Kisah Mullah Nashruddin yang Diklaim Sebagai Warisan Kebudayaan Yunani

Kisah Mullah Nashruddin yang Diklaim Sebagai Warisan Kebudayaan Yunani
Yunani menganggap Mullah Nashruddin adalah bagian dari Kebudayaannya. Foto/Ilustrasi: Ist
Mullah Nashruddin sudah menjadi milik lintas agama dan negara. Yunani mengklaim sang mullah yang sufi satirikal ini sebagai bagian dari warisan kebudayaannya. Turki tak mau kalah. Di negeri sekuler yang mayoritas penduduknya Muslim ini Mullah Nashruddin mendapat tempat yang layak.

Dalam "Religious Belief and National Belonging in Central and Eastern Europe" oleh Pew Research Center disebutkan agama di Yunani didominasi oleh Gereja Ortodoks Yunani, yang berada dalam persekutuan yang lebih besar dari Gereja Ortodoks Timur. Agama tersebut mewakili 90% dari total populasi pada 2015. Pemeluk Islam di negeri ini tidak lebih hanya 1% saja. Toh, Yunani punya klaim sendiri terkait mullah yang amat legendaris ini.

Sedangkan Pemerintah Turki, melalui departemen penerangannya, telah menerbitkan sebuah kumpulan lelucon metafisis yang dinisbatkan kepada tokoh yang dianggap sebagai guru muslim ini yang merupakan tipe-ideal mistik Sufi, meskipun Tarekat-tarekat Sufi ditindas melalui Undang-undang di Republik Turki.

"Kala Anda sampai di samudera, Anda tidak akan berbicara tentang arus sungai" demikian Idries Shah mengutip pernyataan Hakim Sanai dalam "The Walled Garden of Truth" ketika memulai menulis tentang Mullah Nashruddin dalam bukunya "The Sufis".

Dalam buku yang telah diterjemahkan M Hidayatullah menjadi "Mahkota Sufi: Menembus Dunia Ekstra Dimensi" ini, Idries Shah menulis Mullah (guru) Nashruddin adalah sosok klasik yang dirancang oleh para darwis; sebagian untuk tujuan pemberhentian (jeda) karena situasi-situasi sesaat di mana di dalamnya keadaan-keadaan tertentu dari jiwa dibuat jelas.

Nashruddin adalah seorang sufi satirikal dari Dinasti Seljuk. Beliau dipercaya hidup dan meninggal pada abad ke-13 di Akshehir, dekat Konya, ibu kota dari Kesultanan Rum Seljuk, sekarang di Turki.

Beliau dianggap orang banyak sebagai filsuf dan orang bijak, dikenal akan kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu. Beliau muncul dalam ribuan cerita, terkadang jenaka dan pintar, terkadang bijak, tetapi sering juga bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon.

Setiap kisah Nasruddin biasanya mengandung humor cerdas dan mendidik. Festival Nasreddin Hodja dirayakan secara internasional antara 5–10 Juli setiap tahun di kota tempat tinggalnya.

Menurut Idries Shah, kisah-kisah Nashruddin, dikenal secara menyeluruh di Timur Tengah, merupakan (dalam manuskrip The Subtleties of the Incomparable Nasrudin) satu dari sejumlah pencapaian ganjil (ajaib) di dalam sejarah metafisika.

Namun, kata Idries Shah, secara dangkal kisah-kisah Nashruddin lebih sering dikenal sebagai kisah humor atau bahan lelucon. Kisah-kisah itu diceritakan kembali tanpa henti di warung-warung teh dan di rombongan-rombongan pertunjukan, di rumah-rumah dan di siaran-siaran radio Asia.

"Tetapi dalam cerita Nashruddin itu inheren untuk dipahami adanya kedalaman makna. Terdapat lelucon, moral dan kelebihan lainnya yang membawa kesadaran sedikit lebih jauh menuju proses penyadaran dari kekuatan spiritual yang potensial," tutur Idries Shah.

Menurut Idries Shah, karena Sufisme merupakan sesuatu yang dijalani dan juga dipahami, cerita Nashruddin tidak bisa menghasilkan pencerahan utuh kepada dirinya sendiri.

Di sisi lain, ia menjembatani celah antara kehidupan duniawi dan suatu perubahan bentuk kesadaran dalam cara yang tidak bisa dicapai oleh bentuk kesusastraan lainnya.

Manuskrip "Kepelikan" (the Subtleties) belum pernah dihadirkan secara utuh bagi pembaca Barat. Kemungkinan karena cerita-cerita tersebut tidak bisa diterjemahkan secara tepat oleh non-Sufi, atau dipelajari di luar konteksnya, dan mempertahankan dampak esensialnya.

Di Timur, tulis Idries Shah, kumpulan cerita tersebut rata-rata digunakan untuk maksud kajian semata oleh para Sufi pemula. Lelucon-lelucon dari kumpulan tersebut secara individual telah menyebar ke hampir setiap kepustakaan dunia. Dan sejumlah lelucon tertentu dari perhatian skolastik telah dilekatkan pada cerita-cerita tersebut.

Dalam penilaian ini sebagian sebagai sebuah contoh gelombang kebudayaan, atau untuk mendukung argumen-argumen yang menguntungkan identitas-dasar humor di mana saja.

Tetapi jika karena daya tarik humor perenialnya cerita-cerita itu telah membuktikan kekuatannya, maka hal ini secara menyeluruh merupakan hal kedua bagi tujuan kumpulan cerita tersebut, yang dimaksudkan untuk menyediakan suatu dasar bagi tersedianya sikap Sufi terhadap kehidupan, dan memungkinkan pada pencapaian penyadaran Sufisme dan pengalaman mistis.

Menurut Idries Shah, legenda Nashruddin (the Legend of Nasrudin), yang dibubuhkan pada manuskrip the Subtleties dan paling tidak berasal dari abad ketiga belas, sebagian dimaksudkan untuk memperkenalkan Nashruddin.

Penyebaran humor Nashruddin tidak bisa dihalangi, ia bisa masuk melalui pola-pola pemikiran yang dihasilkan manusia melalui kebiasaan dan rancangan. Dalam sebagian sistem pemikiran yang utuh, Nashruddin ada pada begitu banyak makna yang dalam sehingga (keberadaan) dirinya tidak bisa dimusnahkan. Sebagai tolak ukur kebenaran, hal ini mungkin bisa dilihat pada fakta bahwa organisasi-organisasi yang beragam dan asing seperti the British Society for the Promotion of Christian Knowledge atau SPCK (Perkumpulan Inggris yang bergerak dalam Penyiaran Pengetahuan Kristiani) dan juga pada pemerintah Soviet, keduanya telah memanfaatkan Nashruddin.

The SPCK telah menerbitkan beberapa cerita (Nashruddin) dengan judul cerita-cerita tentang Khoja [Khwaja] (Tales of the Khoja); sementara orang-orang Rusia (mungkin dengan prinsip "Jika Anda tidak bisa mengalahkan mereka, maka bergabunglah dengan mereka") telah membuat film tentang Nashruddin dengan judul The Adventures of Nasrudin.

Tak ada seorang pun tahu siapa sebenarnya Nashruddin itu, kapan dan di mana ia hidup.

Para sarjana -- berlawanan dengan orang yang terlalu formal di mana dalam cerita-ceritanya seringkali memunculkan Nashruddin sebagai pemenang -- bahkan telah mencoba menjadikan manuskrip the Subtleties ke dalam serpihan-serpihan terpisah dengan harapan menemukan bahan biografis yang memadai.

Salah satu "penemuan" mereka pastilah akan mengingatkan bahwa ia adalah Nashruddin sendiri. Nashruddin mengatakan bahwa ia memandang dirinya sendiri secara terbalik di dunia ini, demikian papar seorang sarjana.

Dan pandangan ini ia menarik kesimpulan bahwa tahun yang diduga merupakan saat kematian Nashruddin, atau "nisannya" seharusnya tidak dibaca 386, tetapi 683.

Profesor lainnya merasa bahwa angka-angka Arab yang digunakan, jika benar-benar terbalik, tampaknya lebih menyerupai angka 274 H. Dengan seksama ia mencatat bahwa seorang darwis yang dimintainya bantuan dalam persoalan ini, "... sekadar mengatakan, mengapa tidak memasukkan seekor laba-laba ke dalam tinta dan melihat tanda apa yang dibuatnya di saat laba-laba itu merayap ke luar. Hal ini akan memberikan waktu yang benar atau menunjukkan sesuatu."

Idries Shah mengaakan sesungguhnya angka 386 bermakna 300 + 80 + 6. Jika disesuaikan dengan abjad-abjad Arab, hal ini akan berbunyi Sy, W, F, yang membentuk kata SyaWaF: "Menyebabkan seseorang melihat, untuk memperlihatkan sesuatu". Laba-laba darwis tersebut akan "memperlihatkan" sesuatu, sebagaimana yang ia katakan sendiri.
(mhy)

No comments: