Surat Yusuf Ayat 85: Keprihatinan Saudara-saudara Yusuf Atas Kesedihan Ayah Mereka

Surat Yusuf Ayat 85: Keprihatinan Saudara-saudara Yusuf Atas Kesedihan Ayah Mereka
Saudara-saudara Nabi Yusuf (Bani Israel) merasa prihatin dengan keadaan yang dialami ayah mereka yang terus menerus bersedih. Foto/tangkapan layar film Nabi Yusuf

Ustaz Mukhlis Mukti Al-Mughni
Dai Lulusan Al-Azhar Mesir,
Yayasan Pustaka Afaf

Tadabur Surat Yusuf kali ini diceritakan ungkapan simpati dan keprihatinan saudara-saudara Yusuf (Bani Israel) atas kesedihan yang dialami ayah mereka, Nabi Yakub.

Ulasan sebelumnya, Nabi Yakub mengalami kehilangan penglihatan karena sedih mendengar Bunyamin dan Yahuda tidak kembali ke kampung dari Mesir. Nabi Yakub juga mengingat putranya Nabi Yusuf yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya.

Melihat kesedihan dan keadaan yang dialami ayah mereka, saudara-saudara Nabi Yusuf meminta agar Nabi Yakub tidak mengingat-ngingat Nabi Yusuf lagi karena khawatir penyakitnya kian parah. Berikut kisah lanjutannya dalam Surat Yusuf:

قَالُوْا تَاللّٰهِ تَفْتَؤُا تَذْكُرُ يُوْسُفَ حَتّٰى تَكُوْنَ حَرَضًا اَوْ تَكُوْنَ مِنَ الْهٰلِكِيْنَ

Artinya: "Mereka berkata, "Demi Allah, engkau tidak henti-hentinya mengingat Yusuf, sehingga engkau (mengidap) penyakit berat atau engkau termasuk orang-orang yang akan binasa." (QS Yusuf ayat 85)

Pesan dan Hikmah
1. Mendengar ayahnya teringat dengan Yusuf, maka anak-anaknya pun berkata "Masih saja ayah mengingat Yusuf. Inilah yang membuat ayah sakit-sakitan yang hampir-hampir mati." Ucapan ini sengaja mereka lontarkan sebagai rasa kasihan terhadap ayahnya yang selalu saja mengingat Nabi Yusuf, padahal mereka yang menjadi penyebab hilangnya Nabi Yusuf dan kesedihan ayahnya.

2. Adanya hubungan kuat antara kesedihan dengan penyakit fisik. Sehingga pantas Rasulullah SAW mengajarkan kita doa perlindungan dari kesedihan yang berkepanjangan. Mengingat efeknya pada pikiran, psikis hingga fisik. Sedih yang sifatnya fitrah dan sesaat adalah hal yang dimaklumi seperti Rasulullah pernah sedih dan menangis saat putranya meninggal dunia dengan mengatakan, "Sesungguhnya mata itu menangis, dan hati bersedih, sungguh berpisah denganmu membuat kami bersedih." Namun tidak boleh ada kata-kata celaan atau umpatan yang keluar atau perbuatan yang dibenci Allah saat sedang sedih.

(Bersambung)!
(rhs)

No comments: