Salafush Shalih di Akhir Ramadhan

Sebagian salaf tampak bersedih ketika hari raya Idul Fitri, lalu dikatakan kepadanya: "Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan"

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang melakukan ketaatan kepada-Nya dalam firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (٥٧) وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (٥٨) وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لا يُشْرِكُونَ (٥٩) وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (٦٠) أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS: al-Mukminun [23]: 57-61).

Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang ayat ini, aku berkata: “Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr, berzina, dan mencuri?”

Beliau ﷺ menjawab: “Tidak, wahai putri ash-Shiddiq! Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat dan bersedekah dan mereka takut amal mereka tidak diterima (Allah Subhanahu wa Ta’ala). Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan.” (Riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad).

Para Salafush Shalih bersungguh-sungguh dalam memperbaiki dan menyempurnakan amal mereka. Setelah itu, mereka memperhatikan dikabulkannya amal tersebut oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan takut daripada ditolaknya.  Sahabat Ali Radhiallahu ‘anhu berkata: “Mereka lebih memperhatikan dikabulkannya amal daripada amal itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (mengabulkan) dari orang-orang yang bertaqwa.” (QS: al-Ma’idah [5]: 27).

Fadhalah bin ‘Ubaid Rahimahullah berkata: Sekiranya aku mengetahui bahwa amalku ada yang dikabulkan sekecil biji sawi, hal itu lebih aku sukai daripada dunia seisinya.

Berkata Malik bin Dinar Rahimahullah: “Takut akan tidak dikabulkannya amal adalah lebih berat daripada amal itu sendiri.”

Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwaad Rahimahullah: “Aku menjumpai mereka (Salafush shalih) bersungguh-sungguh dalam beramal. Apabila telah mengerjakannya, mereka ditimpa kegelisahan apakah amal mereka dikabulkan ataukah tidak.”

Berkata sebagian salaf Rahimahumullah: “Mereka (para Salafush shalih) berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selama enam bulan agar dipertemukan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar amal mereka dikabulkan.”

Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah keluar pada hari raya Idul Fitri dan berkata dalam khutbahnya: “Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah berpuasa karena Allah Subhanahu wa Ta’ala selama tiga puluh hari, dan kamu shalat (tarawih) selama tiga puluh hari pula, dan hari ini kamu keluar untuk meminta kepada Allah agar dikabulkan amalmu.”

Sebagian salaf tampak bersedih ketika hari raya Idul Fitri, lalu dikatakan kepadanya: “Ini adalah hari kesenangan dan kegembiraan.”

Dia menjawab: “Kamu benar, akan tetapi aku adalah seorang hamba yang diperintah oleh Tuhanku untuk beramal karena-Nya, dan aku tidak tahu apakah Dia mengabulkan amalku atau tidak?”*

Penulis kitab Fiqih Ramadhan

No comments: