3 Hal Penyebab Melemahnya Iman

3 Hal Penyebab Melemahnya Iman
Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di antara kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul

SEPULANG dari rutinitas harian, seorang suami tiba-tiba mengeluh di depan istrinya, “Kalau seperti ini kapan ktia bisa punya apa yang kita inginkan,” ucapnya sembari melemparkan jaketnya ke dalam kamar.

“Setiap hari bekerja, tetapi tidak ada perubahan yang bisa dicapai,” keluhnya dilanjutkan.

Beruntung sang istri bisa membesarkan hati sang suami, sehingga keluhan itu bisa dibendung, sehingga mereka bisa kembali mensyukuri nikmat Allah Ta’ala atas kehidupannya, sehingga keimanan dalam dada terus mengalami pelemahan demi pelemahan.

Dan, berikut lima perkara yang bisa melemahkan keimanan seseorang dalam menjalani kehidupan.

Pertama, menuruti angan-angan

Terkadang, secara tiba-tiba seseorang bisa saja mengalami kekesalan, merasa apa yang diupayakan tidak akan bisa mencapai apa yang diinginkan, yang telah lama menjadi angan-angan dalam hidupnya.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membuat segi empat, kemudian membuat garis panjang hingga keluar dari persegi tersebut, dan membuat garis-garis kecil dari samping menuju ke tengah.

Kemudian beliau berkata, ‘Inilah manusia, dan garis yang mengelilingi ini adalah ajalnya, dan garis yang keluar ini adalah angan-angannya.

Garis-garis kecil ini adalah musibah dalam hidupnya, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini, jika ia lolos dari ini, ia akan ditimpa dengan ini.” (HR. Bukhari).

Demikian juga yang sudah tidak lagi diuji dengan masalah ekonomi, tetapi hidupnya telah diperkuda ambisi. Sehari-hari hanya pusing menghendaki ambisinya menjadi kenyataan.

Dari Anas beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anak Adam akan menjadi tua dan hanya tersisa darinya dua hal: ambisi dan angan-angannya.” (HR. Baihaqi).

Di sinilah setiap Muslim penting memahami makna dan implementasi dari perintah untuk ridha dengan apa yang Allah berikan di dalam kehidupan dunia ini. Harapan terbesar yang harus terus diperkuat adalah teguhnya iman demi kebahagiaan di akhirat.

Kedua, tidak mencintai majelis ilmu

Orang yang diperkuda angan-angan dan ambisi biasanya tidak tertarik dengan ilmu, sehingga sulit baginya berdzikir dalam makna yang sesungguhnya.

Akibatnya hidup kian tidak tenang dan hati semakin kering kerontang dari siraman iman yang sangat dibutuhkan.

Padahal, taman surga ada di dalam majelis ilmu. Rasulullah bersabda, “Jika kalian melewati taman surga maka singgahlah dengan hati senang.”

Para sahabat bertanya, “Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, ” halaqoh-halaqoh dzikir” (atau halaqoh ilmu).” (HR. Tirmidzi).

Dikatakan taman surga, karena hanya orang yang benar-benar berilmulah yang takut kepada Allah Ta’ala.

إِنَّمَايَخۡشَىٱللَّهَمِنۡعِبَادِهِٱلۡعُلَمَـٰٓؤُاْۗ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu.” (QS. Fathir [35]:  28).

Ketiga,tidak mau lepas dari pergaulan yang salah

Salah satu poin dari syair tombo ati yang populer adalah “Wong Kang Sholeh Kumpulono” yang artinya “Berkumpullah dengan orang-orang yang sholeh.”

Rasulullah menegaskan bahwa iman seseorang juga dipengaruhi oleh dengan siapa ia bergaul. “Seseorang dapat dinilai dari agama kawan setianya, maka hendaklah di antara kalian melihat seseorang dari siapa mereka bergaul.” (HR. Al-Hakim).

Sejauh seseorang mengerti kebaikan, namun enggan atau mungkin menunda-nunda untuk meninggalkan pergaulan yang ia tahu sebenarnya mesti segera ditinggalkan, tetapi malah tidak memupuk tekad yang sungguh-sungguh, maka pasti akan semakin sulit baginya untuk mengembalikan kebeningan hatinya.

Zainuddin, MZ pernah memberikan ilustrasi, bahwa seorang maling tidak mungkin memikirkan majelis taklim. Artinya, kebiasaan, pergaulan benar-benar menentukan pola pikir dan perilaku keseharian seseorang.

Oleh karena itu, Rasulullah memberikan rambu yang jelas dan tegas. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia duduk (di suatu majelis) yang dihidangkan padanya minuman keras.” (HR. Abdu Dawud dan Ibn Majah).

Jadi, mari bersungguh-sungguh, mencari dan hidup, berteman, bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang sholeh. Hal ini akan sangat membantu akal sehat segera pulih dan hati secara perlahan-lahan akan kembali bisa menangkap cahaya Ilahi (hidayah), sehingga semakin kuat keimanan di dalam dada. Wallahu a’lam.*

Rep: Imam Nawawi

Editor: Cholis Akbar

No comments: