensi salah satu mazhab, ya berarti harus dikaji kembali: mengapa sampai demikian?
Jawabannya: kemungkinan belum mempelajari Islam secara menyeluruh, baik sejarah maupun Dirasah Islamiyah (Ilmu-ilmu Islam) yang lebih komprehensif. Sekarang ini kalau mau belajar tentang mazhab atau aliran sangat mudah: tinggal beli buku dan baca. Tentunya yang dibaca adalah buku yan ditulis oleh orang yang memeluknya atau yang ahli atau akademisi. Kalau yang bukan, bisa-bisa informasinya salah dan keluar dari yang sebenarnya.

AHMAD S

No comments: