Kisah Dakwah Nabi Ibrahim kepada Ayahnya

Urfa di Turki yang dipercaya sebagai lokasi tempat pembakaran Nabi Ibrahim

Urfa di Turki yang dipercaya sebagai lokasi tempat pembakaran Nabi Ibrahim

Foto: wikipedia
Azar, ayah Nabi Ibrahim, memilih menyembah berhala.
Azar, ayah Nabi Ibrahim Alaihi Salam, sebagaimana kaumnya yang lain, lebih memilih untuk menyembah berhala daripada menaati seruan ilahi. Bahkan, dia dikenal sebagai pembuat sekaligus penjual patung-patung berhala.
Nabi Ibrahim as memahami, kewajiban pertama yang harus dilakukan sebelum berdakwah pada kaumnya adalah berdakwah pada ayahnya.Ayahnya, adalah orang terdekatnya, walaupun dia berbuat hal yang dibenci Allah SWT.
Maka, dengan sopan santun, Ibrahim as, menemui ayahnya dan menyampaikan bahwa dirinya diutus Allah SWT sebagai nabi dan rasul. Sesungguhnya, Zat yang Mahakuasa telah mengilhamkan kepadanya pengetahuan dan ilmu yang tidak dimiliki ayahnya. Alquran pun mengabadikan kata-kata Ibrahim.

"Wahai ayahku, sunggu telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukan kepadamu jalan yang lurus"(Surat Maryam ayat 43).

Ibrahim as pun tak mempertanyakan apa gerangan yang mendorong sang ayah menyembah berhala sebagaimana kaumnya. Namun, apa yang disampaikan Ibrahim ditolak mentah-mentah. Dia tetap pada keyakinannya hingga ajal menjemput.

 

(Qashashul Anbiya, Ibnu Katsir)

Seperti dinukilkan dalam buku berjudul "Maafkan Durhaka Kami Ayah Bunda" oleh Husen Zakaria Filail disebutkan, bahwa Ibrahim tetap menunjukkan keluhuran budi pekertinya meski bapaknya ada dalam kesesatan. Setiap kali ia menasihati bapaknya, selalu diawali dengan kata 'Wahai bapakku'. Selain tutur kata lembut, geraknya dalam penyampaian dakwah juga penuh hormat.

Selain itu, Ibrahim tidak merasa lebih pintar dari ayahnya. Ia juga tidak merendahkan bapaknya atau mengumbar ilmu yang dikaruniakan oleh Allah kepada dirinya di hadapan ayahnya. Akan tetapi, ia tetap menyampaikan ajakannya itu dengan penuh kelembutan.

Ibrahim juga begitu khawatir akan ayahnya, sehingga terus berusaha memberikan pencerahan iman. Meski sang bapak membalas dengan ancaman pun, Ibrahim tetap membalasnya dengan lapang dada dan ketenangan hati. Ibrahim tetap berkata, "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu."

Bahkan menurut para alim tafsir, Ibrahim memohonkan ampunan kepada Allah bagi bapaknya itu sepanjang hayatnya. Namun, tatkala bapaknya meninggal dalam keadaan syirik (menyekutukan Allah), Ibrahim pun menghentikan doanya dan berlepas diri daripadanya. Hal demikian sebagaimana dijelaskan Alquran surah al-Taubah ayat 114.

Dikisahkan, setelah dakwahnya ditolak, Nabi Ibrahim pun meninggalkan bapaknya Aadzar beserta berhalanya. Beliau pergi berhijrah meninggalkan negaranya.

Dalam riwayat disebutkan bahwa Ibrahim tinggal di kota al-Kaldaniyyiin, Babilonia, untuk beberapa waktu. Ibrahim juga sempat berdakwah pada kaumnya dan juga berhadapan dengan Raja Namrud.

Selanjutnya, Ibrahim mengembara ke Negeri Syam (Palestina). Ketika Palestina mendapat bahaya penyakit menular dan kehidupan di sana kian sulit, Ibrahim mendapat perintah berhijrah. Ia lantas hijrah ke Mesir disertai istrinya Sarah dan keponakannya Nabi Luth.

Setelah dari Mesir, Ibrahim disebutkan kembali ke Palestina. Ibrahim juga dikaruniai oleh Allah beberapa orang keturunan, termasuk Ishak dan Yakub, yang keduanya juga diangkat menjadi nabi oleh Allah. 

Rol

No comments: