Muslim Afrika Selatan Bantu Gandhi Perangi Ketidakadilan

Muslim Afrika Selatan Bantu Gandhi Perangi Ketidakadilan. Mahatma Gandhi

Muslim Afrika Selatan Bantu Gandhi Perangi Ketidakadilan. Mahatma Gandhi

Foto: Telegraph
Gandhi tiba di Afrika Selatan pada 1893.
Masyarakat India baru-baru ini merayakan peringatan 152 tahun kelahiran ikon kebebasan India, Mohandas Karamchand Gandhi atau yang dikenal sebagai Mahatma Gandhi. Seorang pengacara Afrika Selatan dalam kesempatan yang sama berusaha mengingat kontribusi keluarga Muslim dalam membantu Gandhi melawan ketidakadilan.

Gandhi tiba di Afrika Selatan pada 1893 dan dalam waktu singkat menjadi pemimpin komunitas India dan bekerja sebagai pengacara dan aktivis hingga 1914. Dengan kata-katanya sendiri, dia menyebut lahir di India tetapi dibuat di Afrika Selatan.

"Keluarga Muslim membantu Gandhi dengan murah hati, menjamu dan membiayainya saat ia mendirikan operasinya di wilayah Natal dan Afrika Selatan,” kata seorang pengacara terkemuka, Saber Ahmed Jazbhay, dikutip di Anadolu Agency, Ahad (3/10).

Bisnis Muslim pada saat itu disebut sebagian besar dipengaruhi oleh penindasan kolonial dan rasialisme. Gandhi tidak hanya memengaruhi orang India di Afrika Selatan. Semua ras tersentuh oleh filosofinya, karena ia menunjukkan ada alternatif untuk setiap kekerasan.

Saat menandai seratus tahun gerakan non-kekerasan Gandhi pada Januari 2007, mendiang Nelson Mandela mengakui filosofi Gandhi telah berkontribusi pada transformasi damai dan berusaha menyembuhkan perpecahan yang diciptakan oleh praktik apartheid. Pengacara Jazbhay, yang mulai mempelajari filosofi Gandhi pada awal 1970-an, mengatakan ajarannya masih relevan di abad ke-21.

 

“Gandhi memulai gerakan non-kekerasannya saat berada di Johannesburg pada 1906. Gandhi muda diundang ke Afrika Selatan untuk mewakili perusahaan bisnis Dada Abdullah, yang dimiliki oleh sebuah keluarga Muslim, mengenai perselisihan yang melibatkan tanah dan bisnis mereka di Johannesburg,” lanjutnya.

Ketika Gandhi meninggalkan Johannesburg untuk melakukan perjalanan ke KwaZulu-Natal, dia menyadari betapa buruknya perlakuan terhadap orang India. Dia sendiri merasakan dikeluarkan dari kereta karena bepergian di gerbong kelas satu, yang hanya diperuntukkan bagi orang kulit putih.

“Tujuan keseluruhan dari mereka yang membantu Gandhi adalah melihat dia mendapatkan keadilan sosial yang mereka inginkan,” kata pengacara ini.

Ketika banyak pemimpin Afrika yang memerangi kolonialisme dan memuji Gandhi karena filosofinya, akhir-akhir ini ada upaya menggambarkannya sebagai sosok yang rasialis. Mereka menilai Gandhi membela hak-hak orang India yang hanya tinggal di Afrika Selatan dan mengabaikan penduduk kulit hitam.

Pada 2018, patung Gandhi dipindahkan dari Universitas Ghana, hanya dua tahun setelah diresmikan oleh Presiden India Pranab Mukherjee. Beberapa partai politik di Afrika Selatan juga meminta penghapusan undang-undang Gandhi di Johannesburg, di Gandhi Square yang ikonik.

Tetapi beberapa kelompok advokasi pro-Gandhi, termasuk cucunya Ela Gandhi, dengan keras menentang tuduhan rasialisme terhadap ikon kebebasan India ini. Mustafa Mheta, seorang peneliti yang berbasis di Johannesburg mengatakan konsep mencapai tujuan melalui non-kekerasan telah kehilangan relevansinya di Afrika.

“Mayoritas orang memiliki kemarahan yang begitu mendalam di dalam diri mereka. Sebagian besar kemarahan itu timbul dari negara yang memperlakukan rakyatnya 'secara brutal' atau dari kesulitan ekonomi," kata Mheta.

Di sisi lain, anggota eksekutif Media Review Network sebuah lembaga riset yang berbasis di Johannesburg, Iqbal Jassat, mengatakan Afrika sedang menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari kemiskinan, kekurangan gizi, pengangguran, masalah pengungsi, ditambah dengan korupsi dan kediktatoran.

“Mengatasi ini membutuhkan penentangan tegas yang sayangnya, seperti yang dibuktikan di Mesir dan di tempat lain, disambut dengan represi kekerasan,” katanya. 

https://www.aa.com.tr/en/africa/-south-african-muslims-helped-gandhi-fight-against-injustice-/2381017

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

No comments: