Kemenangan Muslim di Khurasan, Merv, Merv Ruz dan Balkh: Kisra Meminta Suaka ke Turki
Kemenangan Muslim di Khurasan, Merv, Merv Ruz dan Balkh selanjutnya Kisra meminta suaka ke Turki dikisahkan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan oleh Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab " (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).
Dikisahkan, tatkala Ahnaf bin Qais melangkah ke perbatasan Khurasan dengan kekuatan satu brigade yang pimpinannya oleh Umar bin Khattab diserahkan kepadanya itu, Yazdigird ketika itu tinggal di Merv.
Khurasan adalah sebuah daerah yang luas. Dari arah barat berbatasan dengan Irak-Persia, dan di sebelah timurnya Afganistan dan India, sedang Kirman dan Sijistan di selatannya dan di bagian utaranya membentang jauh sampai ke perbatasan Iran.
Di antara kota-kotanya yang berarti ialah Nisyapur, Herat, Merv dan Balkh.
Ketika itu Khurasan kaya dengan hasil bumi, kerajinan tenun kain katun dan sutra yang bermutu tinggi. Ketika berada di tempat itu Yazdigird berusaha mengerahkan penduduk agar membendung para penyerang itu dari tanah nenek moyangnya yang masih tersisa.
Dia lupa atau pura-pura lupa bahwa dia telah memobilisasi semua kekuatan Persia dan ditumpahkan semua ke Nahawand sehingga di sana terjadi pertempuran besar-besaran. Tetapi pasukan Muslimin berhasil menghancurkan mereka sampai lumat.
Sebenarnya para sejarawan Muslim tidak berlebihan ketika menamakan pertempuran Nahawand itu sebagai kemenangan dari segala kemenangan.
Sesudah itu dalam beberapa pertempuran yang terjadi di utara dan di selatan Persia pihak Persia sudah tidak lagi dapat bertahan dari pasukan Muslimin.
Khurasan sendiri tidak pula kurang bertahannya dari yang lain. Ketika Ahnaf bin Qais memasuki Khurasan dari Tabasin, tidak mendapat perlawanan yang berarti hingga sampai di Herat.
Herat adalah sebuah kota besar terletak di jantung Khurasan, dikelilingi gunung-gunung dari segala jurusan. Air pun mengalir bercabang-cabang sampai di rumah-rumah dan di jalan-jalan, dengan jaringan perdagangan yang luas sehingga membuatnya menjadi kota yang paling kaya dan makmur.
Dengan demikian ia dapat menyimpan perbekalan makanan selama berbulan-bulan. Di samping itu, letaknya secara alami memang sangat kuat, apalagi setelah diperkukuh dengan benteng-benteng dan tembok-tembok yang mengelilinginya, yang akan mampu menangkis setiap serangan yang datang dari luar.
Sungguhpun begitu, ternyata Ahnaf bin Qais tidak sampai begitu lama menghadapi kota itu. Sesudah ia dapat menerobos dengan paksa mereka pun tunduk dan meminta damai.
Jatuhnya Herat ini suatu tanda akan jatuhnya seluruh Khurasan. Setelah sebuah pasukan berkuda ditempatkan di kota itu dia mengirim kekuatan bersenjatanya ke Nisyapur dan ke Sarakhas.
Dia sendiri berangkat memimpin angkatan bersenjatanya menuju Merv dan Syahijan, tempat Yazdigird bermukim. Kota Merv yang menjadi ibu kota Khurasan dan kota terbesar, terletak di utara Herat dan letak Nisyapur di antara keduanya. Tetapi secara alami letaknya tidak sekuat Herat, tanahnya datar, jauh dari pegunungan, tetapi air dan bahan makanan cukup banyak dan mudah diperoleh.
Oleh karena itu tak lama setelah Yazdigird mendengar perjalanan Ahnaf ke Merv ia pergi ke Merv Ruz (Marw ar-ruz), sebuah kota di dekatnya, terletak di atas sebuah sungai besar yang dijadikan benteng pula. Tetapi Ahnaf tidak memberi kesempatan ia berkubu di sana.
Bala bantuan yang datang dari Kufah memungkinkannya untuk terus membuntuti perjalanannya dan untuk kali lagi mengguncang Kisra itu. Ia pergi lagi dari Merv Ruz ke Balkh.
Ahnaf berhenti di Merv Ruz. Sesudah yang dari Kufah datang mereka berangkat ke Balkh yang kemudian disusul oleh Ahnaf ketika mereka mengepung kota yang terletak di perbatasan Persia dengan Takharistan itu.
Wajar sekali apabila perlawanan Balkh tidak lebih dari perlawanan Herat atau Merv. Juga sudah wajar jika Yazdigird kemudian lari lagi dari kota itu.
Lari dari pasukan Muslimin buat dia sudah menjadi kebiasaannya. Dengan memimpin pasukan Kufah Ahnaf memasuki Balkh. Setelah yakin dia bahwa kota ini sudah tunduk, ia menempatkan Rib'i bin Amir di sana dan daerah sekitarnya. Dia sendiri kemudian kembali ke Merv Ruz, yang kemudian dipakai sebagai markas pasukannya dan tempat tinggal para komandannya.
Suaka
Buat Yazdigird, sudah tak ada lagi tempat menetap atau tempat pelarian di kerajaannya. Oleh karena itu sekali ini ia lari dengan menyeberangi sungai yang memisahkan Persia dengan negeri Tatar.
Kemudian ia memasuki Samarkand dan tinggal di rumah seorang Khaqan (raja, penguasa) Turki meminta suaka. Sebelumnya ia sudah menulis surat kepada Khaqan Turki itu dan kepada Kaisar China.
Sejak Merv Syahijan ia sudah meminta bala bantuan agar ikut melawan pasukan Muslimin. Tetapi ia merasa para utusannya itu sudah terlalu lama belum kembali membawa jawaban.
Setelah terdesak oleh pasukan Muslimin dan ia pergi berlindung kepada Khaqan Turki itu, timbul kesombongan Khaqan ini karena merasa telah dapat menyelamatkannya.
Khaqan Turki ini barangkali melihat kemajuan pasukan Muslimin itu telah mengancam kerajaannya sendiri, maka lebih dulu ia harus mencegah mereka menginjakkan kakinya di tanah kerajaannya.
Berlindungnya Kisra kepadanya itu dapat dipakai sebagai alasan untuk membangkitkan harga diri bangsanya. Khaqan mengumpulkan pasukannya dan mengerahkan bersama-sama dengan penduduk Farganah dan Safad, kemudian semua mereka berangkat disertai juga oleh Yazdigird untuk menghadapi pasukan Muslimin di Khurasan.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment