Krisis Ulama di Akhir Zaman

Krisis Ulama di Akhir Zaman
[Ilustrasi]

Wandi Bustami

PADA sebuah seminar nasional yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)-Riau tanggal 26 Oktober 2020 di Hotel Asnof Pekanbaru-Riau, Prof. Dr. H. Akbarizan dalam penelitiannya menyebut bahwa abad 20 ini lebih banyak ulama-ulama yang meninggal daripada yang lahir.

Meninggal atau lahirnya seseorang merupakan perkara biasa. Karena hal itu sudah menjadi sunnahtullah di kehidupan dunia ini. Namun lain halnya dengan besarnya angka ulama yang wafat daripada yang lahir. Berkurangnya jumlah ulama tersebut mengisyaratkan pada zaman tertentu.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَأْخُذَ اللَّهُ شَرِيطَتَهُ مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فَيَبْقَى فِيهَا عَجَاجَةٌ لَا يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا.

Artinya: Dari [Abdullah bin ‘Amru], dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: Tidak akan terjadi hari kiamat hingga Allah Ta’ala mengambil orang-orang yang baik dari penduduk bumi hingga di dalamnya hanya tersisa orang-orang yang hina yang sama sekali tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran.” (HR: Ahmad).

Siapa yang dimaksud orang-orang baik tersebut? Syeikh Ahmad Syarīf al-Ghassān berkata: as-Syarīthotu ialah Hum Ahlu al-Khair wa ad-Dīn (mereka adalah orang-orang terbaik dalam memegang agama). Allah swt dalam firman-Nya mengisyaratkan bahwa orang-orang baik dalam memegang agama ialah umat Islam.

Allah swt berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ

“Artinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” (QS: Ali Imran 110).

Imam al-Qurthubī (w 671 H) dalam al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’ān berkata: Jika kalian (umat Islam) henda menjadi umat terbaik maka harus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dalam riwayat juga disebut orang baik itu ialah para penyeruh amar ma’ruf dan mencegah kemungkaran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ دُرَّةَ بِنْتِ أَبِي لَهَبٍ، قَالَتْ: قَامَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُ النَّاسِ أَقْرَؤُهُمْ وَأَتْقَاهُمْ وَآمَرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ، وَأَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَأَوْصَلُهُمْ لِلرَّحِمِ.

“Artinya: Dari Durrah binti Abu Lahab ia berkata, seorang laki-aki berdiri di hadapan Nabi ﷺ, sedangkan beliau berada di atas mimbar. Laki-laki itu bertanya,” Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?” Beliau bersabda: Manusia yang paling baik adalah yang paling mengerti (kitabullah), paling bertakwa, paling sering amar ma’ruf dan yang paling sering menjalin tali silaturrahmi.” (HR: Ahmad).

Orang-orang shaleh dari kalangan umat Islam ini akan gugur satu per satu. Kemudian yang tersisa orang-orang yang kualitas ilmu agamanya sangat buruk. Mereka digambarkan seperti ampas kurma dan gandum.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ مِرْدَاسٍ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْهَبُ الصَّالِحُونَ الْأَوَّلُ فَالْأَوَّلُ وَيَبْقَى حُفَالَةٌ كَحُفَالَةِ الشَّعِيرِ أَوْ التَّمْرِ لَا يُبَالِيهِمْ اللَّهُ بَالَةً قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ يُقَالُ حُفَالَةٌ وَحُثَالَةٌ.

“Artinya: Dari [Mirdas Al Aslami] dia berkata; Nabi ﷺ bersabda: “Orang-orang shaleh akan pergi (wafat) satu demi satu, hingga yang tersisa adalah orang-orang yang kualitasnya seperti ampas gandum atau kurma, dan Allah tidak memperdulikan mereka.” Abu Abdullah mengatakan; ‘Hufalah disebut juga dengan hutsalah (ampas atau dedak).” (HR: Bukhari).

Abu Hāsyim Shāleh al-Maghāmisī dalam Syarah Kitāb ar-Raqāq berkata: Hadits ini merupakan pemberitahuan akan berlaku akhir zaman (wafatnya orang-orang shaleh wafat). Ibnu Batthāl (w 449 H) dalam Syarhu Shahīh al-Bukhārī berkata: Wafatnya orang-orang shaleh pertanda kiamat kecil. Ibnu ‘Alān (w 1057 H) dalam Dalīl al-Fālihīh berkata: Dicabutnya ruh-ruh mereka (yaitu para ulama). Kemudian Ibnu ‘Alān menukil kaul al-Khattābī lalu berkata: Ketika para ulama meninggal maka yang tersisa adalah orang-orang yang kualitas ilmunya seperti ampas kurma dan gandum.*

Asatid Tafaqquh Study Club, Alumni Al-Azhar

No comments: