Iskandar Zulkarnain Sang Penakluk Agung

KISAH tentang Iskandar Zulkarnain, sebagaimana diceritakan dalam Alquran (QS. Al-Kahfi: 83-98) sudah banyak dikaji dan ditulis orang. Cerita heroik sang penakluk yang menguasai wilayah dari ujung Timur hingga ujung Barat itu, tak hanya popular di kalangan umat Islam saja, tapi juga terkenal di kalangan non-muslim baik di Timur maupun Barat. Bahkan, Oliver Stone, seorang sutradara film Amerika Serikat, mengangkat cerita sang penakluk hebat itu ke layar film dengan judul Alexander.

Film produksi 2004 yang turut dibintangi Angelina Jolie sebagai pemeran utama wanita itu, kini sudah diterjemahkan --baik melalui proses dubbing maupun text subtitle-- ke dalam berbagai bahasa termasuk Indonesia. Semua ahli sejarah dan para peneliti termasuk sineas film kolosal tersebut sepakat bahwa kisah tentang Zulkarnain sebagaimana disebutkan dalam kitab suci Alquran itu memang benar adanya. Ini real history, real story; bukan dongeng, bukan pula fiksi.

Meski demikian, satu hal yang sampai sekarang masih berbalut misteri dan terus dipertanyakan dan kerap mengundang perdebatan sengit adalah terkait sosok Iskandar Zulkarnain itu sendiri. Apakah sosok Zulkarnain yang disebutkan dalam Alquran sama dengan Alexander the Great (Alexander yang Agung) seperti kerap dipahami oleh kalangan Barat? Soalnya, baik Iskandar Zulkarnain maupun Alexander yang diangkat ke layar lebar itu, meninggalkan jejak dan bukti-bukti sejarah yang nyaris sama.

Sejarawan Muslim yang juga ahli tafsir, Ibnu Katsir, dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan plot cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda. Menurut Ibnu Katsir, Zulkarnain adalah nama gelar (julukan) bagi seorang penglima penakluk sekaligus raja saleh, yang selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Iskandar mendapat julukan “Zulqarnain” yang secara harfiah “Zul” berarti “memiliki” dan “Qarnain” berarti “dua tanduk”. Maksudnya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara Timur dan Barat.

Sedangkan Alexander yang Agung adalah pemimpin di abad ke-3 Sebelum Masehi (SM) yang menaklukkan dunia dari daratan Yunani, Laut Tengah, Mesir, Asia Minor, Persia hingga India Utara. Nama tersebut diabadikan menjadi kota di Mesir, Alexandria atau Iskandariyah.

Ada pendapat yang menyebutkan bahwa Alexander yang Agung itu tidak lain adalah Iskandar Zulkarnain. Namun hal ini bukan Alexander meskipun jika kita baca memiliki plot cerita yang mirip yaitu “tempat terbenam matahari” adalah wilayah penguasaan pertama Alexander (matahari terbenam di pantai Laut Tengah), ke arah Timur (India) dan wilayah dua gunung (antara Laut Hitam dan Laut Kaspia).  Sosok yang berbeda

Di samping persamaan seperti disinggung di atas, beberapa fakta sejarah lainnya juga menunjukkan bahwa keduanya adalah sosok yang berbeda. Alexander the Great bukan Zulkarnain seperti yang disebutkan dalam Alquran (QS. Al-Kahfi: 83-98). Lagi pula, sosok itu dalam Alquran hanya disebut Zulkarnain, tanpa Iskandar di depannya. Lalu, siapa Zulkarnain yang disebut dalam kitab suci yang dijamin kebenarannya itu? Apakah seseorang di masa lalu ataukah di masa depan? Belum ada yang tahu, tapi kita bisa mengambil hikmah ceritanya dan terus mencari tafsir dan fakta apa yang telah disebutkan dalam Alquran.

Menurut mufassir terkemuka Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam kitab tafsir Ath-Thabari, dikatakan bahwa Iskandar Zulkarnain berasal dari Romawi. Ia anak tunggal dari seorang warga yang paling miskin di antara penduduk kota. Namun, dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan pemuda-pemuda dan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia. Tak mengherankan jika kemudian Iskandar Zulkarnain muda tumbuh menjadi pemuda yang memiliki otak pintar, memiliki mimpi dan juga berbagai ilmu pengetahuan seperti ilmu politik, ilmu teknik dan ilmu perang.

Zulkarnain muda selalu galau dan gelisah melihat perang yang selalu timbul antara Timur (kerajaan Persia) dan Barat (kerajaan Romawi). Perang yang tidak henti-hentinya dari tahun ke tahun dan bahkan dari abad ke abad itu telah menelan korban ribuan manusia dan menghancurkan banyak harta benda. Dia memiliki visi dan mimpi yang sangat menggelora, bahwa suatu saat dia akan menyatukan bangsa Barat dan Timur agar perang antara Timur dengan Barat yang sudah berlangsung lama itu berakhir. Dia ingin mendirikan sebuah kerajaan besar yang meliputi Timur dan Barat.

Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya yang populer, tafsir Al-Qurthubi, lebih banyak menceritakan akhlak Iskandar Zulkarnain dengan menyebutkan bahwa sejak masih kecil dan selama masa pertumbuhannya, Iskandar memiliki akhlak yang sangat mulia. Atas segala kesalehannya, Allah mengaruniakan kepadanya segala kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Saat itu, cita-citanya memimpin negeri yang kuat telah dicapai. Allah lalu memerintahkan untuk menyeru manusia kepada agama tauhid.

Mula-mula dengan tentaranya yang lengkap dan kuat, dia menuju ke barat wilayah Maroko, tempat terbenamnya matahari (negeri Maghribi). Dilihatnya matahari itu terbenam di mata air yang berlumpur (lautan Atlantik saat ini). Di situ ia bertemu dengan bangsa yang senantiasa berbuat kerusakan dan kejahatan. Bukan saja merusak bumi dan mengacaukannya, mereka juga suka membunuh dan menghukum orang-orang yang tidak bersalah, sedangkan yang salah justru dibiarkan.

Sebelum melakukan tindakan, terlebih dulu Iskandar menadahkan tangannya ke langit, memohon petunjuk kepada Allah, tindakan apa sebaiknya yang harus dilakukan terhadap bangsa tersebut, apakah akan digempurnya habis-habisan atau akan dibiarkan begitu saja? Allah lalu memberinya dua pilihan: digempur habis-habisan sebagai balasan atas kekejaman mereka, atau diajar dan didik agar mereka kembali kepada kebenaran dan menyembah Allah serta meninggalkan segala kejahatan.

Iskandar Zulkarnain memutuskan untuk menggempur mereka, namun warga yang merupakan orang-orang yang baik akan dilindungi. Setelah ia dapat menaklukkan negeri-negeri lainnya di Timur, Barat, di Utara dan di Selatan, maka kerajaannya kini meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana penduduknya kini hidup dengan aman tenteram dan makmur.

Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah dapat dicapainya berkat kerja keras dan pertolongan dari Allah Swt. Iskandar Zulkarnain yang berarti raja Timur dan Barat, berhasil mempersatukan kerajaan Timur dan Barat berdasarkan ketuhanan dan ilmu pengetahuan, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur. Sayangnya, setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, imperium besar itu terpecah-belah karena ketamakan pengikut/penguasa sesudahnya yang kerap berebut kekuasaan.

Ada banyak hal positif yang bisa kita ambil dari kisah Iskandar Zulkarnain, baik dia sebagai individu yang mana dia adalah orang saleh dan taat kepada Allah, maupun dia sebagai pemimpin yang luar biasa hebat. Satu karakter kepemimpinan Iskandar yang paling menonjol adalah kreativitas dia dalam berpikir. Jika kita baca lagi kisah di atas, cara berpikir kreatif sudah dimiliki dan dipupuk oleh Iskandar semenjak dia kecil.

Bagaimana dia bergaul, bagaimana dia bercita-cita dan bagaimana dia bermimpi. Di saat orang lain menyerah dengan keadaan dan krisis yang terjadi, Iskandar tetap optimis dan yakin bahwa semua pasti dapat diatasi. Di saat kebanyakan hanya menerima saja kondisi saat itu, dan hanya hidup pada saat itu, pikiran Iskandar Zulkarnain telah melompat jauh ke masa depan.

Kelebihan ini diperoleh Iskandar Zulkarnain karena dia tidak hanya melihat krisis yang terjadi saat itu pada level yang tampak. Dia secara cerdas dan intens melihat lebih dalam lagi dan bertanya mengapa terjadi kerusakan dan penyelewengan, mengapa terjadi penindasan dan pengingkaran terhadap tauhid, dan seterusnya. Lalu secara cerdas, sabar dan tidak gegabah mencari cara-cara paling efektif untuk menuntaskannya tanpa terjebak pada pusaran masalah itu.

Dalam dunia modern, cara berpikir seperti ini adalah satu cara pemecahan masalah (problem solving) yang efektif. Cara kreatif untuk memecahkan masalah adalah keluar dari kotak masalah, lalu buka hati dan pikiran sehingga terbukalah banyak kemungkinan solusi. Itulah yang dilakukan Iskandar Zulkarnain, sehingga meski orang lain menyerah dan melihat visinya itu berat dan tak mungkin, dia tetap optimis dan akhirnya dia mampu mencapainya. (dari berbagai sumber/asnawi kumar)

No comments: