Juru Biaca Sekularisme

Juru Biaca Sekularisme
ilustrasi

UTBAH Bin Rabiah adalah seorang dari kalangan Kaum Quraisy yang dikenal cerdas dan memiliki kemampuaan berbicara yang baik. Ia juga memiliki kedudukan (jabatan) yang tinggi di tengah-tengah kaumnya.

Namun sayang segala potensinya digunakan untuk menghalangi dakwah Islam. Suatu hari ia juga dipilih oleh kaumnya sebagai Jubir untuk melakukan lobi pada Rasulullah ﷺ, dengan tujuan agar dakwah yang dilakukan Nabi dihentikan. Namun ia gagal membujuk Rasul.

Pasca menemui Rasulullah ﷺ sebenarnya Utbah mulai yakin bahwa Rasulullah adalah benar-benar utusan Allah. Namun hatinya tertutup karena kembali dipengaruhi teman-teman dekatnya serta sikap fanatismenya pada agama jahiliyah, sehingga ia pun mati dalam kondisi jahiliyah.

Seperti dua sejoli, saudaranya yang bernama Ubay Bin Khalaf, juga pemuka Kaum Quraisy, terus berusaha menghalangi dakwah Nabi ﷺ. Suatu ketika, Ia gunakan logika keliru untuk menentang wahyu Allah.

Suatu ketika ia mengetahui ada ayat Al-Qur-an yang menyatakan bahwa orang mati bakal dibangkitkan lagi. Utbay kemudian mengambil tulang-belulang manusia yang sudah mati, ia remukkan tulang belulang itu lalu ditiupkan ke udara di hadapan Rasulullah ﷺ.

“Wahai Muhammad, apakah engkau mengira bahwa Allah akan membangkitkan hidup kembali tulang ini?, ” demikian kata Utbah.

Rasulullah ﷺ menjawab: “Benar, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu hidup kembali, lalu menggiringmu ke Neraka.”

Maka turunlah ayat-ayat Al-Quran ketika itu;

أَوَلَمْ يَرَ ٱلْإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقْنَٰهُ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ

“Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani).” (QS: Yasin: 77). Hingga akhir Surat Yasin.

Jubir-jubir sekularisme tidak hanya ada di zaman Nabi ﷺ, bahkan terus ada hingga saat ini. Baru-baru ini ada seorang figur yang memiliki kecerdasan dengan bergelar profesor, mengeluarkan pernyataan bahwa sistem pemerintahan sesuai apa yang dijalani Rasulullah ﷺ adalah tidak boleh ditiru dengan logika seenaknya bahwa Rasul ma’sum dan dibimbing wahyu dari Allah.

Logika ini jelas bertentangan dengan nash-nash Al-Quran maupun As-Sunnah yang memerintahkan umatnya untuk meneladani atau mengikuti apapun yang dibawa Rasulullah ﷺ . Bukankah sudah jelas bahwasanya wahyu Allah yang diturunkan melalui Rasul-Nya Muhamad ﷺ juga diperuntukan bagi umatnya sampai hari kiamat?

Allah Swt berfirman:

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمْ عَنْهُ فَٱنتَهُوا۟ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS: Al- Hasyr: 7).

Karena itu, sebagai ungkapan cinta pada saudara; sudah seharusnya kepintaran maupun jabatan itu digunakan untuk menolong Agama Allah, bukan untuk menolong sekulerisme. Atau malah menjadi jubir atau penyambung lidah sekukerisme. Wallahu A’lam.*/Ali Mustofa, penulis buku

 

No comments: