Surat Yusuf Ayat 59: Balas Kejahatan Saudara dengan Kebaikan

Surat Yusuf Ayat 59: Balas Kejahatan Saudara dengan Kebaikan
Ustaz Mukhlis Mukti Al-Mughni, Dai Lulusan Al-Azhar Mesir. Foto/istimewa
Ustaz Mukhlis Mukti Al-Mughni
Lulusan Al-Azhar Mesir,
Yayasan Pustaka Afaf

Ketika Nabi Yusuf 'alaihissalam bertemu saudara-saudaranya yang pernah menzaliminya, beliau menyambutnya dengan baik. Bahkan Nabi Yusuf membalasnya dengan kebaikan. Sebuah akhlak yang sangat terpuji.

Allah mengabadikan kisahnya dalam Al-Qur'an Surat Yusuf Ayat 59. Mari kita simak lanjutan tadabur Surat Yusuf berikut pesan dan hikmahnya.

وَلَمَّا جَهَّزَهُمْ بِجَهَازِهِمْ قَالَ ائْتُوْنِيْ بِاَخٍ لَّكُمْ مِّنْ اَبِيْكُمْ ۚ اَلَا تَرَوْنَ اَنِّيْٓ اُوْفِى الْكَيْلَ وَاَنَا۠ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ

Artinya: "Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, ia berkata: "Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?" (QS Yusuf Ayat 59)

Pesan dan Hikmah

1. Kebaikan Nabi Yusuf menjadi pemimpin terlihat dalam totalitasnya berkhidmat kepada rakyat. Beliau konseptor dan eksekutor, turun tangan langsung menyambut dan melayani rakyat yang datang meminta bantuan. Beginilah harusnya pemimpin seperti dalam pepatah Arab, Sayyidul Qaum khaadimuhum (pemimpin suatu kaum adalah pelayan kaum itu). Pemimpin itu harus melayani bukan dilayani.

2. Saat tiba giliran saudara-saudara Nabi Yusuf menerima bantuan, maka beliau berpesan agar membawa saudaranya seayah (Bunyamin) di lain waktu agar mendapat jatah yang sempurna seperti saudaranya yang datang.

3. Konsep pembagian pangan oleh Nabi Yusuf ini sangat menarik. Yaitu dengan cara barter agar roda ekonomi dan usaha tetap berputar. Karenanya beliau menyarankan harus ada suatu barang yang diberikan sebagai ganti atas pangan yang diambil dari kerajaan. Tidak terkecuali para saudaranya yang juga datang tanpa tangan kosong, alias ada barang barternya.

4. "Bahwa aku menyempurnakan sukatan (ukuran)". Jangan mengurangi timbangan atau estimasi dalam menilai harga suatu barang. Begitulah Nabi Yusuf menjadi estimator atas barang-barang yang dibawa rakyatnya untuk ditukar dengan makanan, tanpa ada pengurangan sedikitpun apalagi kecurangan.

5. Nabi Yusuf membalas kejahatan para saudaranya dengan kebaikan dalam bentuk memberikan sempurna timbangan atau estimasi atas barang yang dibawanya. Bahkan barang barter yang dibawa oleh mereka sama sekali tidak diambil oleh Nabi Yusuf. Saudara lebih berhak untuk dimaafkan jika kita bisa memaafkan orang lain yang bukan saudara.

6. "Dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?". Memuliakan tamu adalah akhlak para nabi. Bahkan bukti keimanan kepada Allah dan hari Akhir terlihat dalam memuliakan tamu.

Wallahu A'lam

(rhs)

No comments: