Layla-Majnun, Roman Fiktif?

 

Kisah Layla - Majnun
Berbagai sumber yang disebutkan Abu al-Faraj al-Ashfihani dalam menulis kisah al-Majnun rata-rata mengaku pernah bertemu langsung dengan al-Majnun

KEBERADAAN Qays al-Majnun ternyata masih belum disepakati seluruhnya oleh para sejarawan dan pemerhati sastra Arab. Ada dua kecenderungan betolak belakang di kalangan mereka dalam menanggapi keberadaan Qays al-Majnun.

Dalam sebuah penelitian disebutkan, Qays tokoh fiktif. Ada yang meyakini Qays al-Majnun betul-betul ada.

Sastrawan dan pemerhati garis keturunan Arab asal Madinah, Ibnu Da’ab meyakini Qays al-Majnun adalah tokoh fiktif. Ia pernah bertanya kepada seorang Bani `Amir (kabilah al-Majnun dalam kisahnya yang masyhur) tentang Qays al-Majnun.

“Apa engkau tahu perihal al-Majnun (si gila) dan hafal beberapa sajak cintanya?” tanya Abu Da’ab.

“Apa kita sudah kehabisan sajak orang waras, hingga harus menghafal sajak orang gila! Orang gila, kan banyak!” jawab lelaki Bani Amir itu.

“Bukan mereka yang ku maksud. Maksudku Si Gila (Majnun) Bani Amir yang mati karena cinta.”

“Tidak mungkin. Hati Bani Amir jauh lebih tegar. Mati karena cinta hanya pantas untuk orang-orang Yaman yang berhati lemah, tak berotak dan berkepala lembut. Sedang Nazar (afiliasi Bani Amir), tidak!”

Ibnu al-Kalbi pernah bilang: “Aku pernah dengar bahwa kisah dan sajak-sajak al-Majnun dibuat oleh pemuda Bani Umayyah. Ia jatuh cinta kepada sepupunya sendiri.

Tapi, tidak ingin cintanya ketahuan orang. Ia kemudian membuat kisah cinta al-Majnun juga menggubah sajak-sajak yang ia nisbah-kan kepada al-Majnun.”

Al-Ashmu’i pernah berkata: “Ada dua orang di dunia ini yang hanya diketahui namanya: Si Gila (Majnun) Bani Amir dan Ibn al-Qirriyah. Mereka hanya tokoh buatan.”

Memang banyak para sejarawan dan pemerhati sastra Arab yang tidak begitu yakin dengan keberadaan Qays al-Majnun. Tapi, yang meyakini bahwa Si Gila Bani Amir itu betul-betul tokoh nyata juga tidak sedikit.

Berbagai sumber yang disebutkan oleh Abu al-Faraj al-Ashfihani dalam menulis kisah al-Majnun rata-rata mengaku pernah bertemu langsung dengan al-Majnun.

Yang jelas, kabilah Bani Amir sendiri—seperti tergambar dalam cerita Abu Da’ab di atas—banyak yang tidak begitu suka disebut-sebut sebagai kabilah al-Majnun.

Mereka tidak suka penisbatan kisah itu pada Bani Amir, karena bagi mereka gila atau mati karena cinta bukan sesuatu yang membanggakan. Atau malah sangat memalukan.

Tidak tahan tantangan, seperti ketegaran Bani Amir yang mereka banggakan.* (laman sidogiri, bahan diambil dari Ibnu Manzhur, Al-Aghani Vol.2)

No comments: