Kisah Zatu Anwat dalam Perang Hunain, Ketika Umat Islam Meniru Umat Nabi Musa
Pada saat perang Hunain memang masih banyak di antara mereka yang baru masuk Islam. Itu sebabnya ketika mereka melihat kaum musyrikin menggantungkan senjata-senjatanya pada sebuah pohon yang disebut zatu anwat mereka pun kepincut. Di situ kaum Musyrik meminta barakah. Sedangkan mereka merasa tidak punya tempat untuk meminta hal yang sama.
Pejuang Islam yang baru meninggalkan kejahiliahan dan kesyirikan berkata: "Wahai Rasulullah, buatkanlah bagi kami zatu anwat seperti mereka".
Rasulullah SAW menjawab: "Allahu akbar" –dalam satu riwayat, subhanallah– ini adalah sunan (cara-cara). Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya sungguh kalian telah mengatakan, seperti perkataan kaumnya Musa kepadanya:
قَالُوْا يٰمُوْسَى اجْعَلْ لَّنَآ اِلٰهًا كَمَا لَهُمْ اٰلِهَةٌ ۗ
"Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". ( QS Al-A'raf : 138)
Hadis tersebut diriwayatkan Imam Ahmad dari Abu Waqid Al-Laisi. Diriwayatkan zatu anwat tersebut digantungkan di sebuah pohon sidrah. Di masa silam orang-orang kafir selalu menggantungkan senjata mereka di pohon sidrah, lalu mereka bersemedi di sekitarnya.
Abdul Malik Ibnu Ahmad Ramadhani dalam buku yang diterjemahkan Ustadz Abu Hamzah Yusuf As-Salafi berjudul As Sabiil (Ilal … wal Tamkiin) mengatakan perhatikanlah betapa agungnya hadis ini. Keadaan mereka yang baru keislamannya, tidak menghalangi Nabi SAW untuk mengingkari mereka dari satu kalimat yang akan menghantarkan pada kesyirikan.
Keadaan mereka yang rapi berkelompok keluar dalam rangka memerangi orang-orang kafir tidak mencegah Rasulullah SAW untuk mendiamkan kesalahan akidah yang ada pada mereka. Karena jika hal itu dilakukan akan lenyaplah jihad itu dan akan menimpa sesuatu yang Allah lebih tahu tentangnya. "Maka, tidak boleh selama-lamanya mendiamkan haq Allah untuk diibadahi ini satu syarat yang agung," tutur Abdul Malik.
Selama belum terealisasikan tauhid pada umat ini dan selama bersikap diam dari orang-orang lemah dan lanjut usia bahkan dari kebanyakan orang yang berpendidikan, menurut dia, maka tidak akan mungkin umat ini akan mendapatkan pertolongan atau menginginkan keberhasilan.
Jika demikian kerasnya sikap Rasulullah SAW dan marahnya karena Allah terhadap orang-orang yang hanya sekadar minta sesuatu yang serupa dengan orang-orang yang menggantungkan senjata-senjatanya pada suatu pohon tanpa menyembahnya atau pun berdoa padanya.
Maka bagaimana akan marahnya beliau terhadap orang-orang yang minta pertolongan pada penghuni kuburan atau yang membawa sebagian tanahnya supaya mendapatkan kemenangan.
Berkata Ibnul Qoyyim dalam Ighosatu lahfan: "Apabila menjadikan pohon untuk menggantungkan senjata dan berkumpul di sekitarnya adalah berarti telah menjadikan ilah selain Allah, padahal mereka tidak beribadah padanya dan tidak pula meminta padanya, maka apa kiranya dengan orang-orang yang berkumpul di sekitar kuburan, berdoa di sana dan menyeru kepadanya?"
Perang Hunain
Sekadar mengingatkan perang Hunain adalah pertempuran antara pasukan Islam yang dipimpin Nabi Muhammad melawan kaum Badui dari suku Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H. Perang ini terjadi di salah satu jalan dari Mekkah ke Thaif.
Di saat Perang Hunain, kaum muslim merasa kagum dengan jumlah mereka yang banyak. Tetapi sekalipun demikian, jumlah yang banyak itu tidak memberikan manfaat apa pun bagi mereka, karena pada akhirnya mereka lari mundur, kecuali sebagian kecil dari mereka yang tetap bertahan dengan Rasulullah SAW.
Kemudian Allah menurunkan pertolongan dan bantuan-Nya kepada Rasul-Nya dan kaum mukmin yang bersamanya.
Akhirnya, Perang ini berakhir dengan kemenangan telak bagi kaum Muslimin, yang juga berhasil memperoleh rampasan perang yang banyak. Pertempuran Hunain merupakan salah satu pertempuran yang disebutkan dalam Al-Qur'an yakni Surat At-Taubah ayat 25-27.
Pasukan muslim berhasil menangkap keluarga dan harta benda dari suku Hawazin, yang dibawa oleh Malik bin Auf ke medan pertempuran. Rampasan perang ini termasuk 6.000 tawanan, 24.000 unta, 40.000 kambing, serta 4.000 waqih perak (1 waqih = 213 gram perak).
Pertempuran ini mendemonstrasikan keahlian Ali bin Abi Thalib dalam mengorganisir pasukan dalam keadaan terjepit. Pertempuran ini juga menunjukkan kemurahan hati kaum Muslimin, yang memperlakukan tawanan dengan baik dan membebaskan 600 di antaranya secara cuma-cuma. Sisa tawanan ditahan dalam rumah-rumah khusus hingga berakhirnya Pengepungan Thaif.
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment