Kisah Penghafal Al-Qur'an yang Murtad di Akhir Hayatnya

Kisah Penghafal Al-Quran yang Murtad di Akhir Hayatnya
Sungguh memilukan kisah seorang Tabiin penghafal Quran yang murtad di akhir hidupnya. Ia terpesona dengan kecantikan seorang wanita Romawi yang membuatnya lupa akan keimanannya. Foto/ilustrasi

Sebuah kisah miris sekaligus memilukan, seorang penghafal Al-Qur'an (hafizh) pada masa-Tabi'in meninggal dengan tidak membawa imannya. Ia murtad karena terpesona dengan kecantikan seorang wanita.

Benarlah apa yang disampaikan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam 14 abad lebih lalu. Beliau bersabda: "Sesungguhnya ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga, seperti yang tampak pada banyak orang, padahal sebenarnya ia ahli neraka. Dan ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka, seperti yang tampak pada banyak orang, padahal ia termasuk ahli surga."

Dalam riwayat yang shahih Beliau berpesan: "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya." (HR Al-Bukhari 6607)

Kisah penghafal Qur'an yang murtad di akhir hayatnya ini patut kita jadikan ibrah. Berikut kisahnya diceritakan Ustaz Abdul Mu'thi Al-Maidani dalam "Nasihat Sahabat".

Lelaki gagah termasuk golongan Tabi'in itu (270 H) namanya sebaik-baik nama. Di medan perang, ia dikenal sangat berani mengayunkan pedangnya menebas satu demi satu tubuh pasukan Romawi.

Selain hafal Al-Qur'an, ia terkenal akan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa Daudnya, serta ketakwaan dan keimanannya? Namun tak dinyana, terjadi musibah di akhir hayatnya.

Dia mati dengan tidak membawa iman keislamannya. Murtad sebagai Nasrani. Padahal dahulunya ia hafal semua isi Kitabullah.

Namun semua hilang tak tersisa kecuali dua ayat saja. Ayat apakah itu? Apa yang melatarbelakangi dia keluar dari agama Allah?

Pedangnya masih berkilat di tengah padang pasir yang gersang. Ia hantarkan pasukan Romawi itu ke Neraka dengan pedangnya. Tak disangka pula, nantinya dirinya pun dihantar ke Neraka oleh seorang wanita Romawi.

Tidak dengan pedang, melainkan dengan asmara. Dikisahkan, kaum Muslimin sedang mengepung kampung Romawi. Tiba-tiba mata 'Abdah tertuju kepada seorang wanita Romawi di dalam benteng.

Kecantikan dan pesona wanita pirang itu begitu dahsyat mengobrak-abrik relung-hatinya. Dia lupa, bahwa tak seorang pun dijamin lolos dari su'ul khatimah.

Tak tahan, ia pun mengirimkan surat cinta kepada wanita itu. Isinya kurang lebih: "Adinda, bagaimana caranya agar aku bisa sampai ke pangkuanmu?"

Perempuan itu menjawab: "Masuklah agama Nasrani, maka aku jadi milikmu."

Syahwat telah memenuhi relung hati Abdah, sampai-sampai ia melupakan imannya dan Al-Qur'an yang ada di hatinya. Ia seakan-akan menjadi buta dan tuli.

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya: "Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." (QS. Al-Baqarah: 7)

Pesona wanita Romawi itu telah mengubur imannya di dasar samudera. Demi tubuh cantik nan fana itu ia rela meninggalkan Islam.

Abdah pun menikahi prempuan itu di dalam benteng Romawi. Kaum Muslimin yang menyaksikan ini sangat terguncang.

Bagaimana bisa seorang hafiz yang hatinya dipenuhi Al-Qur'an meninggalkan Allah? Ketika dibujuk untuk bertaubat, ia tak bisa.Ketika ditanyakan kepadanya: "Di mana Al-Qur'an mu yang dulu?"

Ia menjawab: "Aku telah lupa semua isi Al-Qur'an kecuali dua ayat saja."

Dua ayat itu adalah:

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

Artinya: "Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di Akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim."

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ


Artinya: "Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang, dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)." (QS. Al Hijr: Ayat 2-3)

Seolah ayat ini adalah hujjah untuk dirinya. Kutukan sekaligus peringatan Allah yang terakhir, namun tak digubrisnya. Dan ia bahagia hidup berlimpah harta dan keturunan bersama kaum Nasrani.

Dalam keadaan seperti itulah akhirnya ajal datang menjemputnya. Ia Mati dalam keadaan murtad.

Astaghfirullah, seorang hafiz dan Mujahid saja bisa kehilangan imannya, bagaimana dengan kita yang kurang amalan ini.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

Artinya: "Tidak pernah kutinggalkan setelahku fitnah yang lebih dahsyat bahayanya bagi kaum pria, daripada fitnah wanita." (Muttafaqun 'Alaih)

Catatan:
Pemuda yang dikisahkan di atas adalah seorang Tabiin bernama Abdah bin Abdurrahiim berdasarkan penukilan dari Kitab Al-Bidayah wan-Nihayah yang ditulis Imam Ibnu Katsir. Beliau meriwayatkan dari Ibnu Jauzi.

Namun, hal ini dibantah oleh penukilan lainnya, bahwa yang murtad itu adalah pemuda yang tidak disebut namanya. Pemuda itu adalah pengikut dari Abdah bin Abdurrahim. Sedangkan Abdah bin Abdirrahim sendiri adalah periwayat kisah tersebut, bukan pelakunya. Wallahu A'lam.

Untuk diketahui, Abdah bin Abdurrahim memilik nama Kunyah "Abu Sa'id", seorang ulama yang saleh. Beliau dinilai shoduq oleh sebagian Ulama. Beliau wafat pada Tahun 244 H.

Berikut keterangan Ibnul Jauzi rahimahullah:

ﻗَﺎﻝَ ﻋﺒﺪﺓ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ : ﺧﺮﺟﻨﺎ ﻓﻲ ﺳﺮﻳﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺽ ﺍﻟﺮﻭﻡ، ﻓﺼﺤﺒﻨﺎ ﺷﺎﺏ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻨﺎ ﺃﻗﺮﺃ ﻟﻠﻘﺮﺁﻥ ﻣﻨﻪ، ﻭﻻ ﺃﻓﻘﻪ ﻭﻻ ﺃﻓﺮﺽ، ﺻﺎﺋﻢ ﺍﻟﻨﻬﺎﺭ، ﻗﺎﺋﻢ ﺍﻟﻠﻴﻞ، ﻓﻤﺮﺭﻧﺎ ﺑﺤﺼﻦ ﻓﻤﺎﻝ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﻌﺴﻜﺮ، ﻭﻧﺰﻝ ﺑﻘﺮﺏ ﺍﻟﺤﺼﻦ، ﻓﻈﻨﻨﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﺒﻮﻝ، ﻓﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﺗﻨﻈﺮ ﻣﻦ ﻭﺭﺍﺀ ﺍﻟﺤﺼﻦ، ﻓﻌﺸﻘﻬﺎ ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ ﺑﺎﻟﺮﻭﻣﻴﺔ : ﻛﻴﻒ ﺍﻟﺴﺒﻴﻞ ﺇﻟﻴﻚ؟

Artinya: "Abdah bin Abdurrahim bercerita: kami keluar bersama grup (Safiyah/pleton) ke negeri Romawi. Kami ditemani oleh seorang pemuda yang tidak ada bacaan Al- Qur'an kami lebih baik darinya, tidak ada yang lebih faqih, tidak pula lebih baik menjalankan kewajiban darinya, dia puasa di siang hari, sholat di malam hari.Kami melewati benteng Romawi, prajurit pun mendekatinya, dan dia turun mendekati benteng. Kami kira dia turun untuk kencing. Lalu dia melihat seorang wanita Nasrani dari belakang benteng, dia pun terpikat hatinya kepada wanita itu. Lalu dia bertanya dengan wanita Romawi itu: Bagaimana aku bisa sampai kepadamu? dan seterusnya". (Imam Ibnul Jauzi, Al Muntazham fi Tarikhil Umam wal Muluk, Jilid 12 Hal. 301. Cet. 1, 1992M/1412H. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah. Beirut. Tahqiq: Syaikh Muhammad Abdul Qadir 'Atha dan Syaikh Mushthafa Abdul Qadir 'Atha)

Semoga Allah melindungi kita dari fitnah wanita dan fitnah dunia, serta dihindarkan dari akhir yang buruk.

(rhs) Rusman H Siregar

No comments: