Bukti Penyebar Islam Pertama di Australia Dari Nusantara

Siapa sangka ternyata penyebar Islam pertama di Australia berasal dari Nusantara. Mereka adalah para nelayan dan pedagang Makassar yang berhubungan dengan suku Aborigin di Australia pada abad ke 16 dan 17, jauh sebelum bangsa kulit putih datang ke benua itu.
Para nelayan dan pedagang Makassar saat itu sudah merambah pesisir utara Australia Barat, Australia Utara dan Queensland. Mereka berdagang dengan suku Aborigin dan mencari teripang yang bernilai ekonomis tingg i.
Sembari berdagang dan mencari teripang, mereka juga jadi penyebar Islam pertama di Australia dengan berbagai cara termasuk melalui perkawinan. Bukti-bukti otentik kehadiran mereka tersimpan rapi di Museum Islam Australia.
“Jauh sebelum bangsa kulit putih datang ke Australia, sudah ada hubungan kuat antara suku Aborigin dan para nelayan muslim dari Makassar, pada abad ke 16 dan abad ke 17,” ujar Dr Mahmoud Mohammed, Collections and Conservation Manager Islamic Museum of Australia kepada rombongan jurnalis Visit Victoria.
Bukti-bukti kehadirin para nelayan dan pedagang Makassar sebagai penyebar Islam pertama di Australia salah satunya adalah temuan kesamaan sejumlah kosa kata bahasa Makassar dan suku Aborigin. Bukti lainnya adalah temuan lukisan perahu Makassar di gua-gua suku Aborigin di pesisir barat dan utara Australia. Juga beberapa makam nelayan dan pedagang Makassar di sejumlah lokasi.
Sedianya replika kapal nelayan Makassar akan dipajang di galeri Museum Islam Australia dalam waktu dekat. Lokasinya di lantai 2, persis di depan papan penjelasan tentang masuknya Islam pertama kali ke benua Australia.
Selain para nelayan dan pedagang Makassar, kata Dr Mahmoud Mohammed, para imigran muslim dari berbagai Negara jajahan Inggris di Afrika juga sudah mulai datang ke Australia pada akhir abad ke 17. Disusul para penunggang unta dari Afghanistan yang punya andil besar dalam penyebaran Islam di Australia pada abad ke 18.
Tenaga mereka dibutuhkan untuk mengendalikan unta yang efektif membawa barang dan proyek pembangunan rel kereta api di pedalaman Australia dengan medan berat berupa gurun. Di antaranya proyek pembangunan jaringan rel kereta api antara Port Augusta dan Alice Springs, yang kemudian dikenal sebagai Ghan. Jalur kereta api dilanjutkan hingga ke Darwin pada 2004.
Dikutip dari laman Kedutaan Besar Australia, para penunggang unta ini juga memegang peran penting dalam pembangunan jalur darat Adelaide dan Darwin pada 1870 – 1872, yang akhirnya menghubungkan Australia dan London lewat India.
Melalui karya awal ini, sejumlah kota ‘Ghan’ berdiri di sepanjang jalur kereta api. Banyak dari antara kota-kota ini yang memiliki sedikitnya satu masjid, biasanya dibangun dari besi bergelombang dengan menara kecil.
Namun, kehadiran kendaraan bermotor dan transportasi lori bermesin menandai akhir era penunggang unta. Sementara sebagian dari mereka pulang ke negara asalnya, yang lainnya bermukim di daerah dekat Alice Springs dan daerah lain di Australia Utara.
Banyak yang menikah dengan penduduk Asli setempat. Keturunan penunggang unta Afganistan sejak itu berperan aktif dalam berbagai komunitas Muslim di Australia.
Sejumlah kecil Muslim juga direkrut dari koloni Belanda dan Inggris di Asia Tenggara untuk bekerja di industri mutiara Australia pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Masjid pertama di Australia didirikan di Marree di sebelah utara Australia Selatan pada 1861.
Masjid besar pertama dibangun di Adelaide pada 1890, dan satu lagi didirikan di Broken Hill (New South Wales) pada 1891.
Kini jumlah populasi penduduk Muslim di Australia tumbuh pesat. Sensus penduduk terbaru pada 2016 mencatat jumlah penduduk muslim di Australia sebesar 604.000 orang dari keseluruhan jumlah penduduk Australia sejumlah 24,4 juta orang.

Padahal, sensus sebelumnya pada 2006 mencatat jumlah penduduk muslim Australia sebanyak 341.000 orang. Artinya, dalam rentang waktu 10 tahun, jumlah penduduk muslim di Australia naik nyaris 100 persen.
Di Kota Melbourne, panduduk muslim tersebar di berbagai kawasan. Di Queen Victoria Market misalnya, Okezone berjumpa dengan pedagang muslim dari Indonesia, Malaysia dan Afghanistan. Pemandangan serupa juga dijumpai di South Melbourne Market. Sejumlah pedagang yang dijumpai berasal dari Pakistan dan Turki.
Di kawasan Sydney Road Brunswick lebih massif lagi, banyak pedagang dan pemilik restoran muslim yang berasal dari Afrika, Lebanon, Turki, Afghanistan dan beberapa negara lain. Mereka rata-rata generasi kedua atau ketiga dan sudah menjadi penduduk resmi Australia.

Okz

No comments: