Cerita Manusia Burung dan Patung Jihad di Museum Islam Australia

Belajar tentang Islam tak melulu harus ke Timur Tengah atau negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam. Di Australia yang mayoritas penduduknya non muslim, islam juga hadir dengan ciri khas tersendiri. Dakwah yang dihadirkan juga berbeda, seperti yang dilakukan oleh pengelola museum Islam Australia.
Di museum Islam Australia, para pengunjung diajak untuk mengenal wajah islam secara menyeluruh. Targetnya tak hanya untuk umat Islam, penganut agama lain juga diajak mengenal agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu, sehingga tercipta toleransi antar umat beragama.
Melalui media tulisan, infografis, foto, video, alat peraga hingga karya seni, para pengunjung betul-betul disajikan asupan bergizi tapi tak membosankan tentang apa itu Islam. Konsep jihad, keimanan, tata cara beribadah hingga sejarah Islam semua tersaji lengkap dan mudah dicerna.


“Tujuan dibangunnya museum ini memang untuk memberikan pendidikan tentang Islam,” ujar Dr Mahmoud Mohammed, Collections and Conservation Manager Islamic Museum of Australia kepada rombongan jurnalis Visit Victoria.
Resmi dibuka pada 2014, museum Islam Australia dibangun oleh warga Australia keturunan Uni Emirat Arab, Moustafa Fahour dan istrinya Maysaa Fahour, sebagai respons atas tragedi WTC di Amerika yang mengubah cara pandang masyarakat terhadap Islam.
Museum Islam Australia memiliki ratusan koleksi yang dipajang di gedung seluas 1500 meter persegi di Anderson Road, Thornbury, Melbourne, Victoria. Koleksi-koleksi tersebut tersebar di lima galeri yang ada di gedung berlantai dua itu.
Galeri pertama berisi tentang Islamic Faith, galeri kedua tentang Islamic Contribution to Civilization, galeri ketiga tentang Islamic Art, galeri keempat tentang Islamic Architecture dan galeri kelima tentang Australian Muslim History.
Sebelum masuk gedung utama, para pengunjung akan disuguhi pemandangan berupa kaligrafi yang menghiasai gedung utama hingga bangunan di bagian belakang. Hiasan-hiasan inilah yang membedakan Museum Islam Australia dengan bangunan-bangunan lain di sekitarnya, sehingga mudah ditemukan. Bagian muka gedung utama Museum Islam Australia yang dominan cat warna putih dibalut tulisan kaligrafi Alquran Surah Yusuf.
نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ اَحۡسَنَ الۡقَصَصِ بِمَاۤ اَوۡحَيۡنَاۤ اِلَيۡكَ هٰذَا الۡقُرۡاٰنَ ‌ۖ وَاِنۡ كُنۡتَ مِنۡ قَبۡلِهٖ لَمِنَ الۡغٰفِلِيۡنَ‏
Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.
Kemudian di atas gambar kaligrafi ada tulisan Islamic Museum Australia. Di bagian muka gedung juga terpasang, panel berukuran cukup besar yang disandarkan pada dinding. Di beberapa bagian panel terdapat lubang-lubang kecil dengan ukuran beragam, sebagai representasi suku Aborigin.


Adapun warna panel coklat tua menggambarkan warna khas tanah di pedalaman Australia. Warna putih, lubang pada panel dan warna panel menggambarkan berpadunya islam, Aborigin dan Australia.
Berikutnya masuk ke bagian dalam museum. Di galeri pertama pengunjung akan diajak memahami ajaran-ajaran dasar tentang Islam. Yaitu, pelajaran akidah, rukun islam, rukun iman, biografi Nabi Muhammad SAW, prinsip makanan halal dan sejarah kekhalifahan islam.
Materi-materi di atas disajikan secara interaktif. Misalnya, rukun islam ditulis dalam lima pilar berjajar. Video tentang tata cara haji pun disajikan melalui layar lebar dan penjelasan memadai.
Di galeri kedua, kontribusi umat Islam dalam peradaban dunia di kupas tuntas. Galeri ini memuat sumbangsih Islam terhadap peradaban dunia dalam berbagai bidang seperti astronomi, matematika, navigasi, kesehatan, sastra dan lain sebagainya.
Perhatian pertama di galeri ini pasti akan tertuju pada sosok pria bersurban yang membentangkan tangannya seperti manusia burung dengan dua sayap dan badan mirip pesawat. Ternyata dia adalah ilmuwan muslim, Abbas ibn Firnas, penemu rancangan pesawat terbang jauh sebelum Wright bersaudara. Kemudian ada lagi penemu permainan catur yang ternyata juga ilmuwan muslim.
Selain sosok Abbas ibn Firnas, dua patung kembar berwarna emas dengan judul Big Jihad juga menjadi perhatian utama di ruangan ini. Patung tersebut merupakan karya Abdul-Rahman Abdullah, seniman multidisipliner sekaligus pemahat komersil yang berasal di Perth.
Big Jihad mengeksplorasi makna jihad yang lebih luas, di mana dalam Islam merupakan pergulatan internal dalam diri/jiwa kita (ego atau kemauan diri) atau jihad melawan hawa nafsu.

Pada galeri ketiga, beragam karya seni dari berbagai seniman muslim disajikan secara artistik. Dr Mahmoud Mohammed menyebutkan, karya-karya seni ini diganti secara berkala sesuai tema yang diangkat. Biasanya dilakukan tiga bulan sekali.
Selanjutnya, dilantai dua terdapat galeri keempat yang menyajikan informasi seputar arsitektur Islam. Mayoritas gambar yang disajikan adalah arsitektur masjid-masjid unik dan bersejarah di dunia. Di sini juga terdapat sebuah monitor interaktif yang akan mengumandangkan suara azan dari berbagai negara sesuai pilihan pengunjung. Mesin tersebut dilengkapi dengan peta dunia.
Kemudian di galeri kelima, pengunjung akan disuguhi sejarah masuknya Islam di Australia, masjid pertama di Australia serta para muslim Australia yang berkontribusi besar dalam berbagai bidang. Terdapat juga sebuah layar lebar berisi film dokumenter tentang sejarah Islam di Australia.

No comments: