5 Ilmuwan Muslim Besar Sepanjang Sejarah

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
 Dunia pengetahuan sempat mengalami zaman keemasan dengan bermunculannya ilmuwan-ilmuwan Muslim dari berbagai dunia. Mereka berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

Namun, seiring jaman berkembang, nama-nama mereka kurang dikenal oleh masyarakat dewasa ini. Berikut lima ilmuwan Muslim paling berpengaruh di dunia:

1. Abu Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Farabi (Al-Farabi)
Dunia mendaulatnya sebagai guru kedua setelah Aristoteles. Julukan itu disematkan kepada Al-Farabi karena dedikasi, jasa dan kiprahnya dalam dunia pengetahuan. Ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan ini dianggap sebagai salah satu pemikir terkemuka pada era abad pertengahan (871-950).

Selama hidupnya Al-Farabi menciptakan banyak karya dalam ilmu pengetahuan. Karyanya tersebut berupa, logika, ilmu-ilmu matematika, ilmu alam, teologi, ilmu politik dan kenegaraan serta bunga rampai (Kutub Munawwa'ah).

Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah yang artinya kota atau negara utama yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah Islam.

Ayahnya seorang opsir tentara Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak kecil, ia digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir setiap subyek yang dipelajari.

Pada masa awal pendidikannya, al-Farabi belajar Alquran, tata bahasa, kesusastraan, ilmu-ilmu agama (fikih, tafsir dan ilmu hadis) dan aritmatika dasar. Ia juga mempelajari musik di Burkhara dan belajar filsafat di Kota Harran.

Pemikirannya mengenai seorang pemimpin juga telah menginspirasi para pemimpin Islam dunia. Al-Farabi mengatakan bahwa pemimpin merupakan seorang yang disebutnya sebagai filsuf yang berkarakter Nabi yakni orang yang mempunyai kemampuan fisik dan jiwa (rasionalitas dan spiritualitas).

2. Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan ar-Raqqi al-Harrani as-Sabi al-Battani (Al Battani)
Ilmuwan yang juga dikenal sebagai Albatenius ini merupakan seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Arab (858-929 M). Ilmuwan yang lahir di Kota Harran dekat Urfa ini memiliki pengaruh besar dalam dunia matematika.

Al Battani berhasil menemukan sejumlah persamaan trigonometri dan memecahkan persamaan sin x = a cos x. Ia menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel perhitungan tangen.

Salah satu pencapaiannya yang terkenal dalam astronomi adalah tentang penentuan Tahun Matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.

3. Abu Raihan Al-Biruni (Al-Biruni)Al-Biruni merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat dan obat-obatan.

Ia dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur.

Abu Raihan Al-Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina/Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma'mun Khawarazmshah.

Al-Biruni juga mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemaninya dalam ketenteraannya di sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya. Dia juga menguasai beberapa bahasa diantaranya bahasa Yunani, bahasa Suriah, dan bahasa Berber, bahasa Sanskerta.

Al-Biruni juga menulis banyak buku dalam bahasa Persia dan bahasa Arab. Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari.

Selanjutnya, saat berusia 22 tahun, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.

Kemudian, menginjak usia 27 tahun, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan olehnya termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.

Al-Farabi juga membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer yang digunakan di dunia Barat pada abad ke 16.

4. Ibn al-Haytham (Alhazen)Dikenal sebagai bapak optik modern karena penemuan dan karya-karyanya di bidang ilmu optik dan pencahayaan benda. Penemuan itu menjadi cikal bakal kamera yang masih digunakan sampai sekarang ini.

Penemuannya sudah ada sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya jauh sebelum Snellius, penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan ukuran bintang-bintang dekat zenit.

Alhazen juga dikenal dengan nama Al-Basri karena dia lahir di Kota Basra. Alhazen adalah seorang ilmuwan matematika, astronomi, meteorologi dan metode sains. Al-haytham dalam bahasa Arab artinya adalah burung elang muda. Ia lahir tahun 965 M di Basra kemudian meninggal tahun 1040 M di Kairo.

5. Muhammad bin Musa al-KhawarizmiIa merupakan seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 M di Khwarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850 M di Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah Kehormatan di Baghdad.

Buku pertamanya, Al-Jabar, adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar.
Transliterasi bahasa Latin dari Aritmatikanya, yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi.

Sejarawan al-Tabari menyebutnya Muhammad bin Musa al-Khwarizmi al-Majousi al-Qutrubbulli. Sebutan al-Qutrubbulli mengindikasikan dia berasal dari Qutrubbull, kota kecil dekat Baghdad.

Ia telah menjadi panutan bagi ilmuwan dari dunia Barat. Karyanya berupa kitab Aljabar, Dixit algorizmi, Rekonstruksi Planetarium, dan Kampus Corpus Christi MS 283.

Reporter : cr02 Redaktur : Chairul Akhmad

No comments: