Kisah Orang-Orang Menyatakan Diri Murtad setelah Rasulullah SAW Mengaku Isra Mikraj

Kisah Orang-Orang Menyatakan Diri Murtad setelah Rasulullah SAW Mengaku Isra Mikraj
Tatkala Nabi SAW menceriakan tentang isra mikraj, orang-orang yang tadinya muslim murtad karena tidak percaya. Foto/Ilustrasi: suara muhammadiyah
Tak sedikit orang-orang yang tadinya beriman menyatakan diri keluar dari Islam setelah Rasulullah SAW mengaku di-isra-kan. Abu Jahal benar-benar memanfaatkan momentum tersebut untuk mengolok-olok Nabi dan mengajak orang-orang murtad .

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya yang diterjemahkan Mahyuddin Syaf berjudul"Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah" (CV Diponegoro: Bandung, 1984) berkisah, sehari setelah peristiwa Isra dan Mikraj , Rasulullah SAW duduk sendirian di Masjidil Haram , merenungkan apa yang telah dialaminya.

Abu Jahal yang sedang melintas, melihat Rasulullah dan dia mendekatinya dengan maksud untuk mengolok-oloknya. “Tak adakah lagi hal (wahyu) yang datang kepadamu tadi malam?”

Rasulullah mengangkat wajahnya, melihat Abu Jahal, dan berkata, “Memang, aku telah di-isra-kan ke Baitul Maqdis di Syam (Suriah) tadi malam.”

“Dan sekarang engkau telah berada lagi di antara kita?” ujar Abu Jahal.

“Benar,” kata Rasulullah.

Abu Jahal sudah tidak dapat menahan lagi dirinya untuk mempermalukan Rasulullah, dia berteriak kepada orang-orang di sana, “Hai, Bani Kaab bin Luai! Kemarilah kalian.”

Orang-orang pun berkerumun di sana. Dengan bersemangat Abu Jahal lalu menceritakan kepada mereka apa yang telah didengarnya. Tujuannya untuk mengolok-olok Rasulullah SAW. Abu Jahal mengira saat itulah kesempatan yang baik untuk membuat orang-orang yang telah beriman meninggalkan Muhammad SAW.

Salah seorang Muslim kemudian bertanya, “Benarkah engkau di-isra-kan tadi malam, wahai Rasulullah?”

“Benar, dan di sana aku melaksanakan sholat bersama para Anbiya,” jawab Rasulullah.

Orang-orang di sana menjadi riuh rendah mendengarnya. Oleh orang-orang musyrik pernyataan Rasulullah diolok-olok, dan sebagian Muslim malah ada yang merasa ragu.

“Persoalannya sudah jelas. Perjalanan kafilah Mekkah-Syam yang terus-menerus pun memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana mungkin hanya satu malam saja Muhammad pergi pulang ke Makkah!” demikian orang-orang berkata.

Muhammad Husain Haekal dalam bukuyang diterjemahkan Ali Audah berjudul " Abu Bakar As-Siddiq : Sebuah Biografi" (Litera Antar Nusa: Jakarta, 2003) menggambarkan kala itu, tidak sedikit mereka yang sudah Islam kemudian berbalik murtad, dan tidak sedikit pula yang masih merasa ragu.

Mereka pergi menemui Abu Bakar, karena mereka mengetahui tentang keimanannya dan persahabatannya dengan Muhammad. Mereka menceritakan apa yang telah dikatakan Rasulullah mengenai Isra.

Abu Bakar ash-Shiddiq

Al-Hakim meriwayatkan dalam Mustadrak bahwa Aisyah berkata:

Para penyembah berhala datang kepada Abu Bakar dan berkata, “Apa pendapatmu tentang sahabatmu? Dia mengatakan bahwa dia dibawa tadi malam ke Baitul-Maqdis.”

Dia menjawab, “Benarkan dia mengatakan demikan?”

Mereka berkata, “Ya.”

Dia berkata, “Dia sungguh-sungguh mengatakan yang sebenarnya. Aku percaya dan membenarkannya dalam hal-hal yang lebih jauh dari itu: berita dari langit turun pada awal pagi dan sore hari.”

Jalal ad-Din as-Suyuti dalamTarikh al-Khulafa menyebut karena alasan itulah dia disebut ash-Shiddiq (orang yang selalu membenarkan/percaya).

Abu Bakar lalu pergi ke masjid dan mendengarkan Nabi yang sedang melukiskan keadaan Baitul-Maqdis. Abu Bakar sudah pernah mengunjungi kota itu, sehingga dia tahu keadaan di sana. Setelah Nabi melukiskan keadaan masjidnya, Abu Bakar berkata, “Rasulullah, aku percaya.”

Atau dalam riwayat versi lainnya Abu Bakar berkata, “Demi ayah dan ibuku yang jadi tebusanmu, hai Rasulullah! Demi Allah, sesungguhnya engkau benar. Demi Allah, sesungguhnya engkau benar!”

Dalam penelaahannya, ulama Ibnul Qayyim berkata, “Esok harinya tatkala Rasulullah SAW berada di tengah kaumnya, beliau mengabarkan apa yang diperlihatkan Allah, berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya yang agung."

“Mereka pun semakin menjadi-jadi dalam mendustakan dan mengejek beliau. Mereka meminta agar beliau menyebutkan ciri-ciri Baitul-Maqdis. Maka Allah menampakkannya, sehingga beliau bisa melihatnya secara langsung. Seketika itu beliau mengabarkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan-Nya, dan mereka tidak bisa memberi bantahan sedikit pun."

“Beliau juga mengabarkan tentang kafilah dagang mereka tatkala kepergian dan kepulangannya, tentang seekor unta milik mereka yang terlepas dari rombongan. Setelah kafilah itu tiba, maka apa yang disampaikan beliau itu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya."

“Namun semua rentetan kejadian ini justru membuat mereka semakin lari menjauhkan diri, dan orang-orang yang zalim tidak menghendaki kecuali kekufuran.”

(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: