Dinasti Ayyubiyah: Sejarah, Peradaban dan Keruntuhannya

Dinasti Ayyubiyah: Sejarah, Peradaban dan Keruntuhannya
Shalahuddin Al-Ayyubi mendeklarasikan berdirinya Dinasti Ayyubiyah sebagai pengganti Dinasti Fatimiyah. Foto/ist
Dinasti Ayyubiyah merupakan salah satu dinasti yang pernah eksis dan berpengaruh dalam sejarah peradaban Islam. Kerajaan Islam ini muncul setelah runtuhnya Dinasti Fatimiyah yang pernah berkuasa di Afrika Utara, Mesir dan Suriah.

Adapun Dinasti Ayyubiyah berpusat di Kairo, Mesir yang kekuasaannya meliputi Mesir, Suriah dan Yaman. Dinasti Ayyubiyah memiliki kaitan yang cukup lekat dengan sosok Shalahuddin Al-Ayyubi. Beliau lah pendiri sekaligus pemimpin dinasti ini.

Mengutip keterangan "Peradaban Islam Masa Dinasti Ayyubiyah (1171-1254 M)" karya Muhammad Nasir, Dinasti Ayyubiyah didirikan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi sekitar tahun 1170-an M.

Sejarah Dinasti Ayyubiyah
Bermula ketika Al-Adid, penguasa Dinasti Fatimiyah wafat pada 1171 M, Salahuddin menjadi Wazir dan diangkat menjadi penguasa Mesir dengan status wakil pemerintah Saljuk di Mesir.

Pascameninggalnya Nuruddin Zanki, barulah Salahuddin Al-Ayyubi mendeklarasikan berdirinya Dinasti Ayyubiyah sebagai pengganti Dinasti Fatimiyah yang sudah dihapuskan. Hal ini menandakan tegaknya pengaruh Sunni menggantikan Syiah.

Salahuddin mulai menegakkan kekuasaannya di Mesir. Semua tampak mudah karena rakyat memiliki ekspektasi besar terhadap kepemimpinannya, karena sebelumnya mereka merasa terzalimi oleh penguasanya.

Saat memimpin, Shalahuddin Al-Ayyubi tidak mendirikan kerajaan yang benar-benar terpusat. Dalam hal ini, dia menggunakan sistem kepemilikan turun temurun yang dibagikan dengan kerabat-kerabatnya.

Salahuddin memimpin Dinasti Ayyubiyah hingga 1193. Setelahnya, penguasa terus berlanjut dari Al-Aziz ibn Salahuddin (1193-1198); Al Mansur ibn Al-Aziz (1198-1200); Al-Adil Ahmad ibn Ayyub (1200-1218); Al-Kamil (1218-1238), hingga Al-Asyraf ibn Yusuf (1250-1254).

Peradaban Islam di Era Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah hadir di tengah-tengah konsolidasi negeri Islam yang terpecah. Akan tetapi, dalam keadaan tersebut justru Ayyubiyah mencapai era keemasan dan terus membangun peradaban Islam.

Kota-kota yang menjadi kekuasaan Dinasti Ayyubiyah menjadi pusat pengembangan peradaban dunia. Hal ini dikarenakan para penguasa dinasti menaruh perhatian lebih terhadap bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Pada bidang keagamaan, Salahuddin menetapkan Sunni sebagai mazhab resmi negara. Selain itu, mereka menempatkan diri sebagai pelindung umat Yahudi dan Nasrani di Yerusalem. Kebijakan itu membuat Yerusalem bisa berada di bawah kekuasaan muslim dalam waktu lama.

Pada bidang pendidikan, penguasa Dinasti Ayyubiyah adalah orang terdidik yang menganggap pendidikan penting. Tercatat, saat pemerintahan Salahuddin Al-Ayyubi, Kota Damaskus memiliki 20 madrasah dan lembaga pendidikan lainnya.

Beralih ke bidang kebudayaan dan arsitektur, Dinasti Ayyubiyah terasimilasi ke budaya Arab. Salah satu sumbangsih terbesarnya adalah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa tutur Mesir.

Sementara itu, beberapa bangunan arsitektur yang bisa dijadikan sumber sejarah kejayaan Ayyubiyah di antaranya adalah Menara Masjid Agung Aleppo yang dibangun Sultan Az-Zahir Ghazi, Tembok Kota Aleppo, hingga Madrasah Al-Firdaus.

Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Ayyubiyah. Selain adanya perselisihan di kalangan keluarga yang saling berebut kekuasaan, terdapat alasan eksternal juga.

Di antaranya kebangkitan Dinasti Mamluk yang membuat Sultan Al-Ma'azzam Turansyah meninggal serta serangan dari bangsa Mongol yang dikenal barbar dan kejam. Berakhirnya masa pemerintahan Ayyubiyah ditandai dengan wafatnya Al-Asyraf, sultan terakhir dan berkuasanya Dinasti Mamluk. Peninggalan Dinasti Ayyubiyah adalah Benteng Qal'ah al-Jabal di Kairo, Mesir.

(rhs)Lutfan Faizi

No comments: