Jasa Besar Pejuang Kebenaran, Wajib Disyukuri Bukan Dimusuhi!

'kita wajib menjaga dan mendukung perjuangan mereka yang menegakkan amar makruf nahi munkar serta berjuang melawan kedzhaliman'
Jasa Besar Pejuang Kebenaran, Wajib Disyukuri Bukan Dimusuhi!

Imam al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib al-Athos

AL-IMAM Ibnul Arobi al-Maliki menyatakan bahwa amar makruf nahi munkar adalah salah satu misi utama dari diutusnya para Nabi (Faidhul Qodir 5/522), karenanya al-Imam al-Mawardi menerangkan bahwa para ulama generasi salaf turun tangan secara langsung untuk menegakkan amar makruf nahi munkar lantaran manfaatnya yang meluas dan pahalanya yang sangat besar (al-Ahkam as-Sulthoniyyah 373).

Lembaran sejarah begitu banyak memuat gambaran ketegasan para ulama lintas generasi dalam menegakkan amar makruf nahi munkar. Di antaranya seorang ulama dari dzuriyyah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu al-Imam al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib al-Athos yang dimakamkan di pemakaman Sapuro, Pekalongan, Jawa Tengah.

Kisah ketegasan beliau dalam menyuarakan kebenaran sangatlah masyhur dan selalu dibacakan dalam haul beliau yang diadakan setiap pertengahan bulan Sya’ban, sehingga tidak ada kemunkaran apapun yang nampak di hadapannya atau terdengar olehnya kecuali beliau lawan kemunkaran itu tanpa pandang bulu.

Tak peduli siapa yang beliau hadapi, mulai dari rakyat jelata sampai pejabat pribumi bahkan penguasa Belanda yang saat itu berkuasa di tanah Jawa. Beliau tak menghiraukan resiko apapun yang menghadang, karena yang beliau harapkan hanya ridha Allah Subhanahu Wata’ala.

Alhabib al-Arif billah Ali bin Husein Alathas yang dikenal dengan Habib Ali Bungur dalam kitabnya Tajul A’roos (2/ 318) menceritakan dari al-Habib al-Arif Billah Alwi bin Muhammad bin Thohir al-Haddad (Empang, Bogor) bahwasanya al-Habib al-Imam Muhammad bin Idrus al-Habsyi (yang dimakamkan di Ampel, Surabaya) sangat menyanjung keberanian dan ketegasan al-Habib al-Imam Ahmad bin Abdullah bin Tholib al-Athos dalam menegakkan amar makruf nahi munkar, dalam sebuah kesempatan beliau mengatakan:

الحمد لله على وجوده بين ظهرانينا فإن ذلك مما يدل على بركة عصرنا و إنه لم يتودع منا

“Puji Syukur Bagi Allah atas keberadaan Habib Ahmad al-Athas di tengah-tengah kita, karena hal tersebut menandakan adanya keberkahan pada zaman ini, dan Allah tidak meninggalkan kita.”

Al-Habib Alwi al-Haddad (Empang, Bogor) menjelaskan bahwa dalam ungkapan di atas Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi mengisyaratkan kepada Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

إذا رأيت أمتي تهاب فلا تقول للظالم يا ظالم فقد تودع منهم ( أخرجه الحاكم في المستدرك و صححه الذهبي )

” Jika umatku sungkan untuk mengatakan kepada orang dzalim: Hei dzalim!!! maka umat ini telah ditinggalkan.”

Dalam kitabnya Faidhul Qodir, al-Hafidz al-Munawi menjelaskan bahwa maksud dari Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa umatnya telah ditinggalkan (فقد تودع منهم) adalah diamnya umat terhadap kedzaliman menyebabkan keberadaan mereka tiada artinya, bahkan mereka dihinakan oleh Allah, kedzaliman dan kemunkaran itu dibiarkan terus terjadi sehingga mereka akan mendapat hukuman dari Allah Subhanahu Wata’ala, naudzubillah min dzalik.

Karenanya, keberadaan para ulama istiqamah yang tetap lantang menyuarakan haq itu haq dan bathil itu bathil, wajib disyukuri oleh umat. Mereka berani mengambil resiko dicaci, dimaki, diancam, diintimidasi, dipenjara bahkan dibunuh, demi kemaslahatan umat.

Mereka tidak mencari harta atau tahta. Andai mereka menginginkan harta dan tahta maka diamnya mereka akan membuat mereka berlimpah harta dan memangku tahta. Nyatanya, mereka menolak harta dan tahta, memilih jalan yang penuh resiko dan lika liku demi menyuarakan kebenaran semata-mata mengharapkan ridha Allah dan keselamatan umat.

Mereka adalah aset besar umat, keberadaan mereka menjadi penyebab turunnya rahmat dan tanda masih adanya keberkahan di tengah-tengah kita.

Oleh karena itu, silakan ulama dan umat Islam berjuang dengan jalan pilihannya masing-masing, selama masih dalam koridor syariat. Karena banyak jalan menuju Makkah, alias banyak cara berjuang menuju ridho Allah. Namun, kita wajib menjaga dan mendukung perjuangan mereka yang menegakkan amar makruf nahi munkar serta berjuang melawan kedzhaliman. Jika tidak mau mendukung secara langsung, minimal sisipkan mereka dalam setiap munajat.

Jangan malah menari mengikuti irama gendang orang-orang dzalim dengan membenci, memusuhi dan mencaci para pejuang kebenaran. Padahal disadari atau tidak, umat punya hutang jasa besar kepada mereka!

Semoga Allah kumpulkan kita bersama para ulama dan pejuang pembela kebenaran di dunia dan akhirat. Amiiin.*

No comments: