Penaklukan Fasa dan Darabgird: Kisah Mimpi dan Karamah Khalifah Umar bin Khattab
Suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan Abu Musa al-Asy'ari berangkat dari Basrah, dan bergabung dengan pasukan yang dipimpin Utsman bin Abil-As dalam perang penaklukan Persia .
Gabungan pasukan tersebut sama-sama menaklukkan Arrajan dengan jalan damai atas dasar membayar jizyah dan lcharaj. Kemudian keduanya membebaskan Syiraz, juga penduduk akan mendapat jaminan atas dasar kharaj, kecuali mereka yang mau meninggalkan tempat.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan oleh Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000) mengisahkan bahwa mereka tak boleh dibunuh atau diperbudak.
Sama halnya dengan ketika membebaskan Siniz di kawasan Ardasyir dan mereka biarkan penduduk mengolah tanah sendiri. Kemudian Usman bin Abil-As memasuki Darabgird (Darabjird).
Bagi orang Persia tempat ini merupakan pusat ilmu dan agama. Harbaz mengadakan persetujuan dengan mereka atas dasar pembayaran uang yang diberikan kepadanya serta persamaan penduduk dengan yang lain, yang negerinya telah diduduki di Persia. Kemudian perdamaian serupa juga diadakan dengan kota Fasa tak jauh dari Darabgird.
Sumber Balazuri mengenai penaklukan Fasa dan Darabgird berbeda dengan Tabari dan mereka yang mengutip dari dia. Mereka menyebutkan bahwa yang memasuki kedua kota itu Sariah bin Zunain.
Setelah mencapai markas pasukan Persia di kedua kota itu ia berhasil mengepung dalam waktu yang cukup lama. Mereka meminta bala bantuan dan yang datang bergabung kepada mereka orang-orang Kurdi Persia, dan pihak Persia sendiri dari segenap penjuru.
Sesudah dengan kekuatan yang begitu besar tak seimbang dengan kekuatan pasukan Muslimin, keesokan harinya mereka bermaksud melakukan serangan.
Malam itu Umar bin Khattab bermimpi melihat fajar sudah menyingsing dan dimulainya pertempuran, posisi kedua pihak serta jumlah mereka, dan bahwa pasukan Muslimin yang di padang pasir kalau tetap di sana mereka akan dikepung, dan kalau berlindung ke sebuah gunung di sana dan gunung akan berada di belakang mereka, mereka tak akan dapat dijangkau selain dari satu arah.
Ini lebih menjamin mereka memperoleh kemenangan. Pagi harinya, pada waktu ia melihat mereka dalam mimpinya itu, dimintanya seseorang berseru: Waktu salat sudah tiba!
Kemudian ia berpidato di depan orang banyak dengan mengatakan: "Saudara-saudara! Saya melihat kedua pasukan itu." Selanjutnya diceritakannya apa yang sudah dilihatnya itu. Kemudian sementara ia berpidato itu ia berteriak: "Hai, Sariah bin Zunaim! Gunung, gunung! Setelah itu ia menghadap kepada orang banyak itu sambil berkata: Prajurit Allah banyak, barangkali di antaranya ada yang akan menyampaikan kepada mereka!"
Ketika itu Sariah sedang mengumpulkan anggota-anggota pasukannya dan berlindung ke gunung. Dari sana mereka menghadapi pasukan Persia dari satu jurusan, maka mereka pun mendapat kemenangan sehingga banyak pasukan Persia yang terbunuh.
Dari antara rampasan perang itu mereka berhasil merebut peti yang berisi permata. Sariah meminta barang itu dari pasukannya lalu dikirimkan berikut berita kemenangan itu kepada Umar.
Ketika utusan Sariah sampai di Madinah, Umar sedang membagi-bagikan makanan kepada orang banyak dan dia pun ikut makan bersama-sama mereka. Setelah selesai utusan itu mengikutinya sampai ke rumahnya.
Umar mengira orang itu belum makan, maka diajaknya masuk ke dalam rumahnya. Makanan Khalifah segera disiapkan, terdiri atas roti, minyak, garam dan biji-bijian yang digiling.
Setelah melihat persediaan itu Umar memanggil istrinya: "Mengapa Anda tidak keluar dan ikut makan?" tanyanya.
Istrinya menjawab: "Saya mendengar ada suara orang."
"Memang," kata Umar.
Istrinya menimpalinya lagi: "Kalau Anda ingin saya tampil di depan laki-laki lain, tentu Anda tidak akan membelikan pakaian macam begini buat saya!"
Umar balik bertanya: "Anda tidak senang disebut Umm Kalsum putri Ali dan istri Umar?!"
Umm Kulsum menjawab dari baik tabirnya dengan nada tidak puas, bahkan dengan nada marah: "Alangkah jauhnya untuk dikatakan cukup buat saya!"
Umar menoleh kepada laki-laki itu seraya berkata: "Kemari dan makanlah. Kalau perempuan itu senang hati tentu makan kita lebih baik dari yang Anda lihat ini!"
Selesai Umar dengan hidangan itu, berita mengenai Sariah segera disampaikan oleh orang itu. Umar tampak gembira. Kemudian disampaikan juga berita tentang peti permata dan bahwa dari pasukan Muslimin Sariah diminta untuk memberikannya kepada Amirulmukminin.
Dengan muka merengut dan suara tinggi Umar berkata: "Tidak, tak perlu bermurah-murah hati! Kembalilah dan bagikan kepada anggota-anggota pasukan."
Umar membuka pintu dan orang itu diusirnya ke luar. "Orang itu meminta maaf dan mengatakan bahwa untanya sangat kurus dan sudah letih. Umar memberinya seekor unta dari sedekah, dan unta orang itu sebagai gantinya. Sesudah mendapat marah besar, orang itu kembali pulang dengan tangan kosong.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment