Buya : Menunaikan Haji

hamka keluarga
KEPADA andungnya, Malik sering menceritakan kesedihan dan perasaannya. Dari andungnya, Malik teringat bahwa saat kelaharinnya ayahnya berjanji akan mengirimnya belajar ke Mekkah, tetapi Malik tak mendapati persiapan ataupun tanda-tanda dirinya akan diberangkatkan. Ketika itu, umur Malik menjelang 19 tahun, sedangkan ayahnya pergi ke Mekkah pada umur 16 tahun. Dari sana, muncul keinginan Malik untuk pergi belajar ke Mekkah.
Karena takut kepada ayahnya, Malik menyampaikan niatnya kepada andungnya seorang. Dari hasil menjual kapas milik andungnya, ia dapat berangkat menggunakan kapal laut. Seorang pamannya, Engku Muaro dan beberapa temannya ikut membantu biaya perjalanan. Pada Februari 1927 bertepatan dengan bulan Rajab, Malik memulai perjalanan ke Mekkah. Ia memilih bulan Rajab karena bertepatan dengan keberangkatan jemaah haji Indonesia. Dari Maninjau, ia menempuh perjalanan darat sampai ke Padang karena keterbatasan ongkos.
Sampai di Mekkah, ia mendapat tumpangan di rumah Syekh Amin Idris. Untuk memenuhi biaya hidup, ia mengambil pekerjaan sebagai pegawai percetakan. Malik menyempatkan waktu istirahatnya untuk membaca buku-buku agama yang terdapat di gudang percetakan. Selama di Mekkah, ia menjadi koresponden Harian Pelita Andalas sekaligus bekerja di sebuah perusahaan percetakan milik Tuan Hamid, putra Majid Kurdi, yang merupakan mertua dari Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Di tempat ia bekerja itu, ia dapat membaca kitab-kitab klasik, buku-buku, dan buletin Islam dalam bahasa Arab, satu-satunya bahasa asing yang dikuasainya.
Menjelang pelaksanaan ibadah haji berlangsung, Hamka bersama beberapa calon jemaah haji lainnya mendirikan organisasi Persatuan Hindia-Timur, sebuah organisasi yang memberikan pelajaran manasik haji kepada calon jemaah haji asal Indonesia. Setelah menunaikan haji, dan beberapa lama tinggal di Tanah Suci, ia berjumpa dengan Agus Salim dan sempat menyampaikan hasratnya untuk menetap di Mekkah, tetapi Agus Salim justru menasihatinya untuk segera pulang.
“Banyak pekerjaan yang jauh lebih penting menyangkut pergerakan, studi, dan perjuangan yang dapat engkau lakukan. Karenanya, akan lebih baik mengembangkan diri di tanah airmu sendiri”, ujar Agus Salim. Ia pun segera kembali ke tanah air setelah tujuh bulan bermukim di Mekkah. Namun, bukannya pulang ke Padang Panjang, Hamka malah menetap di Medan, kota tempat berlabuhnya kapal yang membawanya pulang. []

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Malik_Karim_Amrullah

No comments: