Bikin Merinding, Kisah Sihir di Negeri Firaun
Sihir dianggap sebagai salah satu senjata tak terlihat dan mematikan yang paling berbahaya, karena memiliki kemampuan untuk mencapai hasil yang fatal tanpa terlihat. Terutama ketika para penyihir menggulingkan Dinasti Mamluk dan raja-raja, hingga merenggut nyawa banyak orang.
Sejarah sihir kembali ke zaman paling kuno, dan umat manusia telah menunjukkan banyak penyihir yang menjadi terkenal hingga hari ini. Terdapat beberapa penyihir paling terkenal di belahan Timur Tengah dalam sejarahnya, yang menjalani kehidupan yang penuh keanehan.
Di Mesir, dahulu ada penyihir bernama Sayed Al-Husseiny Al-Falaki. Dia adalah tokoh terkenal di kalangan penyihir. Hidupnya penuh dengan rahasia dan peristiwa misterius. Dia menghabiskan hidupnya melayani jin dan bekerja dengan mereka untuk mencapai tujuannya sendiri dan membuat jin mematuhi perintahnya.
Terlepas dari kekuasaan dan tiraninya, akhir hidup Al Falaki tragis dan menyakitkan. Al-Husseini Al-Falaki lahir di Mesir dan tidak diketahui persis kapan ia lahir. Dia menyebabkan kerugian bagi banyak orang dengan kekuatan magis supranaturalnya.
Tidak seperti penyihir zaman dulu, Al Falaki menyebarkan ketakutan melalui sihirnya dengan cara yang juga modern, yaitu lewat film yang ditayangkan di televisi. Saat itulah ketenarannya meningkat, ketika ia memperkenalkan jin ke setiap rumah dalam film berjudul 'Aada Li Yantaqim (Kembali untuk Balas Dendam).
Film ini diproduksi pada 1988. Sutradara film tersebut menghadirkan Al Hussein Al Falaki sebagai pemeran figuran dengan karakter spiritualis. Namun kenyataannya Al Falaki menipu semua orang dengan mengucapkan mantra sihir dan jimat selama pembuatan film. Kehancuran mulai menyebar ke mana-mana setelah film tersebut diproduksi.
Ini karena banyak kru yang memperhatikan kehadiran orang tak dikenal di depan kamera yang membuat gerakan-gerakan aneh. Penonton film tersebut juga memperhatikan hal-hal aneh yang terjadi pada mereka setelah menonton film tersebut. Akibatnya, film ini dilarang penayangannya.
Film tersebut dibintangi oleh mendiang artis Izzat Alalili dan disutradarai oleh Yassin Ismail Yassin. Peristiwa dalam film tersebut berkisar pada Hashem, yang kehilangan putrinya dalam kecelakaan mobil yang menyebabkan dia merasa sangat bersalah terhadap putrinya.
Kemudian dia mulai mendengar suara-suara aneh di vila tempat dia tinggal. Pada awalnya, dia mengira itu adalah suara misterius putrinya, kemudian dia mengetahui bahwa itu adalah suara anak lain, memberitahunya bahwa seseorang terkemuka di masyarakat telah menggunakan nama anak tersebut untuk mewarisi warisannya, termasuk vila dan tanah miliknya, tempat anak itu dikuburkan.
Dia pun mencari bantuan seorang penyembuh spiritual sutradara film membawa salah satu figuran untuk berperan sebagai penyembuh spiritual. Namun sutradara film menginginkan kredibilitas yang lebih kuat. Di situlah ia menghadirkan Sayed Al-Husseini Al-Falaki, penyihir yang kontroversial.
Kehidupan Al Falaki berakhir tragis dan misterius. Pada 2003, dia tewas dengan cara yang tidak dapat dipahami dan mengerikan. Kematiannya masih menjadi misteri hingga saat ini, karena ia ditemukan tewas dengan cara yang tidak dapat dijelaskan di rumahnya.
Juga tidak ada bukti yang jelas mengenai penyebab kematiannya. Laporan forensik tidak mengungkapkan adanya indikasi bahwa ia terkena racun atau masalah kesehatan yang mendadak.
Sihir di Mesir sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Saat itu penyihir di Mesir kuno bukanlah sekadar penyihir. Mereka memiliki status khusus. Beberapa firaun pun seorang penyihir. Kelas ilmu sihir yang paling terkenal di era Mesir kuno adalah kelas yang disebut "al-Kahanah al-Murtalun". Sihir diajarkan di kuil, dan tidak semua orang diizinkan untuk mempelajarinya.
Catatan kuno berupa papirus menyimpan beberapa cerita sihir di Mesir kuno. Misalnya, seorang penyihir menemukan perselingkuhan istrinya dengan seorang pemuda, sehingga dia membuat buaya kecil dari lilin, dan menunggu sampai pemuda itu turun ke kolam, lalu melemparkan buaya lilin dan membacakan jimat kepadanya, dan buaya lilin itu berubah menjadi buaya nyata yang melahap pemuda itu.
Ada puluhan literatur asing yang menulis tentang "sihir di Mesir kuno", tetapi secara umum diyakini bahwa ada dua jenis sihir di zaman firaun. Pertama adalah sihir putih, yang berguna untuk pencegahan atau sihir pertahanan. Kedua adalah sihir hitam, yang berbahaya negatif yang mungkin datang dalam bentuk kutukan dan mantra.
No comments:
Post a Comment