Kisah Wakaf Habib Bugak dan Sayidina Utsman

Kisah wakaf Habib Bugak yang manfaatnya dirasakan jamaah haji asal Aceh hingga kini. | Dok bwi.go.id

Kabar Tanah Suci

Hanya sedikit aset peninggalan Habib Bugak, sosok yang mewakafkan rumah di sekitar Masjidil Haram. 

ACHMAD SYALABY ICHSAN, Wartawan Republika 

Rona bahagia tampak berpendar di wajah jamaah yang tinggal di Hotel Shoqreyah, Raudah, Makkah. Selasa (23/6) itu, jamaah asal Embarkasi Aceh (BTJ) menerima uang tunai senilai 1.500 riyal atau berkisar Rp 6 juta.

Dana hasil wakaf yang dikelola Baitul Asyi itu sudah diterima jamaah Aceh selama 14 tahun terakhir. Pada musim haji tahun ini, 2.022 orang dalam rombongan haji yang terdiri atas 1.988 jamaah dan 34 petugas mendapatkan uang saku tambahan tersebut.

Dana itu dibagikan setelah tiga hari mereka tiba di Makkah. Jamaah harus mengambil langsung uang tersebut. Tidak boleh ada yang diwakilkan.

Kepada Tim Media Center Haji (MCH), seorang anggota jamaah asal Aceh Barat, Ledian Mart (54 tahun), mengaku sudah diberi tahu tentang adanya uang saku tambahan dari dana wakaf khusus untuk jamaah asal Aceh. Dia mengaku akan memanfaatkan uang saku tersebut untuk bersedekah. Terlebih, jamaah juga sudah mendapatkan dana living cost senilai 1.500 riyal dari Pemerintah RI.

 
Dana itu dibagikan setelah tiga hari mereka tiba di Makkah. Jamaah harus mengambil langsung uang tersebut. Tidak boleh ada yang diwakilkan.

Ena Herisna, jamaah asal Aceh Barat lainnya, mengaku akan menggunakan dana tersebut untuk membayar dam atau denda. “Alhamdulillah, saya bersyukur,” kata dia.

Seremoni penyerahan dana hasil pengembangan wakaf disaksikan langsung oleh Syekh Abdul Latif Baltou. Seorang nazir yang sudah 15 tahun mendapatkan amanah dari Mahkamah Kerajaan Arab Saudi menjadi nazir Baitul Asyi. Menurut Syekh Baltou, dana hasil wakaf itu sudah dibagikan untuk jamaah Aceh sejak 14 tahun lalu. Nilainya mencapai 70 juta riyal.

Saat ditunjuk sebagai nazir Baitul Asyi, Syekh Baltou mengaku menemukan hanya sedikit aset peninggalan Habib Abdurrahman bin Alwi alias Habib Bugak, sosok yang mewakafkan rumah di sekitar Masjidil Haram. Syekh Baltou kemudian mengembangkannya lewat bisnis berupa tiga hotel mewah dan berbagai unit usaha di Makkah dan di sekitar Masjidil Haram. Alhasil, wakaf produktif tersebut bisa menghasilkan.

 
Dana hasil wakaf itu sudah dibagikan untuk jamaah Aceh sejak 14 tahun lalu. Nilainya mencapai 70 juta riyal.

Dia lantas datang ke Indonesia untuk bertemu dengan menteri agama saat itu, almarhum Maftuh Basyuni. Ia kemudian bersepakat dengan sang menteri untuk membagikan uang kepada jamaah haji Aceh sebagai ganti dari biaya tempat tinggal mereka selama di Makkah dan Madinah.

Saat memberikan kuliah umum di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, pada 2017, nazir wakaf Baitul Asyi lainnya, Prof Abdurrahman Abdullah Asyi, berkisah mengenai sosok di balik adanya Baitul Asyi, yakni seorang saudagar Aceh bernama Habib Bugak Samalanga.

Dia membeli sejumlah rumah di Makkah pada 1224 H/1800 M. Habib Bugak lantas membuat kesepakatan dengan otoritas Saudi jika rumah tersebut dihibahkan kepada jamaah haji atau pelajar asal Aceh yang menuntut ilmu di Makkah.

Hanya saja, rumah-rumah itu terkena perluasan Masjidil Haram serta pembangunan hotel. Pihak Saudi kemudian membuat kompensasi dari tidak menginapnya jamaah Aceh di perumahan wakaf Habib Bugak yang kemudian dibayarkan dalam bentuk uang wakaf lewat Baitul Asyi.

 
Kompensasi dari tidak menginapnya jamaah Aceh di perumahan wakaf Habib Bugak dibayarkan dalam bentuk uang wakaf lewat Baitul Asyi.

Menurut Abdurrahman, wakaf tersebut telah dikelola dengan baik dengan nazir yang profesional. Pengelolaannya bahkan dilakukan oleh warga keturunan Aceh. Di Saudi bukan hanya ada wakaf Aceh. Ada pula wakaf Malaysia, Pakistan, hingga Palembang. Hanya saja, dia menjelaskan, wakaf Aceh menjadi yang terbesar.

Di Madinah, saya membaca berita itu sambil melihat hotel yang diberi judul besar-besar, Waqf Othman bin Affan. Hotel bermotif selang-seling horizontal cokelat dan krem berdiri gagah di sisi jalan raya Kota Madinah. Hotel itu menjadi buah kedermawanan sahabat Utsman bin Affan.

Khalifah ketiga umat Islam itu membeli Sumur Raumah dari seorang Yahudi. Di antara keringnya sumur-sumur di Madinah, sumur itu yang paling subur. Tekad Utsman makin kuat saat Rasulullah menjamin orang yang membebaskan sumur tersebut akan mendapatkan surga. Dia mewakafkannya hingga semua warga Madinah bisa mengambil air tersebut dengan cuma-cuma.

Sumur wakaf Utsman akhirnya dibangun kembali oleh Pemerintah Saudi. Area sumur digunakan untuk menanam pohon kurma. Hingga kini, ada lebih dari 15 ribu pohon yang berdiri di atas lahan dengan luas 100 ribu meter persegi.

 
Sumur wakaf Utsman akhirnya dibangun kembali oleh Pemerintah Saudi. Area sumur digunakan untuk menanam pohon kurma.

Kementerian Pertanian menjual kurma tersebut dan membagi hasilnya menjadi dua. Sebagian untuk anak yatim dan fakir miskin, sebagian lagi disimpan di rekening bank khusus atas nama Utsman bin Affan.

Kementerian Wakaf mengawasi pengelolaan dana di rekening tersebut. Uang di rekening itu terus bertambah hingga mampu membeli tanah di dekat Masjid Nabawi. Di tanah itu pun sebuah hotel besar dibangun.

Aset wakaf di Indonesia sebenarnya tidak kalah besar. Badan Wakaf Indonesia (BWI) mencatat ada 56 ribu hektare lahan wakaf yang tersebar di 428.820 lokasi. Sayangnya, sebagian besar lahan tersebut belum produktif karena ketiadaan dana kelola dan minimnya kemampuan nazir mengelola aset.

photo
Jamaah Aceh saat menerima dana wakaf dari nazir Baitul Asyi, Syekh Abdullatif Baltou, di kawasan Misfalah, Makkah, Saudi, Senin (6/8). - (Dok Kemenag.go.id)

Kampanye wakaf uang pun bak jalan di tempat. Realisasi wakaf produktif senilai Rp 860 miliar masih amat jauh dari potensi senilai Rp 180 triliun. Rupanya, masyarakat kita masih menganggap wakaf hanya milik orang-orang yang mampu.

Padahal, lewat inovasi, banyak lembaga filantropi yang memiliki program wakaf ritel. Orang bisa berwakaf bahkan hanya dengan uang senilai Rp 10 ribu.

Jangan terpaku pada nominal. Faktor pengali umat Islam yang akan menjadi kekuatan. Jika saja ada 10 juta Muslim berwakaf setiap bulan maka ada Rp 1,2 triliun dana wakaf yang bisa dikelola setiap tahun.

Saya pun berdoa semoga para pengelola wakaf di Tanah Air dan segenap jamaah haji bisa menyaksikan dahsyatnya keberkahan wakaf di Tanah Suci. Semoga kisah keberkahan Habib Bugak dan Sayidina Utsman bisa menginspirasi.Rol

No comments: