Mengimani Qadha dan Qadar, Mengenal 5 Jenis Takdir Manusia

Mengimani Qadha dan Qadar, Mengenal 5 Jenis Takdir Manusia
Salah satu dari rukun iman adalah percaya dan yakin terhadap takdir yang telah Allah tetapkan, yakni qadha dan qadharnya. Foto ilustrasi/ist
Salah satu dari rukun iman adalah percaya dan yakin terhadap takdir yang telah Allah tetapkan, yakni qadha dan qadhar -nya. Lalu bagaimana dengan takdir ? Adakah perbedaannya?

Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. " Ada dua pendapat mengenai hal tersebut. Pendapat pertama, sebagian ulama berpendapat, qadha adalah sinonim dari qadar. Sehingga kata qadha dan qadar maknanya sama. Dan ini sejalan dengan penjelasan sebagian ahli bahasa, mereka menafsirkan qadar dengan qadha," ungkap Ustadz Ammi Nur Baits, dai yang berkhidmat dan menjadi pembina di konsultasi syariah itu.
Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Imam Ibnu Baz – rahimahullah –. Beliau pernah ditanya tentang perbedaan qadha dan qadar . Jawaban beliau, qadha dan qadar adalah dua kata yang artinya sama. Yaitu sesuatu yang telah Allah qadha’-kan (tetapkan) dulu, dan yang telah Allah takdirkan dulu. Bisa disebut qadha, bisa disebut takdir.

Pendapat kedua, qadha dan qadar maknanya berbeda. Selanjutnya mereka berbeda pendapat mengenai batasannya .

1. Qadha lebih dahulu dari pada qadar. Qadha adalah ketetapan Allah di zaman azali. Sementara qadar adalah ketetapan Allah untuk apapun yang saat ini sedang terjadi. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

Para ulama mengatakan, al-qadha adalah ketetapan global secara keseluruhan di zaman azali. Sementara qadar adalah bagian-bagian dan rincian dari ketetapan global itu. (Fathul Bari)

Al-Jurjani dalam at-Ta’rifat (hlm. 174) menyatakan,

Perbedaan antara qadar dan qadha, bahwa qadha bentuknya ketetapan adanya seluruh makhluk yang tertulis di al-Lauh al-Mahfudz secara global. Sementara qadar adalah ketetapan adanya makhluk tertentu, setelah terpenuhi syarat-syaratnya.

2. Kebalikan dari pendapat sebelumnya, qadar lebih dahulu dari pada qadha. Qadar adalah ketetapan Allah di zaman azali. Sementara qadha adalah penciptaan Allah untuk apapun yang saat ini sedang terjadi.

Ar-Raghib al-Asfahani dalam al-Mufradat menyatakan,

والقضاء من الله تعالى أخص من القدر؛ لأنه الفصل بين التقدير، فالقدر هو التقدير، والقضاء هو الفصل والقطع


Qadha Allah lebih khusus dibandingkan qadar. Karena qadha adalah ketetapan diantara taqdir (ketetapan). Qadar itu taqdir, sementara qadha adalah keputusan.

Namun Syaikh Abdurrahman al-Mahmud mengatakan, tidak ada banyak manfaat dalam mempelajari perbedaan ini, karena semua sepakat dengan batasan, meskipun berbeda dalam penyebutan namanya. sehingga tidak perlu ada perdebatan untuk memberikan definisi (al-Qadha wal Qadar fi Dhau’ al-Kitab wa as-Sunah), Maksud beliau, mau disebut qadha maupun qadar, intinya sama, yaitu ketetapan Allah.

Memahami Beberapa Macam Takdir

Untuk memahami kapan sebenarnya Allah menetapkan takdir bagi setiap hamba-Nya, kita bisa memahami beberapa macam takdir sebagai berikut:

1. Takdir Azali

Takdir azali merupakan ketetapan Allah yang telah ada bahkan sebelum penciptaan bumi dan langit ketika Allah Ta’ala menciptakan qolam (pena). Sebagaimana tertulis dalam firman Allah sebagai berikut,

“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah:51).

Begitupula yang tertulis dalam sebuah hadist, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda, “… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi” (HR. Muslim)

2. Takdir Yaumi

Takdir ini ditentukan pada waktu yang telah ditakdirkan sebelumnya. Allah berfirman,

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan,“ (QS. Ar Rahmaan: 29).

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Munib bin Abdillah bin Munib Al Azdiy dari bapaknya berkata,

“Rasulullah membaca firman Allah “ Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah apakah kesibukan yang dimaksud?. Rasulullah bersabda :” Allah mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan meninggikan suara serta merendahkan suara yang lain”

3. Takdir Kitaabah

Takdir kitabaah merupakan pencatatan perjanjian saat manusia ditanya oleh Allah tentang kesakian Tuhan mereka, sebagaimana tertulis dalam ayat berikut,

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” (QS. Al A’raaf 172-173).

4. Takdir Hauli

Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat mulia, saat itulah Allah tetapkan takdir manusia atas segala sesuatu yang akan terjadi dalam satu tahun, disebut juga sebagai takdir hauli.

Allah berfirman, “Haa miim . Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah , (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad Dukhaan:1-5)

5. Takdir ‘Umri

Takdir umri merupakan salah satu ketetapan Allah yang telah ada sejak penciptaan nutfah di dalam rahim. Saat itu Allah telah tentukan jenis kelaminnya, ajal, amal, rizki dan susah senangnya. Semuanya telah ditetapkan, tidak akan bertambah dan tidak berkurang.

Setelah mengetahui dan meyakini bahwa Allah telah menetapkan takdir pada setiap hamba-Nya, sebagai manusia yang beriman kita harus tetap berikhtiar dan memiliki kehendak atau kemampuan untuk melakukan sesuatu.
Wallahu A'lam(wid) Widaningsih

No comments: