Kisah Hijrahnya Nabi Ibrahim ke Palestina, Sempat Pergi ke Mesir
Allah SWT berfirman, “Maka Luth membenarkan (kenabian Ibrahim ). Dan dia (Ibrahim) berkata, "Sesungguhnya, aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku, sungguh, Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub, dan Kami jadikan kenabian dan kitab kepada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia: dan sesungguhnya dia di akhirat, termasuk orang yang saleh'.” ( QS Al-Ankabut : 26-27).
Allah SWT berfirman, “Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam. Dan Kami menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah. Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.” ( QS Al-Anbiya :71-73).
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashash Al-Anbiyaa" menjelaskan saat Ibrahim meninggalkan kaumnya karena Allah, istrinya mandul tidak bisa melahirkan anak, dan saat itu Ibrahim tidak punya seorang anak pun.
Ia hanya mengajak keponakannya, Luth bin Haran bin Azar. Namun setelah itu, Allah menganugerahkan anak-anak yang saleh kepada Ibrahim, dan menjadikan nubuwah serta kitab di antara keturunannya.
Setiap nabi yang diutus setelah Ibrahim, semuanya berasal dari keturunan Ibrahim. Setiap nabi yang menerima kitab dari langit, pasti berasal dari salah satu keturunannya, sebagai karunia dan kemuliaan untuknya kala pergi meninggalkan kampung halaman, keluarga dan sanak kerabat, berhijrah menuju sebuah negeri yang ia bisa leluasa untuk beribadah kepada Rabb “Azza wa Jalla dan menyeru siapa pun kepada-Nya.
Bumi yang dituju Ibrahim saat berhijrah adalah bumi Syara, ttulah bumi yang disebut Allah “Azza wa Jalla, “Negeri yang telah Kami berkali untuk seluruh alam.” (QS Al-Anbiya ': 71-73).
Demikian penuturan Ubai bin Ka'ab, Abu Aliyah, Qatadah, dan lainnya. Al-Aufa meriwayatkan dari Ibnu Abbas terkait firman Allah SWT, “Negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.” (Al-Anbiya': 11-73) yaitu Makkah.
Bukankah kau mendengar firman Allah SWT, “Sesungguhnya, rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, lalah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” ( QS Ali Imran : 96).
Sementara Ka'ab Al-Ahbar menyatakan, bumi yang dimaksud adalah Haran.
Seperti telah kami sebutkan sebelumnya bersumber dari Ahli Kitab, Ibrahim pergi meninggaikan bumi Babilon bersama keponakannya, Luth, saudaranya, Nahur, istrinya, Sarah, dan istri saudaranya, Malik.
Mereka singgah di Haran, lalu Tarikh, ayah Ibrahim, meninggal dunia di sana.
As-Suddi mengatakan, “Ibrahim dan Luth pergi menuju Syam. Ibrahim kemudian bertemu Sarah—putri Raja Haran—ia mencela agama yang dianut kaumnya. Ibrahim kemudian menikahinya dengan syarat Ibrahim tidak boleh membuatnya cemburu.” (HR Ibnu Jarir). "Hadits ini gharib," ujar Ibnu Katsir.
Menurut riwayat yang masyhur, Sarah adalah saudara sepupu Ibrahim, putri pamannya Haran, di mana negeri Haran dinisbatkan padanya.
Keliru dan tidak berdasar jika ada yang menyatakan bahwa Sarah adalah putri saudara Ibrahim, Haran, sekaligus saudari Luth, seperti yang disampaikan As-Suhailai dari Al-Qutaibi. "
Juga tidak berdasar jika ada yang menyatakan bahwa menikahi keponakan pada masa itu disyariatkan," kata Ibnu Katsir.
Dengan asumsi ketentuan tersebut pernah disyariatkan pada suatu masa, seperti yang dinukil dari para pendeta Yahudi, toh para nabi tidak ada yang melakukan praktik seperti itu. Wallahu a'lam.
Ahli kitab menyebutkan, saat Ibrahim tiba di Syam, Allah mewahyukan kepadanya, “Sungguh, Aku menjadikan negeri ini untuk para keturunanmu sepeninggaimu.”
Ibrahim kemudian membangun tempat penyembelihan kurban untuk Allah sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberi. Kubah bangunan ini dibuat menghadap ke timur Baitul Maqdis, setelah itu Ibrahim pindah ke Baitul Maqdis.
Namun karena di sana terjadi kekeringan, kesulitan, dan harga barang-barang sangat mahal, akhirnya Ibrahim bersama yang lain pindah ke Mesir.
Para ahli sejarah menyebut kisah Sarah dengan sang Raja. Ibrahim berkata pada Sarah, “Katakan aku ini saudaramu.” Para ahli sejarah juga menyebut pelayanan yang diberikan Raja kepada Hajar.
Setelah itu Raja memerintahkan mereka pergi, mereka kemudian pulang ke Baitul Maqdis dan sekitarnya dengan membawa sejumlah hewan, budak dan harta benda.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment