Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat Ayat 13 tentang Larangan Membedakan Suku dan Ras

Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat Ayat 13 tentang Larangan Membedakan Suku dan Ras
Surat Al-Hujurat ayat 13 menjelaskan tentang larangan manusia untuk membeda-bedakan dan menganggap tinggi atau rendah suatu suku atau ras. Foto/SINDOnews
Surat Al-Hujurat ayat 13 yang dibacakan pada pembukaan Piala Dunia 2022 di Qatar ternyata memiliki Asbabun Nuzul atau sebab turunnya tersendiri. Ayat tersebut menjelaskan tentang larangan manusia untuk membeda-bedakan dan menganggap tinggi atau rendah suatu suku atau ras.

Karena yang menjadi pembeda dari seluruh umat manusia adalah ketakwaannya kepada Allah Ta'ala. Terdapat dua riwayat yang berkaitan dengan Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat ayat 13 dalam buku "Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an" karya Imam As-Suyuthi.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abi Malikah, ia berkata: "Tatkala hari pembebasan Kota Mekkah, Bilal kemudian naik ke atas Ka'bah dan mengumandangkan Adzan. Sebagian dari orang berkata "Bukankah itu hamba sahaya berkulit hitam yang adzan di atas Ka'bah?" Sebagian lain berkata, "Apabila Allah marah, maka Allah akan mengganti dengan yang lainnya." Lalu turunlah Surat Al-Hujurat ayat 13 ini.

Riwayat lain datang dari Ibnu Asakir mengatakan dalam Kitab Mubhamat: "Aku menemukan tulisan Ibnu Basykawal bahwasannya Abu Bakar bin Dawud meriwayatkan dalam kitab tafsirnya yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Hindun. Rasulullah SAW memerintahkan Bani Bayadah untuk menikahkan Abu Hindun dengan salah seorang perempuan kabilah itu. Mereka lalu berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kami akan menikahkan anak perempuan kami dengan budak budak kami?" Maka turunlah Surat Al-Hujurat ayat 13.

Untuk diketahui, Surat Al-Hujurat terdiri atas 18 ayat (golongan surat Madaniyyah), diturunkan sesudah Surat Al-Mujaadalah. Dinamai Al-Hujuraat diambil dari perkataan Al-Hujuraat yang terdapat pada ayat 4 surat ini. Berikut firman Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 13:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujurat ayat 13)

Menurut tafsir Kemenag dijelaskan, kebiasaan manusia memandang kemuliaan selalu ada sangkut-pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah, orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa kepada-Nya.

Diriwayatkan oleh Ibnu hibban dan at-Tirmidhi dari Ibnu 'Umar bahwa ia berkata: "Rasulullah SAW melakukan tawaf di atas untanya yang telinganya tidak sempurna (terputus sebagian) pada hari Fath Makkah (pembebasan Mekkah). Lalu beliau menyentuh tiang Ka'bah dengan tongkat yang bengkok ujungnya. Beliau tidak mendapatkan tempat untuk menderumkan untanya di masjid sehingga unta itu dibawa keluar menuju lembah lalu menderumkannya di sana. Kemudian Rasulullah memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah menghilangkan pada kalian keburukan perilaku Jahiliah. Wahai manusia, sesungguhnya manusia itu ada dua macam: orang yang berbuat kebajikan, bertakwa, dan mulia di sisi Tuhannya. Dan orang yang durhaka, celaka, dan hina di sisi Tuhannya. Kemudian Rasulullah membaca ayat: ya ayyuhan-nas inna khalaqnakum min dhakarin wa untsa¦ Beliau membaca sampai akhir ayat, lalu berkata, "Inilah yang aku katakan, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian. (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmizi)

(rhs) Rizky Darmawan

No comments: