Mengapa Nama Persia Diganti Menjadi Iran?

 Mengapa Nama Persia Diganti Menjadi Iran?

Raja Reza Khan. Foto: BBC
Dahulu Iran dikenal dengan sebutan Kerajaan Persia . Sejak 1935, pada masa kekuasaan Raja Reza Khan, pendiri Dinasti Pahlevi dan ayah Syah Muhammad Reza Pahlevi yang ditumbangkan oleh Ayatullah Khomeini pada tahun 1979, sebutan Persia diganti dengan Iran. Suatu nama yang pernah dipakai oleh nenek moyang bangsa Iran di daratan Tinggi Iran yang dikuasai pada tahun 1700 SM.

Menurut buku "Ensiklopedi Islam" (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), disebutkan pula bahwa pada masa kekuasaan Darius, kata Iran pernah digunakan bagi negeri kekuasaannya.

Penduduk asli Iran, berasal dari padang rumput Kaukasian dan mulai berimigrasi ke Iran sekitar 1500 SM. Sepanjang sejarah, Iran menderita beberapa invasi kelompok-kelompok etnik lain.

Pendudukan dalam skala besar dilakukan oleh etnik Arya seperti Medes dan Parsa. Etnik minoritas terbesar saat ini dibentuk oleh penduduk yang berbahasa Turki, tetapi sudah berbeda dengan bentuk aslinya.

Kebanyakan bermukim di sebelah Barat Laut Iran, khususnya di dua provinsi Azerbaijan dan provinsi Fars dan Teluk Persia. Kelompok-kelompok suku besar lainnya adalah suku Kurdi terutama yang terdapat di sebelah Barat Azerbaijan, Kurdistan dan wilayah Kermanshah, yakni suku Lur di Luristan dan suku Bakhtiari yang tinggal di daerah luas Zagros.

Ajid Thohir dalam "Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik" Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009) menyebut kelompok-kelompok minoritas terkecil lain, Yahudi berjumlah 20.000-40.000 jiwa, Armenia berjumlah 50.000 jiwa dan Assyria berjumlah 25.000 jiwa.

Pada tahun 637 M melalui Perang Qadisiyyah, Imperium Persia jatuh ke tangan kaum Muslimin yang waktu itu dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab (634-644).

Kemudian pada tahun 641, melalui peperangan Nahavand, seluruh Imperium Persia yang waktu itu dipimpin oleh Raja Yazdajird jatuh ke tangan kaum Muslimin.

Sejak itu Persia (Iran) yang semula menganut agama Zoroaster beralih ke agama Islam. Akhirnya, kebudayaan Islam pun berkembang di Persia.

Pada tahun 820 M seluruh wilayah Persia praktis berada di bawah kekuasaan penuh kekhalifahan di Baghdad. Tetapi sejak tahun 820 M bermunculan dinasti-dinasti kecil maupun besar di berbagai wilayah Persia yang silih berganti menguasai wilayah-wilayah Persia.

Dinasti-dinasti itu antara lain adalah Dinasti Samanid (892-999 M), Gaznawi (999- 1037 M) dan Saljuk (1037-1157 M).

Hal ini bermula dari rasa terima kasih Khalifah al-Makmun (813-833) kepada panglima perangnya, Tahir bin Husain yang telah berjasa memulihkan kekuasaannya, yakni memberikan wewenang kepada Tahir ibn Husain untuk mendirikan Dinasti Tahiriy (820-872 M) di Khurasan (Iran).

Dalam track-record (catatan sejarah) sepeninggal Imam Junaid, pimpinan Tarekat Safawiyah digantikan oleh putranya yang bernama Haidar. Haidar mempersunting putri Uzun Hasan dan melahirkan anak yang bernama Ismail. Sang anak ini kelak berhasil mendirikan Dinasti Safawi di Persia.

Haidar menjadi pemimpin Safawiyah, menjalin kerjasama dengan Ak-Koyunlu. Atas kerjasama itu, pada tahun 1467 M Ak-Koyunlu melancarkan agresi kepada kerajaan Kara-Koyunlu untuk membantu memenuhi ambisi politik dan militer Safawiyah.

Pada tahun 1488 M, aliansi yang dibangun oleh kedua kekuatan ini retak, ketika Safawiyah melancarkan agresi politik ancaman terhadap Ak-koyunlu.

Tatkala Haidar menyerang Syirwan, Ak-Koyunlu mengirim detasemen pasukan untuk membantu Syirwan di wilayah Sircassia. Namun pasukan Haidar kalah dan terbunuh dalam pertempuran itu.

Ali adalah putra dan penggati Haidar, didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap Ak-Koyunlu. Tetapi Yakub sebagai pemimpin Ak-Koyunlu berhasil menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya Ibrahim dan Ismail, sementara ibunya di Fars selama empat tahun, yaitu antara tahun 1489 sampai 1493 M.

Ali dan saudaranya dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota Ak-Koyunlu dengan syarat mau membantu memerangi saudara sepupunya. Setelah saudara sepupu Rustam dapat dikalahkan, Ali bersama saudaranya kembali ke Ardabil. Tetapi, tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara. Ali sendiri terbunuh dalam serangan ini pada tahun 1494 M.

Kepemimpinan gerakan Safawiyah selanjutnya berada di tangan Ismail, saat masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun bersama pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan kontak dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria dan Anatolia.

Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501 M pasukan Qizilbash menumpas dan mengalahkan Ak-Koyunlu dalam peperangan di dekat Nakhchivan.

Selanjutnya, pasukan ini berhasil menaklukan Tibriz pusat kekuasaan Ak-Koyunlu. Di kota ini Ismail memproklamirkan Dinasti Safawi berdiri dan menobatkan dirinya sebagai raja pertama.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: