Kisah Pasukan Kristen Tinggalkan Suriah Mendengar Umar Bawa Bala Bantuan dari Madinah

Kisah Pasukan Kristen Tinggalkan Suriah Mendengar Umar  Bawa Bala Bantuan dari Madinah
Kabilah-kabilah Kristen pendukung Heraklius yang mengepung Abu Ubaidah menjadi ketakutan mendengar Umar datang membantu. Ilustrasi: Ist.
Kisah kemenangan pasukan muslim yang dipimpin Abu Ubaidah bin Jarrah mengusir tentara Kristen Romawi di Hims, Suriah , diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).

Haekal mengisahkan tatkala Khalifah Umar bin Khattab meninggalkan Madinah menuju Hims, Suriah untuk membantu Abu Ubaidah bin Jarrah yang dikepung pasukan Romawi dan kabilah Arab Kristen membuat peta pertempuran berubah.

Perjalanan Umar bersama pasukan bantuan itutersiar ke Irak dan Syam, juga ke seluruh Semenanjung, dan sudah tentu sampai juga kepada Abu Ubaidah dan sahabat-sahabatnya, termasuk juga kabilah-kabilah Jazirah pendukung Heraklius yang datang hendak mengepungnya.

Abu Ubaidah pun merasa lega. Sebaliknya, kabilah-kabilah Kristen pendukung Heraklius yang mengepung Abu Ubaidah menjadi ketakutan. Pada saat itu mereka yakin bahwa akibat perbuatan mereka sendiri itu perkampungan mereka di Jazirah tidak akan terselamatkan lagi.

Tak boleh tidak mereka juga akan mengalami bencana seperti yang sudah menimpa Hit dan Qarqisia dulu. Mereka terkesima mendengar berita-berita itu. Lebih baik mereka memilih langkah mundur ke tempat mereka semula, kalau-kalau dengan demikian mereka sudah dapat menebus dosa.

Abu Ubaidah mengetahui kabilah-kabilah Jazirah sudah memisahkan diri dari pasukan Romawi, kembali ke tempat asal dan keluarga mereka. Yang tersisa di depan Abu Ubaidah hanya pasukan Heraklius.

Abu Ubaidah lalu memanggil komandan pasukan muslim dan dikatakannya kepada mereka untuk bersiap menyerang musuh.

Khalid bin Walid merasa sangat gembira dengan kabar itu. Ia menyarankan untuk menyergap musuh dengan tiba-tiba sebelum mereka siap menghadapi situasi baru ini.

Pihak Romawi sendiri - ketika melihat kabilah-kabilah Kristen memisahkan diri dari mereka, dan melihat pasukan Muslimin keluar dari benteng-benteng di Hims untuk menghadapi mereka - mengira bahwa memang ada tipu muslihat yang sudah direkayasa.

Mereka jadi kebingungan. Abu Ubaidah segera menyerang mereka. Tetapi rupanya kebingungan mereka tidak mengurangi kegigihannyauntuk menghadapinya dengan segala kekuatan yang tampaknya memang sudah mereka persiapkan untuk itu dengan sekuat tenaga.

Andai masih ada bantuan dari kabilah-kabilah Arab Kristen boleh jadi posisi pasukan muslim akan sangat berbahaya. Pasukan Romawi akhirnya terdesak.

Mereka melarikan diri sebelum Qa'qa' bin Amr tiba di Hims, dan sebelum Umar sampai di Jabiah dalam perjalanannya ke Syam.

Setelah sampai di Jabiah, Umar melihat utusan Abu Ubaidah sudah ada di sana, yang kemudian memberitahukan tentang kemenangan itu, tiga hari sebelum kedatangan Qa'qa'. Ia meminta pendapatnya mengenai masalah rampasan perang, mungkinkah pasukan Qa'qa' juga mendapat bagian.

Umar sudah merasa tenang, dan dengan adanya berita itu ia pikir sudah tidak perlu lagi ia meneruskan perjalanan. Ia menulis kepada Abu Ubaidah supaya dalam pemberian itu penduduk Kufah juga dilibatkan.

Sebenarnya perjalanan mereka untuk memberikan pertolongan, itulah yang telah menimbulkan rasa takut dalam hati musuh, dan itu pula yang membawa akibat mereka mengalami kekalahan. "Terima kasih kepada pihak Kufah. Mereka telah melindungi perbatasan mereka dan memberikan bala bantuan kepada pasukan di kota-kota." Sesudah itu ia segera berkemas dan kembali ke Madinah.

Sedangkan sisa-sisa pasukan Romawi yang selamat dari maut kabur dengan kapal di Antakiah dan terus berlayar mengarungi laut ke Iskandariah atau ke Bizantium. Mereka sudah putus asa, begitu juga Kaisar, untuk kembali lagi ke Syam - untuk selama-lamanya.

Tak lama sesudah para pemberontak mengetahui keberangkatan pasukan Romawi dengan kapal, mereka tenang kembali. Khalid bin Walid kembali ke Kinnasrin, dan setiap komandan di utara Syam juga kembali ke daerah teritorium masing-masing. Semua mereka merasa tenang bahwa sesudah keadaan aman, tak ada lagi pihak yang akan mengacaukan.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: