Sejarah Rahasia Freemasonry dan Iluminati ( Bagian 29)
Ada begitu banyak nama-nama yang dikenal dalam sejarah Eropa yang menjabat sebagai petinggi Templar. Di dalam artikel ini sengaja nama-nama tersebut tidak ditampilkan semuanya karena memuat ratusan nama. Kita akan kembali kepada sejarah Tmeplar itu sendiri di Eropa yang tidak disukai oleh Otoritas Gereja dan juga Raja serta para bangsawannya.
“BLITZKRIEG” KING PHILLIPE IV
“Perpisahan” dengan Ordo Sion tidak membuat ordo Templar bangkrut. Harta kekayaan yang telah begitu banyak terkumpul, baik berupa lahan yang luas di berbagai negara di Eropa, sejumlah kastil dan kuil, maupun dalam bentuk logam mulia, perhiasan batu permata, dan uang, yang dihasilkan dari berbagai usaha kaum Templar membuat ordo ini menjadi begitu besar dan disegani di seluruh Eropa. Banyak para bangsawan dan raja-raja Eropa meminjam uang pada unit usaha ordo ini. Mereka juga begitu percaya dengan jasa penyimpanan benda-benda berharga (treasury box) yang dikelola para Templar. Belum lagi jasa pengawalan atau pengamanan saat para bangsawan atau raja melakukan bepergian atau pun di dalam istananya sendiri.
Konflik, intrik, dan peperangan yang terjadi di antara raja-raja maupun tuan tanah di Eropa membuat bisnis jasa pengamanan para Templar menjadi begitu maju dan berkembang. Sebab itu, selain dipercaya sebagai pelopor sistem perbankan modern di dunia, para Templar juga dianggap sebagai pelopor dalam sistem bisnis jasa keamanan dan militer yang kini banyak diadopsi oleh organisasi ketentaraan resmi suatu negara, maupun institusi jasa pengamanan swasta (PMA, Private Military Agency), atau yang lebih tersohor dengan sebutan organisasi tentara bayaran (Mercenaries), seperti DynCorp, Halliburton, Blackwater, Executive Outcome, Aegis Defence Services, MPRI, dan sebagainya.
Dan seperti juga PMA zaman sekarang, para Ksatria Templar juga diyakini berada di belakang setiap konflik, intrik, atau peperangan yang timbul di antara para tuan tanah, bangsawan, dan raja, agar usaha jasa pengamanan dan industri alat-alat peperangan yang dimilikinya bisa terus berputar. Dengan sendirinya uang pun terus mengalir ke dalam kocek para Templar tanpa disadari oleh pihak lain. Ini mirip sekali dengan industri persenjataan yang ada di Amerika dan negara maju lain yang sering berepran ganda dalam menciptakan konflik dan perang. Skandal Iran Contra yang terjadi di abad ke-21 merupakan salah satu contoh yang bagus.
Yang tidak boleh dilupakan, sejarah juga mencatat bahwa antar Knights Templar dengan kaum Hashsashin (Assassin) pimpinan Hasan bin Sabbah, seorang Syiah musuh dari Dinasti Abbasiyyah, yang memiliki benteng kuat di Alamut dekat Laut Kaspia, terjalin suatu hubungan yang baik dan saling menghormati. Kaum Assassin begitu hormat dengan Templar dan sebaliknya, ini disebabkan antara keduanya memiliki banyak persamaan di bidang terror dan kebuasan serta keterampilan dalam berperang.
Bahkan tak jarang, kaum Assassin ini disewa Tentara Salib untuk pihak eksekutor dalam kasus-kasus tertentu seperti yang terjadi dalam Perang Salib III di masa King Richard “The Lion Heart” dari Inggris di abad ke-12M. Panglima pasukan Islam sendiri, Shalahuddin al-Ayyubi pernah terkejut tatkala bangun dari pembaringan di dalam tendanya, mendapati sepotong kue yang telah diberi racun dengan selembar surat yang berisi kalimat teror, “Anda berada dalam kekuasaan kami.” Ini salah satu hasil operasi kaum Asassin.
Sebenarnya, para Templar ini setelah kegagalannya mempertahankan Yerusalem dan Palestina dari tangan Saracen, ingin mengadakan serangan balik kembali. Mereka menemui raja-raja Eropa dan kaum bangsawannya dan membujuk mereka agar mendanai serangan balik ini. Namun para raja dan bangsawan Eropa sudah tidak bergairah lagi untuk mengadakan peperangan. Mereka lelah dan jemu. Dana pun sudah tidak ada lagi. Maka jadilah Ksatria templar menjadi pasukan yang menganggur, tak punya pekerjaan. Kondisi mereka yang kaya raya, namun tidak punya pekerjaan, akhirnya membuat mereka bersikap arogan, senang mabuk-mabukkan, dan menjadi The Trouble Maker di wilayahnya.
Jelas, hal ini tidak disukai siapa pun yang berkuasa. Dengan kekayaan, kebesaran, dan kemampuan lintas negaranya karena memiliki jaringan yang luas, rapi, dan kuat, lama-lama keberadaan kaum Templar menjadi semacam duri yang dirasakan oleh para bangsawan, raja-raja Eropa, dan bahkan oleh Paus sendiri. Apalagi para Templar ini karena kekuatannya menjadi sangat angkuh dan selalu mau menang sendiri. Para raja dan bangsawan sering tidak dianggap atau bahkan diancam jika tidak menuruti permintaan mereka. Pengaruh Templar yang sedemikian dahsyat dianggap mulai menggerogoti kewibawaan dan pengaruh mereka.
Pada tahun 1306, Raja Perancis, Phillipe le Bel atau Phillipe IV, benar-benar sudah merasa muak dengan para Templar. Apalagi Perancis menjadi pusat kegiatan mereka di Eropa dan kesetiaan mereka terhadap Paus juga semata-mata disebabkan oleh uang.
Tidak yang lain. Walau menjadi Raja Perancis, namun Phillipe sama sekali tidak memiliki pengaruh pada para Templar. Phillipe pun terlibat hutang dengan ordo ini akibat pembiayaan Perang Salib yang membengkak. Apalagi saat seorang pemberontak melarikan diri dari penjara istananya, Phillipe yang dikawal para ksatria kerajaannya mengejar hingga ke daerah para Templar di Perancis Selatan. Di sebuah Kuil Templar, Phillipe begitu terkesan dengan kemakmuran dan kekayaan mereka. Sebab itu, dengan mempertaruhkan nama dan seluruh kewibawaannya, Phillipe dengan berterus terang mengutarakan niatnya untuk bisa bergabung dengan menjadi anggota ordo tersebut.
Namun jawaban Templar sungguh di luar dugaan. Dengan tegas dan angkuh, mereka menolak permintaan Phillipe sembari mengusir Raja Perancis tersebut keluar dari kuil. Rasa malu, dendam, dan amarah meluap-luap di dada Phillipe le Bel. Dalam hatinya ia bertekad akan menghabisi para Templar dalam waktu singkat. Tekad Phillipe le Bel sudah bulat.
Phillipe IV segera mendata seluruh kabar miring tentang Templar. Ini akan dijadikan alasan utama untuk menghabisi ordo tersebut dan juga untuk menghimpun sekutu utamanya yaitu Paus Clement V. Phillipe IV sangat yakin Uskup dari Bordeaux yang telah ditolongnya sehingga berhasil terpilih menjadi Paus dengan nama Clement V akan menjadi sekutu yang loyal. Apalagi dengan kabar yang santer terdengar bahwa kaum Templar diam-diam telah jauh menyeleweng dari ajaran Yesus dan berpaling kepada bid’ah, menyelenggarakan upacara-upacara yang memuja Baphomet, iblis berkepala kambing dalam mitologi Yahudi dan menjadi lambang okultisme, sembari meludahi salib.
Bahkan ada pula ritual-ritual tertentu yang diakhiri dengan hubungan seks antara anggota dengan pemimpinnya. Kala itu juga berkembang kabar bahwa para Templar juga mempraktekkan perilaku homoseks atau hubungan sejenis. Ini merupakan tuduhan-tuduhan yang dikemudian hari ada yang diakui oleh mereka, namun ada pula yang tidak mengakui hal ini dan menyatakan bahwa tudingan itu semua adalah fitnah yang sengaja disebar Gereja untuk menjelek-jelekkan Templar.
Yang pasti, di awal masa-masa Perang Salib di tahun 1208, Paus Innocent III pernah menegur Ksatria Templar karena sikap dan perilaku mereka yang dinilai tidak mencerminkan seorang Kristiani dan malah condong kepada praktek Necromancy yang lazim meminta sesuatu dari orang-orang yang sudah mati.
Dengan penuh kerahasiaan, utusan Philipe yang konon seorang Kanselir Perancis bernama Von Nugari, menemui Paus Clement V dan menyampaikan maksud dari tuannya. Merasa berutang budi yang sangat besar membuat Clement V mau tak mau harus membantu Phillipe le Bel, walau secara pribadi ia merasa segan pula kepada Templar. Segannya Paus Clement V kepada Templar bisa karena memang takut, atau juga konon karena menyadari adanya pertalian darah antara ibunya yang bernama Ida de Blanchefort dengan Dinasti Blanchefort yang banyak menjadi anggota Templar.
Walau demikian, sebuah operasi intelijen pun disiapkan guna memberangus dan menghabisi para Templar langsung di jantungnya, Perancis. Daftar tuduhan terhadap ordo Templar telah selesai dibuat. Seluruh mata-mata yang paling handal dari pihak Paus maupun Phillipe telah disebar menyusup ke dalam ordo. Bahkan Phillipe mendapat bantuan dari seorang anggota Templar yang kesetiaannya bisa dibeli dengan uang.
Bagi sebagian peneliti, motivasi Phillipe le Bel untuk menumpas Templar diyakini disebabkan masalah utang piutang yang terjadi sebelum tahun 1305. Mereka menyatakan bahwa saat itu Phillipe IV terdesak dan sangat membutuhkan uang tunai untuk membiayai peperangannya. Phillipe, sebagaimana kelaziman raja-raja dan kaum bangsawan Eropa lainnya pada masa itu, akhirnya mendatangi Templar dan meminta bantuan uang dari kaum Templar. Tapi dengan angkuh permintaan Phillipe ini ditolak mentah-mentah.
King Phillipe sungguh geram dan sakit hati. Dia lalu mendesak Paus Bonifacius VIII yang berkuasa saat itu untuk mengucilkan kaum Templar. Tapi lagi-lagi Phillipe mendapat penolakan. Paus tidak berani memenuhi permintaannya. Phillipe lalu mengirim penasihatnya, Guillaume de Nogaret, untuk menculik Paus. Bonifasius VIII meninggal hanya sebulan setelah mendengar rencana itu karena keterkejutan dan ketakutannya. (Rizki Ridyasmara)
No comments:
Post a Comment