Kisah Nabi SAW Mencintai Pamannya, tapi Menolak Memberi Jabatan di Pemerintahan

Kisah Nabi SAW Mencintai Pamannya, tapi Menolak Memberi Jabatan di Pemerintahan
Rasulullah menolak memberi jabatan di pemerintahan kepada pamannya Abbas, padahal sang paman sangat pintar. Foto/Ilustrasi: Ist
Rasulullah SAW sangat mencintai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib ra . Kendati demikian, beliau tidak memberi jabatan di pemerintahan kepada Abbas padahal sang paman sangat menginginkan jabatan tersebut.

Diriwayatkan, pada suatu hari, Abbas bin Abdul Muthalib datang menghadap Rasulullah SAW dan bermohon dengan penuh harap, "Ya Rasulullah, apakah engkau tidak suka mengangkat aku menjadi pejabat pemerintahan?"

Paman Nabi SAW ini adalah seorang yang berpikiran cerdik, berpengetahuan luas, dan mengetahui liku-liku jiwa orang, namun Rasulullah SAW tidak ingin mengangkat kerabatnya menjadi kepala pemerintahan.

Ia tidak ingin pamannya dibebani tugas pemerintahan. la menjawab harapan pamannya itu dengan manis dan penuh pengertian. "Wahai paman Nabi, menyelamatkan sebuah jiwa lebih baik daripada menghitung-hitung jabatan pemerintahan."

Ternyata Abbas menerima dengan senang hati pendapat Rasulullah SAW tetapi malah Ali bin Abi Thalib ra yang kurang puas. la lalu berkata kepada Abbas, "Kalau kau ditolak menjadi pejabat pemerintahan, mintalah diangkat menjadi pejabat pemungut sedekah!"

Sekali lagi Abbas menghadap Rasulullah SAW untuk meminta seperti yang dianjurkan Ali bin Abi Thalib itu, lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai pamanku, tak mungkin aku mengangkatmu mengurusi cucian (kotoran) dosa orang."

Rasulullah SAW seorang yang paling akrab dan paling kasih kepada pamannya ini. Namun beliau tidak mau mengangkatnya menjadi pejabat pemerintahan atau pengurus sedekah. Bahkan Abbas tidak diberi kesempatan dan harapan mengurusi soal-soal yang bersifat duniawi, tetapi menekannya supaya lebih menekuni soal-soal ukhrawi.

Untuk yang ketiga kalinya, pamannya itu datang menghadapnya dan berharap dengan penuh kerendahan hati, "Aku ini pamanmu, usiaku sudah lanjut, dan ajalku sudah hampir. Ajarilah aku sesuatu yang kiranya berguna bagiku di sisi Allah!"

Rasulullah SAW menjawab, "Ya Abbas, engkau pamanku dan aku tidak berdaya sedikitpun dalam masalah yang berkenaan dengan Allah, tetapi mohonlah selalu kepada Tuhanmu ampunan dan kesehatan!"

Membela sang Paman

Rasulullah SAW tidak memberi jabatan di pemerintahan kepada pamannya itu bukan karena tak cinta. Kecintaan Nabi terhadap pamannya ditunjukkan dengan jelas ketika beliau sangat gusar tatkala sang paman mendapat ancaman orang lain.

Pada suatu hari, Abbas bin Abdul Muthalib pergi berhijarah ke Medinah bersama Naufal ibnul Harits. Ahli sejarah berbeda pendapat tentang tarikh hijrah paman Nabi SAW ini, namun mereka sependapat bahwa Rasulullah SAW telah memberikan sebidang tanah kepadanya berdekatan dengan tempat kediamannya.

Di Madinah terjadi pertengkaran antara seseorang dengan Abbas, yang berakar sejak zaman Jahiliah, di mana orang itu memaki-maki ayah Abbas.

Gangguan orang itu terhadap Abbas terjadi berulang-ulang sehingga menyakitkan hatinya, lalu ia ditamparnya. Kabilah orang itu tidak senang hati, mereka siap-siap akan menuntut balas.

Mereka berkata, "Demi Allah, kami akan menamparnya seperti ia menampar saudara kami!"

Ancaman mereka itu terdengar oleh Rasulullah SAW, lalu beliau mengumpulkan kaum muslimin dan naik ke atas mimbar, seraya memanjatkan puja dan puji kepada Allah SWT dan bersabda, "Wahai para hadirin, tahukah kalian, siapa orang yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wataala?"

"Engkau, ya Rasulullah!" jawab hadirin.

"Tahukah kalian bahwa Abbas itu dariku dan aku darinya? Janganlah kalian mengumpat orang-orang yang sudah mati, jangan sampai menyakiti kita yang masih hidup."

Kabilah orang itu datang menghadap Rasulullah seraya berkata, "Ya Rasulullah, kami mohon perlindungan Allah dari kegusaranmu, maafkanlah dosa kami, ya Rasulullah."

Pernyataan Rasulullah SAW tersebut menguatkan keterangan Abu Majas ra tentang sabdanya, "Abbas adalah saudara kandung ayahku. Barangsiapa yang menyakitinya sama dengan menyakitiku."Lihat (mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: