Hadis-Hadis Palsu dan Dhaif tentang Cinta Allah Taala

Hadis-Hadis Palsu dan Dhaif tentang Cinta Allah Taala
Ada beberapa hadis palsu terkait cinta Allah taala. Foto/Ilustrasi: Ist
Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani menyebut sejumlah hadis palsu atau maudhu dan dhaif terkait cinta Allah SWT. Salah satu hadis itu berbunyi, "Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang mukmin, yang tertimpa fitnah, yang banyak bertobat."

Hadis ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dalam Zawa'id al-Musnad, dengan nomor 605, dan 810, juga oleh Abu Naim dalam kitab al-Haliyyah III /178-179, dengan sanad dari Abi Abdillah Musalmali ar-Razi, dari Abi Amr al-Bajali, dari Abdul Malik bin Sufyan ats-Tsaqafi.

Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani dalam kitabnya berjudul "Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah" dan telah diterjemahkan A.M. Basamalah menjadi "Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'" menyebut hadis ini maudhu'.

"Sanad ini maudhu'. Dalam biograftnya, Abu Abdillah ar-Razi tidak dikenal sebagai perawi," ujar al-Albani mengutip pernyataan Ibnu Hajar.

Sedangkan Abu Amr al-Bajali adalah Ubaidah. Ibnu Hibban berkata, "Tidak dibenarkan riwayatnya untuk dijadikan dalil." Kemudian Abdul Malik bin Sufyan telah dinyatakan oleh al-Husaini sebagai perawi majhul (tak dikenal). Pernyataaan al-Husaini dibenarkan oleh al-Iraqi.

Sedangkan hadis yang berbunyi "Sesungguhnya Allah mencintai pemuda yang bertobat", menurut al-Albani sebagai hadis dha'if.

Al-Iraqi sebagaimana dikutip al-Albani berkata dalam at-Takhrij IV/4-5, "Telah diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam kitab at-Taubah dan Abu Syekh dalam kitab ats-Tsawab, dari hadits Anas bin Malik dengan sanad yang dha'if."

Hadis lainnya tentang cinta Allah yang juga maudhu berbunyi: "Sesungguhnya Allah mencintai pemuda yang menghabiskan masa mudanya dalam ketaatan kepada Allah."

Telah diriwayatkan oleh Abu Naim V/360 dari sanad Muhammad bin Fadhl bin Athiyah, dari Salim al-Afthas, dari Umar bin Abdul Aziz, dari Abdullah bin Umar r.a.

Al-Albani mengatakan hadis tersebut maudhu'. "Sanad hadis ini adalah maudhu' sebab Muhammad bin Fadhl adalah pendusta. Inilah kelemahan hadis ini," katanya.

"Saya khawatir sanadnya terputus antara Umar bin Abdul Aziz dengan Abdullah bin Umar ra, sebab pada saat Abdullah bin Umar wafat, usia Umar bin Abdul Aziz baru sekitar tiga belas tahun," ujar al-Albani.

Hadis palsu lainnya berbunyi, "Sesungguhnya Allah mencintai orang yang beribadah dan bersih."

Hadis ini telah diriwayatkan oleh al-Khatib dalam at-Tarikh II/11-12, dari sanad Abdullah bin Ibrahim al-Ghiffari, dari al-Munkadir bin Muhammad, dari ayahnya, dari Jabir.

"Sanad tersebut adalah maudhu', sebab al-Ghiffari tertuduh suka memalsu riwayat," ujar al-Albani.

Selanjutnya, hadis yang berbunyi, "Kebaikan orang yang banyak berbakti sama dengan kejelekan orang-orang muqarrabin (didekatkan Allah)", disebut al-Albani sebagai hadis bayi, tidak tidak ada sumbernya.

Hadis tersebut telah diriwayatkan oleh al-Ghazali dalam Ihya IV/44, dengan redaksi: "Telah berkata orang-orang yang benar dan seterusnya."

As-Subuki berkata, "Tidak diketahui siapakah yang dimaksud oleh al-Ghazali sebagai orang-orang yang benar."

Menurut saya, barangkali al-Ghazali tidak bermaksud menyatakannya sebagai hadis. Karena itu, al-Iraqi tidak menyebutkannya dalam kitabnya Takhriij Ahadits al Ihya, namun hanya mengisyaratkan bahwa pernyataan al-Ghazali itu adalah dari ucapan Abi Said al-Kharaz, seorang sufi.

"Menurut hemat saya, makna riwayat tersebut tidak benar, sebab bagaimanapun juga yang namanya kebaikan tidak mungkin akan berubah menjadi kekejian, siapapun yang melakukannya," ujar al-Albani.

Hanya saja, katanya lagi, sesuatu amal akan berbeda hasil dan bentuknya jika si pelaku berbeda. "Itu pun dalam hal amal yang mubah (dibolehkan) dan tidak ada pujian ataupun celaan. Wallahu a'lam," demikian al-Albani.

(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: