Semangat Para Ulama Generasi Salafush Shalih dalam Mencari Nafkah

Semangat Para Ulama Generasi Salafush Shalih dalam Mencari Nafkah
Para ulama dari generasi salafus shalih (ulama terdahulu) sangat bersemangat dalam mencari nafkah. Karena mereka memahami mencari nafkah adalah sumber mendapatkan rezeki yang halal dan berkah dari Allah Subhanahu wa Taala. Foto ilustrasi/ist
Para ulama dari generasi salafus shalih (ulama terdahulu) sangat bersemangat dalam mencari nafkah . Karena mereka memahami mencari nafkah adalah sumber mendapatkan rezeki yang halal dan berkah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dalam buku Mukhtasar Al Fiqh Al Islami karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at-Tuwaijri, disebutkan bahwa seorang muslim ketika berusaha dan bekerja mencari nafkah adalah sebagai bentuk pelaksanaan perintah Allah Ta'ala. Bagi para ulama, mencari nafkah juga untuk mendapatkan keridhaan Allah Ta'ala karena untuk mematuhi perintah Allah Ta'ala.

Mencari nafkah yang halal juga bentuk menghidupkan sunnah Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. Para ulama salafus shalih juga yakin bahwa ketika mencari nafkah, maka Allah Ta'ala akan menggerakkan kepadanya rezeki yang baik.

Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu 'anhu, ia berkata: “Penghasilan yg sedikit (dari pekerjaan yg nampak rendah tapi halal) itu lebih baik drpd meminta-minta (kebutuhan pribadi atau keluarga) kepada orang lain.”

Sehingga para ulama generasi As-Salafush Shalih akan bersemangat dalam bekerja dan mencari nafkah halal demi mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga mereka. Sehingga tidak ada di antara mereka yang suka mengemis atau meminta-minta dan menjadi beban hidup bagi orang lain.

Allah Ta'ala pasti memberi petunjuk agar mereka mendapat harta yang halal dan berkah lalu menafkahian harta atau penghasilannya ke jalan yang baik pula. Generasi ulama terdahulu mencontoh bagaimana bersemangatnya para nabi ketika bekerja. Misalnya di bidang pekerjaan pertukangan, industri dan kerajinan tangan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada Nabi Nuh Alaihissallam :

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا


“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami ..” (QS. Hud : 37).

Allah juga Allah telah memberikan kemampuan berindustri membuat baju-baju besi kepada Nabi Daud Alaihissallam :

وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ فَهَلْ أَنْتُمْ شَاكِرُونَ


“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperangan; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah)”. (QS. Al Anbiya’ : 80).

Dari kalangan ulama salaf juga banyak diceritakan semangat mereka saat mencari nafkah. Seperti dikutip dari kitab Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al-Ashbahani.

Dari Hammad bin Said rahimahullah, ia berkata: “Ayub rahimahullah berkata padaku; ‘Tetaplah kau berdagang, karena sesungguhnya kamu senantiasa mulia dan terhormat di hadapan saudara²mu selagi kamu tidak mengajukan kebutuhanmu kepada mereka.”

Dari Artho-ah rahimahullah, ia berkata : “Adalah Dhomroh bin Habib apabila sdg mengerjakan sholat, maka aku katakan (dalam batinku),

‘Ia adalah manusia paling zuhud (yakni tdk berambisi dan merasa butuh kpd harta dunia).’ Dan apabila ia sdg bekerja mencari nafkah, aku pun mengatakan (pada diriku), ‘Ia adalah orang yg paling semangat dlm mencari nafkah.”

Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu, ia berkata : “Sungguh aku sangat suka mengkonsumsi makanan yg diperoleh dari jerih payah tanganku sendiri.”

Jadi, giat dalam bekerja atau mencari nafkah dengan landasan iman, takwa dan tawakkal kepada Allah Ta'ala menghindarkan seseorang dari segala perbuatan yang haram seperti mencuri, menipu, bertransaksi dengan barang haram dan nahkah haram lainnya.

Wallahu A'lam.
(wid) Widaningsih

No comments: