7 Fakta Khalid bin Walid, Sahabat Nabi yang Berjuluk Pedang Allah Taala
Khalid bin Walid ra adalah sahabat Nabi SAW yang berjuluk 'Pedang Allah' atau Saifullah Almaslul (pedang Allah yang terhunus). Ratusan kali ia turun dalam pertempuran. Konon tubuhnya memiliki 70 sayatan lebih. Toh begitu, ia tidak syahid di medan perang. Khalid bin Walidwafat secara wajar: di tempat tidur.Beliauwafat pada 21 Hijriyah.
Berikut adalah 7 fakta Khalid bin Walid, sahabat Nabi yang berjuluk Pedang Allah tersebut.
1. Khalid bin Walid wafat bukan di medan perang. "Aku telah mengikuti perang ini dan itu, sampai-sampai pada tubuhku tidak ada tempat sejengkal pun melainkan terdapat bekas sayatan pedang, tusukan tombak, dan luka akibat terkena panah. Kini aku akan meninggal di atas tempat tidurku secara wajar, sebagaimana matinya seekor unta. Maka dari itu, mata para pengecut tidak akan terpejam," ujar Khalid bin Walid menjelang wafatnya.
Pernyataan Khalid bin Walid ini dinukil Buku berjudul Inilah Faktanya karya Utsman bin Muhammad al-Khamis. Khalid bin Walid wafat pada 21 Hijriyah atau 642 M.
2. Lebih senang di tengah-tengah pasukannya dari kondisi apa pun. Khalid bin Walid sebagaimana dinukilkan dari kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, juga pernah menyatakan, "Malam saat aku dihadiahi seorang pengantin atau malam ketika aku mendengar kabar gembira dengan lahirnya seorang anakku, semua tidak lebih aku sukai dibanding tatkala berada di tengah pasukan Muhajirin pada malam yang dingin sedingin es, demi menunggu saat-saat untuk menyerang musuh esok paginya."
3. Khalid bin Walid ikut lebih dari 100 pertempuran melawan kekaisaran Byzantium dan selalu menang. Ia merupakan panglima perang yang ahli dalam strategi militer. Di bawah kepemimpinan militer jazirah Arab bersatu dalam kekhalifahan.
4. Kebal terhadap racun. Khalid bin Walid adalah orang paling gigih dalam berperang. Banyak ancaman yang ia hadapi. Selain banyaknya bekas luka di tubuhnya, Khalid bin Walid juga tak mempan diracun.
Alkisah, suatu hari, Khalid bin Walid singgah di suatu kampung. Orang-orang memperingatkannya, "Waspadalah terhadap racun, jangan minum suguhan orang-orang asing!" Namun Khalid menjawab, "Berikan racun itu kepadaku!"
Kemudian beliau mengambil minuman beracun itu, lalu meneguknya sambil membaca "basmalah", dan tidak terjadi sesuatu pun yang membahayakannya. (Diriwayatkan oleh Abu Ya'la, Al-Baihaqi, dan Abu Na'im dari Abu Safar)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra, Khalid bin Walid pergi ke satu kampung. Penduduk kampung itu menyuruh Abdul Masih menyambut Khalid dengan membawa minuman yang mengandung racun ganas.
Khalid berkata kepada Abdul Masih, "Berikan minuman itu!" Ketika ia istirahat, Khalid mengambil minuman beracun itu lalu berdoa, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan langit dan bumi. Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan mencelakakan hamba-Nya, karena nama-Nya mengandung obat".
Kemudian Khalid meneguk minuman beracun itu. Abdul Masih kembali ke kaumnya seraya berkata, "Hai kaumku, ia telah minum racun ganas itu, tetapi ia tidak apa-apa". Akhirnya kaum itu berdamai dengan orang-orang muslim. (Dikisahkan oleh Al-Kalbi).
5. Mengubah arak menjadi madu dan cuka. Diceritakan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Khalid dengan membawa geriba (tempat air dari kulit unta) berisi arak. Khalid lalu berdoa, "Ya Allah jadikanlah arak ini madu". Lalu arak itu berubah menjadi madu.
Dalam versi lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki melewati Khalid dengan membawa geriba berisi arak. Khalid bertanya kepadanya, "Apa ini?" Ia menjawab, "Cuka". Kemudian Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikan isi geribah ini cuka". Lalu orang-orang melihat geribah itu berisi cuka, padahal sebelumnya arak. (Riwayat Ibnu Abi Dunya dari Khaitsamah)
Riwayat lainnya menceritakan, Khalid bin Walid mendapat laporan bahwa ada angggota pasukannya yang minum arak. Maka Khalid menginspeksi pasukannya, dan ia menemukan seseorang membawa geriba berisi arak. Khalid bertanya, "Apa ini?" Laki-laki itu menjawab, "Cuka". Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikanlah geriba itu berisi cuka". Laki-laki itu membuka geriba, dan ternyata isinya telah berubah menjadi cuka, ia lalu berujar, "Ini berkat doa Khalid". (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Maharib bin Datstsar)
Khalid bin Walid sebagai panglima perang menginginkan mati syahid di medan pertempuran. Allah berkehendak lain. Belian diwafatkan di tempat tidur.
6. Dalam beberapa riwayat dikisahkan bahwa Khalid bin Walid bertabaruk dengan rambut Nabi. Dari Ja'far bin Abdillah bin Hakam, ia berkata:
اِنَّ خَالِد بنَ الوَلِيْدِ فَقِدَ قَلَنْسُوَةً لَهُ يَومَ اليَرْمُوْكِ فَقَالَ : اُطْلُبُوهَا فَلَمْ يَجِدُوْهَا فَقَالَ : اُطْلُبُوْهَا فَوَجَدُوْهَا فَإِذَا هِيَ قَلَنْسُوَةٌ خَلِقَةٌ فَقَالَ خَالِدٌ : اعْتَمَرَ رَسُولُ الله صَلّى الله عَلَيه و سَلَّم فَحَلَقَ رَأْسَهُ فَابْتَدَرَ النَّاسُ جَوَانِبَ شَعْرِهِ فَسَبَقْتُهُم إِلىَ نَاصِيَتِهِ فَجَعَلْتُهَا فِيْ هَذِه القَلَنْسُوَةِ فَلَمْ أَشْهَدْ قِتَالاً وَهِيَ مَعِي إِلاَّ رُزِقْتُ النَّصْرَ
"Sesungguhnya Khalid bin Walid pernah kehilangan songkok sorban (kopiah) miliknya saat perang Yarmuk. Ia berkata: "Carilah ia!". Sahabat yang mencarinya pun tidak menemukannya. Kembali ia berkata: "Carilah ia!". Dan sahabat akhirnya menemukannya. Ternyata ia hanya sebuah sorban lawas.
Khalid bercerita: "Rasulullah SAW pernah melaksanakan umrah dan mencukur rambutnya. Para sahabat pun bergegas menuju ke arah tempat rambut baginda. Maka aku pun mendahului mereka sehingga memperoleh rambut kepala bahagian depan Rasulullah SAW. Kemudian rambut itu aku letakkan ke dalam sorban ini. Maka tidaklah aku ikut dalam peperangan, sementara rambut itu bersamaku, kecuali aku diberi kemenangan."
Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabir, Imam Abu Ya'la dalam Musnad, Imam Hakim dalam al-Mustadrak dan lainnya.
Riwayat lain diceritakan Anas ra bahwa Rasulullah SAW datang ke Mina. Kemudian beliau mendatangi Jumrah dan melemparinya. Setelah itu baginda Nabi mendatangi tempatnya di Mina dan melakukan korban. Nabi berkata kepada tukang cukur: "Cukurlah!" dengan isyarat arah kanannya, lalu arah kirinya. Kemudian rambut itu diberikan kepada orang-orang." (HR Al-Bukhari dan Muslim).
7. Diberhentikan sebagai panglima perang saat Khalifah Umar bin Khattab. Kemenangan Khalid bin Walid dalam setiap perang yang dipimpinnya, termasuk penaklukan Persia, membuat dirinya dipuja umat Islam. Nama Khalid bin Walid sebagai penakluk yang gagah perkasa dan pahlawan yang tak terkalahkan menjadi tersiar ke mana-mana.
Anak-anak muda di Madinah pun mulai menyanyikan syair-syair yang memuji-muji kepahlawanan dan kegagahan panglima Khalid ini.
Kondisi ini dibaca dengan keprihatinan oleh Khalifah Umar bin Khathab. Pada saat Khalid rapat menyusun strategi untuk menaklukkan Romawi Timur ia diberhentikan sebagai panglima perang oleh Khalifah Umar bin Khattan dan diganti Abu Ubaidah.
Khalid pun mempertanyakan keputusan Umar tersebut. Umar pun menjelaskan:
"Aku takut hal ini akan berkembang menjadi keyakinan seolah-olah engkaulah satu-satunya yang sanggup memenangkan seluruh perjuangan ini dengan atau tanpa syafaat Allah SWT. Bukankah dengan demikian mereka menjadi musyrikin? Maka aku ingin buktikan kepada mereka, bahwa 'Umar, hamba Allah yang lemah dan hina ini, telah sanggup menjatuhkan engkau panglima yang gagah perkasa. Dengan demikian kuharap mereka kembali memuji dan memuja hanya Allah SWT."
Akhirnya, Khalid maju di bawah pimpinan bekas bawahannya sebagai prajurit biasa. Ketika ditanyakan orang kepadanya mengapa ia terus juga berjuang sesudah dipecat oleh 'Umar sebagai panglima, maka Khalid menjawab tegas: "Aku berjuang bukan karena 'Umar, aku berjuang semata karena Allah SWT."
Muhammad 'Imaduddin 'Abdulrahim (1931-2008) dalam buku berudul "Kuliah Tauhid" menyebut sikap Umar dan Khalid sebagai contoh-contoh pribadi tauhid yang tulen.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment