Penelitian Gunung Padang Dilengkapi Data IFSAR Terbaru


Politikindonesia - Penelitian Tim Terpadu Riset mandiri terhadap kawasan situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, kini dilengkapi dengan Citra Interferometric Synthetic Aperture Radar (IFSAR) terbaru. Citra IFSAR itu didapat dari Bakosurtanal yang membuat citra dan peta topografi digital terbaru. Sesuai namanya, IFSAR merupakan teknologi terbaru dalam dunia pemetaan dengan mengandalkan sensor radar.
Demikian disampaikan Assisten Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana yang juga anggota Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang DR Boediarto Onto Wirjo, dalam perbincangan dengan politikindonesia.com, Minggu (18/11). “Data IFSAR ini melingkupi patahan Cimandiri, Gunung Padang dan Gunung Karuhun,” ujar dia.
Diterangkan Boediarto, seperti yang sudah dikemukakan di berbagai kesempatan, survei tim Katastropik Purba dan dilanjutkan dengan survei Tim Terpadu Riset Mandiri, selain menggunakan data Geolistrik, data georadar yang sangat komplit, data bor, carbon dating , data petrologi-petrografi dana analisis K-AR dating untuk penentuan umur batuan andesitnya (dilakukan DR Danny Hilman/tim Geologi), data sipil arsitektur (Ir Pon Purajatnika) dan data arkeologi (DR Ali Akbar) juga Tim riset menggunakan analisa Citra DEM melalui peta IFSAR.
Boediarto menyebut, pemetaan geologi di Indonesia selama ini dilakukan dengan metode dengan skala rata-rata yakni 1:250.000. Padahal kebutuhan akan peta geologi cukup tinggi dengan skala lebih besar yaitu 1:50.000. Untuk menyelesaikan pemetaan secara konvensional dibutuhkan waktu sekitar 50-100 tahun.
Dengan kemajuan teknologi informasi, maka penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk memetakan unsur geologi di seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu alternatif. “Citra IFSAR untuk pemetaan geologi merupakan salah satu aplikasi teknologi penginderaan jauh,” terang dia.
Teknologi IFSAR menghasilkan 2 produk inti, yaitu ORI (Orthorectified Radar Imagery) dengan resolusi 1,25 meter dan data DEM (Digital Elevation Mo­del) dengan resolusi 5 meter. Produk-produk lainnya adalah seperti peta dasar skala 1:5.000 – 1:10.000 yang bisa dihasilkan dengan mudah dari produk inti.
Data citra IFSAR yang mempunyai resolusi tinggi ini dianalisa sehingga dapat diperoleh informasi mengenai geologi. ORI dan DEM dapat diolah lebih lanjut guna menghasilkan beberapa produk, seperti informasi geografis dan visualisasi 3D. Nilai lebih teknologi ini karena memiliki sensor aktif yang mampu menembus awan, asap dan kabut, serta kemampuan melakukan akuisisi data pada malam hari.
“Dari Data IFSAR selain mendapat informasi geologi (natural) atau bukan, juga sangat bermanfaat untuk melihat dan menentukan pergerakan sesar aktif seperti sesar/patahan Lembang dan sesar Cimandiri,” tandas Boediarto.
(kap/rin/nis)

No comments: