Imam Syafi’i dan Air Liur

 imam syafi'i air liur


Sementara santri lain memiliki pena dan kertas untuk mencatat apa yang telah disampaikan Imam Malik, Imam Syafi’i hanya mampu menggunakan tusuk sate yang dibasahi dengan air liur untuk mencatat di tangannya

SUATU hari, Imam Syafii meminta izin kepada ibunya untuk pergi belajar di Madinah. Hal ini karena beliau pernah mendengar bahwa ada seorang guru besar bernama Imam Malik yang mengajar hadits di sana.

Setibanya di Madinah, Imam Syafi’i melanjutkan perjalanan ke Masjid Nabawi dalam upacara ilmu yang disampaikan oleh Imam Malik. Saat itu Imam Malik sedang mengajar murid-muridnya yang lain tentang hadits Nabi ﷺ.

Imam Syafi’i masuk dengan langkah yang begitu tertib dan duduk bersama murid-muridnya untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh Imam Malik. Sementara santri lain memiliki pena dan kertas untuk mencatat apa yang telah disampaikan Imam Malik, Imam Syafi’i hanya mampu menggunakan tusuk sate yang dibasahi dengan air liur untuk mencatat di tangannya.

Imam Syafi’i mencatat semua yang diajarkan Imam Malik di telapak tangannya. Tanpa sepengetahuannya, Imam Malik mengamati semua perilaku Imam Syafii.

Usai pengajian, Imam Malik memanggil Imam Syafii dan menegurnya karena menganggap Imam Syafii bersikap tidak sopan dalam pengajian.

“Kenapa kamu bermain dengan lidi dan air liurmu saat aku mengajar?”

Imam Syafi’i menjawab, “Maaf Guru, saya sebenarnya tidak main-main dalam majelis ini. Karena saya tidak punya pena dan kertas, saya menulis di telapak tangan saya menggunakan lidi dan air liur untuk saya hafal.”

Imam Malik menggeledah tangan Imam Syafi’i dan tidak menemukan tulisan apapun.

Imam Malik bertanya, “Tetapi mengapa telapak tanganmu kosong dan tidak ada tulisan?”

Imam Syafi’i berkata, “Memang benar tangan ini kosong untuk menulis. Namun, saya sudah hafal semua hadits yang guru riwayatkan sebelumnya”.

Imam Malik memintanya untuk membaca kembali apa yang telah ia hafal. Rupanya Imam Malik menemukan bahwa tidak ada satu pun hadits yang tersisa dari 20 hadits yang diajarkan hari itu.

Kejadian tersebut membuat Imam Malik begitu terkesan dengan hikmah dan keseriusan Imam Syafii dalam menuntut ilmu.

Begitulah keseriusan dan kecerdikan Imam Syafii dalam mencari ilmu. Meski berasal dari keluarga miskin, namun kegigihannya dalam menuntut ilmu bisa dijadikan contoh bagi kita.*

Rep: Admin Hidcom
Editor: -

No comments: