Harapkan Kematian, Tanda Akhir Zaman

ilustrasi: www.khalifah.co.id
ilustrasi
HIDUP di dunia sudah pasti sementara. Tentu kita tahu akan hal ini. Maut senantiasa mengintai kita. Waktu dan tempat terjadinya proses pencabutan nyawa kita tak pernah tahu. Dan banyak orang yang enggan menghadapi hal itu. Sehingga, tak sedikit orang yang ingat akan kematian memantapkan ibadah mereka. Tapi, tahukah Anda, bahwa ternyata di akhir zaman kelak, banyak orang yang malah mengharapkan kematian?
Rasulullah ﷺ sudah mewartakan tentang tibanya satu zaman yang ketika itu kezaliman, fitnah dan musibah merajalela. Sampai-sampai, apabila seseorang lewat satu makam, ia berharap andai dirinyalah yang menghuni makam itu. Harapan seperti ini muncul karena ia merasakan beratnya ujian dan cobaan, dan ingin terbebas dari realitas kehidupannya yang menyakitkan, yang ia rasa lebih pahit dari kematian.
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Hari kiamat belum akan terjadi sampai apabila seseorang yang lewat kuburan orang lain akan berkata, ‘Alangkah bahagianya jika aku dapat menggantikan tempatnya (di kuburan ini)’,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Mas’ud menuturkan, “Akan tiba satu zaman yang pada saat itu seandainya seseorang mendapati kematian diperjual belikan, niscaya ia akan membelinya.”
Hadis ini tidak bertentangan dengan hadis-hadis yang melarang seseorang untuk berharap kematian. Seperti hadis yang berbunyi, “Janganlah seseorang di antara kalian mengangankan kematian karena satu cobaan yang menimpanya,” (HR. Muslim).
Sebab, tanda yang dimaksud oleh Nabi ini akan terjadi pada akhir zaman, bukan angan-angan dan doa yang terang-terangan mengharap kematian. Harapan seseorang pada akhir zaman ini adalah keinginan dari dasar hati untuk terbebas dari realitas kehidupan yang dipenuhi oleh kemungkaran dan fitnah, walaupun ia harus mati.
Perasaan ini tidak serta merta muncul dalam hati setiap muslim akhir zaman. Namun, boleh jadi ia merebak di satu kawasan saja, tidak di kawasan yang lain, dan muncul dalam beberapa situasi tertentu saja. Sebab, tingkat keimanan, ketabahan memikul cobaan hidup, serta kesabaran menghadapi kemungkaran itu berbeda-beda dalam diri setiap orang. []
Referensi: Kiamat Sudah Dekat?/Karya: Dr. Muhammad Al-‘Areifi/Penerbit: Qisthi Press

No comments: