Mengikis Kesombongan di Bulan Ramadhan

Perilaku manusia dibagi dua karakter. Pertama iman, tunduk kepada Allah. Kedua, kafir, ingkar terhadap segala perintah-Nya
Mengikis Kesombongan di Bulan Ramadhan

MANUSIA, jika kita merujuk dari Al-Qur’an, maka perilakunya akan terbagi dalam dua karakter. Pertama iman, tunduk kepada Allah. Kedua, kafir, ingkar terhadap segala perintah-Nya.

Meskipun ada satu kelompok manusia yang banyak menyusahkan orang-orang beriman, yakni kelompok orang-orang munafik. Kelompok ini tampak seperti Islam, tapi senang jika umat Islam sengsara.

Kembali pada soal kafir, yang menjadi induk lahirnya sikap sombong dalam diri manusia.

Dalam Al-Baqarah Allah menjelaskan kepada kita bahwa saat Allah berfirman memerintahkan seluruh malaikat sujud kepada Adam, Iblis menolak.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. 2: 34).


Ibn Katsir menjelaskan bahwa ketika Allah memerintahkan hal tersebut kepada Malaikat, Iblis termasuk yang harus tunduk. Sebab meskipun Iblis bukan dari golongan malaikat, ia telah menyerupai mereka dan meniru tingkah laku mreka.

Ibn Jarir, meriwayatkan dari Hasan Al-Bashri, “Iblis itu bukan dari golongan Malaikat, Iblis adalah asli bangsa jin, sebagaimana Adam asli bangsa manusia.”

Nah, penting digarisbawahi di sini, Iblis kemudian menolak perintah sujud kepada Adam itu.

Qatadah berkata, bahwa yang menjadi sebab Iblis tidak mau tunduk terhadap perintah Allah adalah karena ada iri dalam diri Iblis terhadap Adam yang dimuliakan oleh Allah.

Lantas Iblis berkata, “Aku diciptakan dari api sedang ia (Adam) diciptakan dari tanah.”

Jadi, ini adalah dosa pertama kali, yakni kesombongan musuh Allah, Iblis, yang merasa tidak mau sujud kepada Adam, sekalipun itu adalah perintah-Nya.

Dan, jangan diremehkan, kesombongan itu bisa menghalangi seseorang masuk ke dalam surga.


Dengan demikian, untuk selamat dari meniru-niru atau bahkan sekarakter dengan musuh Allah, Iblis, maka kita harus mengetahui dengan sebaik-baiknya, bahwa sombong, menolak kebenaran, tidak mau tunduk kepada ketentuan Allah sejatinya adalah kesombongan, yang akan menghambat jalan seseorang menuju ridha dan surga-Nya.

Oleh karena itu, momentum Ramadhan mesti menjadi media kita kembali melihat hakikat hidup ini berdasarkan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an dan Ramadhan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Bahkan di dalam Ramadhan inilah seharusnya kita banyak mengambil spirit Al-Qur’an untuk dipahami dan diaktualisasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya menanggalkan kesombongan, karena itu bukan pakaian untuk seorang hamba, seperti manusia.*/Imam Nawawi

No comments: