Wacana Sunni-Syiah di Indonesia (2)
Pada
November lalu dalam Harian Republika, Pak Ma’ruf Amin dari MUI
mengeluarkan pernyataan tentang fatwa Syiah dari MUI Jawa Timur yang
menyesatkan komunitas Islam Syiah di Sampang. Kemudian dijawab dengan
tinjauan ilmiah oleh Ustadz Jalal yang dikenal tokoh IJABI (Ikatan
Jamaah Ahlulbait Indonesia). Keduanya dimuat dalam koran Harian
Republika dan dapat search di internet.
Saya kira dialog demikian: Pak Ma’ruf dan Ustadz Jalal yang bersifat ilmiah dalam media
berbentuk tulisan atau dalam seminar terbuka harus terus dilakukan. Semakin sering berdialog akan makin ketahuan beda dan lemah tidaknya sebuah argumen yang menopang eksistensi sebuah aliran atau mazhab Islam. Kemudian dari sana pula masyarakat dapat menilai mana yang kuat dan memiliki sumber yang menyambung pada sumber Islam: Allah dan Rasul-Nya.
Saya juga sempat ikut serta dalam kegiatan mereka. Saya bahkan pernah ikut kajian mereka saat masa kuliah. Yang beda dengan yang umum atau yang berkembang di masyarakat, para pengikut mazhab Islam Syiah mengikuti Ahlulbait Rasulullah saw dalam kepemimpinan Islam (Imam Ali dan keturunannya yang kemudian disebut Imam-Imam Syiah) dan dalam hadis merujuk hadis Nabi yang diriwayatkan dari Ahlulbait dan sahabat terpilih. Juga menggunakan hadis-hadis dari muhadis Sunni seperti Bukhari, Muslim, Al-Hakim, Turmudzi, An-Nasai, Ahmad, Suyuthi, dan lainnya dalam menyampaikan argumen-argumen dalam menyampaikan doktrin-doktrin ushuluddin (aqidah) dan furuddin (fikih dan amaliah Islam).
Misalnya
tentang kepemimpinan Imam Ali sebagai washi dan maula dirujuk dari ahli
hadis Muslim dan Turmudzi. Dalil sumber Islam, yaitu Kitabullah dan
Itrah Ahlulbait pun dirujuk dari Muslim, Al-Hakim, Turmidzi, Ahmad, Thabrani, Thahawi dan dishahihkan Syaikh Nashiruddin Albany dalam kitabnya Silsilah Al-Hadits Al-Shahihah.
Dalam
Shahih Muslim juz II halaman 279 bab Fadhail Ali, telah diceritakan
dari Zuhair bin Harb dan Shuja’ bin Makhlad dari Ulayyah yang berkata
Zuhair berkata telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim dari
Abu Hayyan dari Yazid bin Hayyan yang berkata: Aku, Husain bin Sabrah
dan Umar bin Muslim pergi menemui Zaid bin Arqam. Setelah kami duduk
bersamanya berkata Husain kepada Zaid: ‘Wahai Zaid sungguh engkau telah
mendapat banyak kebaikan. Engkau telah melihat Rasulullah SAW,
mendengarkan hadisnya, berperang bersamanya dan shalat di belakangnya.
Sungguh engkau mendapat banyak kebaikan wahai Zaid. Coba ceritakan
kepadaku apa yang kamu dengar dari Rasulullah SAW.
Berkata
Zaid: “Hai anak saudaraku, aku sudah tua, ajalku hampir tiba, dan aku
sudah lupa akan sebagian yang aku dapat dari Rasulullah SAW. Apa yang
kuceritakan kepadamu terimalah,dan apa yang tidak kusampaikan janganlah
kamu memaksaku untuk memberikannya.
Lalu
Zaid berkata: ”Pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di hadapan kami
di sebuah tempat yang bernama Ghadir Khum seraya berpidato, maka Beliau
SAW memanjatkan puja dan puji atas Allah SWT, menyampaikan nasehat dan
peringatan. Kemudian Beliau SAW bersabda: ‘Ketahuilah wahai manusia
sesungguhnya aku hanya seorang manusia. Aku merasa bahwa utusan Tuhanku
(malaikat maut) akan segera datang dan Aku akan memenuhi panggilan itu.
Dan Aku tinggalkan padamu dua pusaka (Ats-Tsaqalain). Yang pertama
Kitabullah (Al-Quran) di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya,maka
berpegang teguhlah dengan Kitabullah”.
Kemudian
Beliau SAW melanjutkan: “Dan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada
Allah akan Ahlul Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul
Bait-Ku, kuperingatkan kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku.”
Lalu Husain bertanya kepada Zaid: ”Hai Zaid siapa gerangan Ahlul Bait itu? Tidakkah istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait?”
Jawabnya:
“Istri-istri Nabi termasuk Ahlul Bait. Tetapi yang dimaksud Ahlul Bait
di sini adalah orang yang tidak diperkenankan menerima sedekah setelah
wafat Nabi SAW.”
Husain bertanya: “Siapa mereka?”
Jawab Zaid: ”Mereka adalah Keluarga Ali, Keluarga Aqil, Keluarga Ja’far dan Keluarga Ibnu Abbas.”
“Apakah mereka semua diharamkan menerima sedekah (zakat)?” tanya Husain.
“Ya,” jawabnya.
Hadis
di atas terdapat dalam Shahih Muslim, perlu dinyatakan bahwa yang
menjadi pesan Rasulullah SAW itu adalah sampai perkataan “kuperingatkan
kalian kepada Allah akan Ahlul Bait-Ku.” Sedangkan yang selanjutnya
adalah percakapan Husain dan Zaid perihal Siapa Ahlul Bait. Yang menarik
bahwa dalam Shahih Muslim di bab yang sama Fadhail Ali, Muslim juga
meriwayatkan hadis Tsaqalain yang lain dari Zaid bin Arqam dengan
tambahan percakapan yang menyatakan bahwa Istri-istri Nabi tidak
termasuk Ahlul Bait, berikut kutipannya: “Kami berkata “Siapa Ahlul
Bait? Apakah istri-istri Nabi? Kemudian Zaid menjawab ”Tidak, Demi
Allah, seorang wanita (istri) hidup dengan suaminya dalam masa tertentu
jika suaminya menceraikannya dia akan kembali ke orang tua dan kaumnya.
Ahlul Bait Nabi adalah keturunannya yang diharamkan untuk menerima
sedekah.”
Dalam
kitab Mustadrak As-Shahihain Al Hakim, Juz III halaman 110, telah
diceritakan dari Abu Bakar bin Ishaq dan Da’laj bin Ahmad Al Sijzi yang
keduanya mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Azraq bin
Ali yang mendengar dari Hasan bin Ibrahim Al Kirmani yang mendengar dari
Muhammad bin Salamah bin Kuhail dari Ayahnya dari Abu Tufail dari Ibnu
Wathilah yang mendengar dari Zaid bin Arqam ra yang berkata: “Rasulullah
SAW berhenti di suatu tempat di antara Mekkah dan Madinah di dekat
pohon-pohon yang teduh dan orang-orang membersihkan tanah di bawah
pohon-pohon tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mendirikan shalat, setelah
itu Beliau SAW berbicara kepada orang-orang. Beliau memuji dan
mengagungkan Allah SWT, memberikan nasehat dan mengingatkan kami.
Kemudian Beliau SAW berkata” Wahai manusia, Aku tinggalkan kepadamu dua
hal atau perkara, yang apabila kamu mengikuti dan berpegang teguh pada
keduanya maka kamu tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah (Al Quranul
Karim) dan Ahlul BaitKu, ItrahKu.”
Dalam
Musnad Ahmad jilid V halaman 189, Abdullah meriwayatkan dari Ayahnya
dari Ahmad Zubairi dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin Hishan dari
Zaid bin Tsabit ra, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu, Kitabullah dan Ahlul
BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang ke telaga
Al Haudh bersama-sama.”
Dalam
Musnad Ahmad jilid V hal 181-182, terdapat riwayat dari Abdullah dari
Ayahnya dari Aswad bin ‘Amir, dari Syarik dari Rukayn dari Qasim bin
Hishan, dari Zaid bin Tsabit, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda:”Sesungguhnya Aku meninggalkan dua khalifah bagimu Kitabullah,
tali panjang yang terentang antara langit dan bumi atau diantara langit
dan bumi dan Itrati Ahlul BaitKu. Dan Keduanya tidak akan terpisah
sampai datang ke telaga Al Haudh.”
AHMAD S
No comments:
Post a Comment