Mu’adzah Binti Abdillah Sang Guru yang Zuhud

Oase (ilustrasi)
Oase (ilustrasi)
Dalam menjalani kehidupannya, Ummu Shahba tidak pernah silau oleh kehidupan dunia.


Mu’adzah binti ‘Abdillah al-‘Adawiyyah dikenal juga sebagai Ummu Shahba. Dia adalah salah seorang wanita yang berasal dari Kota Basrah. Lahir dari keluarga besar yang dikenal taat kepada Allah SWT, istri dari Shikah bin Azhim ini pun terkenal dengan kezuhudan dan ketaatan. Sama persis dengan figuritas sang suami yang tersohor dengan ahli ibadah. Kebahagiaan rumah tangganya terasa lengkap dengan anugerah berupa anak-anak yang berbakti.


Dalam menjalani kehidupannya, dia tidak pernah silau oleh kehidupan dunia. Baginya, kehidupan sejati hanya ketika di akhirat kelak. Wanita salehah ini tidak pernah sekalipun meninggalkan zikir, shalat malam, dan membaca Alquran pada setiap malam. Dia selalu berlinangan air mata saat meminta ampunan pada Maha Penciptanya.


Kesaksian bagaimana kehidupan Mu’adzah diceritakan oleh Imam adz-Dzahabi. Pengarang kitab Siyar A’lam an-Nubala’ itu menggambarkan bagaimana sosok Muadzah dalam pernyataannya sebagai berikut, “Telah sampai kepadaku kabar tentang Mu’adzah bahwa dia senantiasa menghidupkan malamnya dan berkata, ‘Aku heran dengan mata yang bisa terpejam pada malam hari, padahal ia tahu betapa lamanya tidur di alam kubur.’”


Penuturan yang sama juga disampaikan oleh al-Hakam bin Sinan al-Bahili. Tokoh asal Baghdad pernah bercerita bahwa salah seorang wanita yang pernah menjadi pelayan Mu’adzah berkata, “Mu’adzah menghidupkan malamnya dengan shalat, jika rasa kantuk membuatnya tertidur, ia segera beranjak dan mondar-mandir di dalam rumah sambil berkata, ‘Wahai diriku, (lihatlah) rasa kantuk menghampirimu, jika kamu kalah dan tertidur, niscaya tidurmu di kubur akan sangat panjang, entah kesedihan atau kebahagiaan (yang akan kamu rasakan nanti).’”  “Begitulah yang ia (Mu’adzah) lakukan hingga pagi hari,” kata sang pelayan. 


Mu’adzah adalah sosok wanita yang patut dijadikan panutan, sosok yang bisa membuat malu setiap Muslim dan Muslimah yang masih suka bermalas-malasan dan merasa lemah untuk bangun pada keheningan malam.


Muadzah selalu mengatakan datangnya setiap waktu seakan-akan telah dekat kematian kepadanya. Sehingga, dia tidak pernah tidur hanya untuk beribadah.


Muhammad bin Fudhail pernah berkata, “Ayahku pernah bercerita kepadaku, dia berkata, ‘Jika datang waktu siang, Mu’adzah berkata, ‘Inilah hari di mana aku akan meninggal maka ia tidak tidur hingga sore.’” 


Jika malam hari telah tiba, ia berkata (lagi), “Inilah malam di mana aku akan meninggal.” Maka, ia tidak tidur hingga pagi. Jika dia merasa dingin (pada malam hari), ia mengenakan baju yang berbahan tipis hingga rasa dingin tersebut tidak membuatnya tidur.”


Menimba ilmu


Selain beribadah, dia juga giat menambah ilmu. Dia sempat menimba ilmu dari istri Rasulullah, Aisyah, Ali bin Abi Thalib, dari Hisyam bin Amir, dan Ummu Amr binti ‘Abdillah bin Zubair.


Beberapa ulama terkenal dari kalangan tabiin sempat berguru kepada Mu’adzah. Sebut saja, seperti Abu Qilabah, Qatadah, Ayyub as-Sakhtiyani, Ashim al-Ahwal, Sulaiman bin ‘Abdillah al-Bashri, dan masih banyak lagi yang lainnya.


Kesabaran Mu’adzah terlihat saat Allah mengujinya dengan kematian suami dan anak-anaknya yang sangat dicintai dalam satu waktu sekaligus ketika mereka berperang melawan musuh-musuh Allah. Wanita mulia ini begitu tabah menghadapi musibah tersebut.


Dia juga tidak pernah sedih berlarut-larut. Bahkan, ia berkata, “Demi Allah, tidaklah saya suka tinggal lama di dunia hanya untuk menikmati keindahan hidup dan angin sepoi-sepoi di dalamnya, tetapi saya suka tinggal di dunia ini untuk mencari cara agar saya bisa dekat dengan Rabb saya. Semoga Allah mengumpulkanku dengan Abu Shahba beserta anak-anaknya di surga.”


Ketika orang-orang datang bertakziah, Mu’adzah justru berkata, “Jika kalian datang untuk mengucapkan selamat, aku akan sambut kalian. Akan tetapi, jika kalian datang untuk tujuan lain, silakan kembali ke rumah kalian.

No comments: