Aljazair Sebut 5,6 Warganya Tewas Selama Penjajahan Prancis

 

Getty Images

Aljazair mengatakan bahwa jutaan warganya telah tewas selama masa penjajahan Prancis. Hal itu diungkapkan setelah perselisihan dipmolatik dengan Prancis terjadi.

Kepresidenan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa lebih dari 5,6 juta orang Aljazair tewas selama penjajahan Prancis di Aljazair antara tahun 1830 dan 1962, ketika negara itu memperoleh kemerdekaan.

Perselisihan diplomatik terjadi setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengklaim “sejarah resmi” Aljazair “tidak didasarkan pada kebenaran” tetapi “pada kebencian terhadap Prancis”, menurut laporan, yang menyebabkan kemarahan pemerintah Aljir.

“Pernyataan Macron membawa penghinaan yang tidak dapat diterima terhadap kenangan 5.630.000 martir,” bunyi pernyataan Kepresidenan Aljazair.

Angka yang diumumkan termasuk 1,5 juta yang tewas selama perjuangan Aljazair untuk kemerdekaan antara tahun 1954 dan 1962, bersama dengan korban yang meninggal karena sisa-sisa ranjau dan radiasi setelah uji coba nuklir Prancis di gurun Aljazair, lapor Al-Araby Al-Jadeed.

Sejarawan Mohammed Al-Amin mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa sebanyak 10 juta orang Aljazair – atau “martir” menurut pihak berwenang Aljazair – diduga terbunuh selama 132 tahun pendudukan Prancis.

Sejarawan Prancis mengatakan bahwa 400.000 orang tewas dari kedua belah pihak selama perang, sementara para akademisi meyakini jumlah warga Aljazair yang tewas mencapai sekitar 1,5 juta orang.

Pihak berwenang secara resmi mengakui “martir” sebagai individu yang meninggal selama Perang Kemerdekaan Aljazair dan pemerintah juga memberikan bantuan bulanan kepada keluarga mereka di samping dukungan materi dan hukum.

“Tidak seorang pun atau apa pun yang bisa memaafkan pasukan kolonial dan kejahatan mereka,” bunyi pernyataan presiden itu.

Perselisihan itu menyusul keputusan Prancis pekan lalu untuk memangkas jumlah visa yang terbuka bagi warga Aljazair, Maroko, dan Tunisia – semuanya sekaligus diduduki oleh Prancis.

Pada hari Rabu, kementerian luar negeri Aljazair memanggil duta besar Prancis atas masalah visa.*

Rep: Nashirul Haq
Editor: Bambang S

No comments: