Kebakaran Al-Aqsha Pernah Terjadi Pada 1969

Suasana kebakaran Masjid Al-Aqsha pada 21 Agustus 1969.
Suasana kebakaran Masjid Al-Aqsha pada 21 Agustus 1969.
Kebakaran al-Aqsha ternyata sudah pernah terjadi pada 21 Agustus 1969.

Kebakaran yang melanda Masjid al-Aqsha di Yerusalem pada Senin (15/4) waktu setempat memang tidak menyebabkan kerusakan parah. Namun yang pasti membahayakan bagian situs ibadah yang berusia lebih dari 2.000 tahun itu.
Dilansir Sputnik, mengutip pernyataan Departemen Wakaf Islam Masjid al-Aqsha, api muncul dari kamar penjaga di luar ruangan shalat al-Marwani pada Senin (15/4) petang.
Namun terbakarnya Masjid tersebut ternyata bukan kali yang pertama. Setidaknya pada 21 Agustus 1969 pernah terjadi. Hal ini dikisahkan oleh seorang penulis Hanna Hassan dalam tulisan opinunya di middleeastmonitor.com. Dia mengisahkan begini:
Pada 21 Agustus 1969, seorang Kristen ekstremis Australia, Dennis Michael Rohan, berusaha membakar Masjid Al-Aqsa. Tindakannya ini mendapat restu yang jelas dari pasukan pendudukan Israel. Dan sampai sekitar 48 tahun kemudian, Masjid Mulia Al-Aqsa tetap berada di bawah ancaman sebesar sebelumnya.
Saat itu, yakni pada hari Kamis pagi ketika alarm berbunyi tiba-tiba para penjaga Palestina di kompleks Aqsa melihat asap mengepul dari sayap tenggara masjid. Setelah diperiksa lebih dekat, mereka melihat kobaran api di dalam ruangan yang dipakai untuk shalat.
Maka umat Muslim dan Kristen Palestina kemudian sama-sama bergegas ke masjid untuk memadamkan api. Celakanya pasukan pendudukan Israel mencegah masuknya mereka. Tak ayak meudian terjadi bentrokan singkat tapi sengit. Mereka pun segera berjalan ke tempat suci itu  dan mulai mengatasi api.
Namun, ternyata untuk memadakam api di Masjidil Aqsha kala itu tak mudah. Alat pemadam kebakaran gagal tak berfunsgu. Mereka pun mencari sumber air  lain, tetapi hanya menemukan pompa rusak dan selang terputus. Maka umat Islam dan Nasrani yang bersatu lalu mengambil inisiatif. Mereka dengan cepat untuk membentuk rantai manusia dan menggunakan ember dan wadah kecil lainnya untuk membawa air ke masjid yang terbakar.
Uniknya, ketika truk pemadam kebakaran dari kota-kota sekitar Tepi Barat Nablus, Ramallah, Al-Bireh, Bethlehem, Hebron, Jenin, dan Tulkarem tiba, pasukan pendudukan Israel juga mencegah mereka mencapai tempat kejadian. Mereka mengklaim bahwa adalah tanggung jawab Kotamadya Yerusalem untuk menangani situasi kebakaran tersebut. Maka api kemudian dibiarkan menyala selama berjam-jam dan sempat jilatannya mencapai jendela yang tepat berada di bawah kubah Masjid al-Aqsha, sebelum api akhirnya padam.
Dan setelah asap itu hilang, tingkat kerusakannya baru dapat diketahui. Api ternyata telah menyapu beberapa bagian tertua masjid, terutama menghancurkan mimbar kayu dan gading berusia 900 tahun yang dihadiahkan oleh Salahuddin Al-Ayubi, serta panel mosaik di dinding dan langit-langit. Kala itu kemudian ditemukan banyak area di dalam masjid yang menghitam karena terbakar.
Ketika berita tentang 'neraka api' itu menyebar, maka memantis munculnya akis demonstrasi yang panas terjadi di seluruh kota. Kota Yerusalem yang diduduki Israel pun mogok, langkah ini kemudian dicontoh oleh warga Palestina yang tingga di Tepi Barat, dan bahkan di wilayah Israel.
Sebagai reaksi untuk mengatasi meluasnya aksi demonstrasi, semua titik akses ke masjid diblokir oleh pasukan keamanan Israel. Akibatnya, ibadah shalat Jum'at yang akan berlangsung keesokan harinya tidak diadakan di kompleks. Adanya ketiadaan shlat Jumat di Masjidil Aqsha kala ini tercatat dalam sejarah sebab untuk pertama kalinya terjadi sejak masjid didirikan.< Suasana kebakaran Masjid Al-Aqsha pada 21 Agustus 1969.

Suasana kebakaran Masjid Al-Aqsha pada 21 Agustus 1969.
Foto:
Kebakaran al-Aqsha ternyata sudah pernah terjadi pada 21 Agustus 1969.


Berikutnya, seorang tersangka segera pelaku pembakaran berhasil diidentifikasi. Dia adalah Dennis Michael Rohan, seorang turis beragama Kristen asal Australia. Dia ditangkap dua hari kemudian yakni pada 23 Agustus 1969.
Ketika diperiksa pihak keamanan Israel, Rohan menyatakan bila dirinya tidak takut mengungkapkan motifnya untuk melakukan tindakan kejahatan itu. Dia malah mengaku sebagai "utusan Tuhan". Rohan sesumbar ingin mempercepat kedatangan Yesus Kristus yang kedua, yang menurutnya, hanya dapat dicapai dengan membiarkan orang Yahudi membangun sebuah kuil di tempat Masjid Al-Aqsa, di mana diklaim bahwa di tempat itu dahulu merupakan kuil yang didirikan oleh Nabi Sulaiman.
Namun, setelah itu pihak Israel mengeluarkan pernyataan. Rohan dinyatakan gila dan dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, banyak pihak yang lain skeptis bila dia menjadi satu-satunya pelaku pembakaran Masjid al-Aqsha.
Permasalahan kemudian berlanjut. Pada tanggal 28 Agustus, 24 negara mayoritas berpenduduk Muslim mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan PBB. Melalui Duta Besar Yordania untuk PBB, Mohamed El-Farra menyatakan negara-negara tersebut menyatakan:
“Menurut berita yang berasal dari sumber-sumber Israel, tersangka Australia adalah sekutu Israel yang dibawa oleh Badan Yahudi untuk bekerja untuk Israel. Badan Yahudi mengatur agar warga Australia yang bekerja di sebuah 'Kibbutz' selama beberapa bulan, sehingga ia bisa belajar bahasa Ibrani dan mendapatkan lebih banyak pengajaran Zionis.
Banyak orang tahu kehidupan orang Australia itu di Kibbutz dan impiannya membangun kuil Sulaiman.Sehingga peristiwa pembakaran itu terasa meragukan kasus. Mereka pun menyatakan adanya kasus ini telah menambah ketakutan dan kekhawatiran umat Islam tentang tempat suci mereka.
Jalan Impian Terwujudnya Negara Zionis
Surat atau petisi 24 negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim itu juga merujuk pada fenomena begitu banyak komentar yang dibuat pada tahun-tahun sebelumnya oleh pejabat Israel. Para pejabat itu telah bersumpah untuk mendirikan 'Kuil Sulaiman' di atas situs Masjid Al-Aqsa. Agresi Israel yang berkelanjutan terhadap orang-orang Palestina kala itu juga dibahas sehubungan dengan pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur dua tahun sebelumnya setelah perang 1967.
PBB pun menanggapi dengan mengutuk serangan itu dan meminta Israel membatalkan semua pengaturan yang akan mengubah status Yerusalem. Tapi, Israel mengabaikan resolusi ini, seperti yang telah dilakukan dengan semua panggilan seperti itu sebelum dan sesudah.
Kecurigaan bahwa Israel terlibat aktif dalam perencanaan dan memfasilitasi upaya pembakaran sampai kini tidak pernah dibantah. Banyak juga yang melihat normalisasi intimidasi Zionis, termasuk upaya Israel untuk menghapuskan warisan Palestina di wilayah tersebut, sebagai sumber utama mental yang menyebabkan serangan tersebut, bahkan atas semua yang buruk yang terjadi di wilayah Palestina sampai kini.

No comments: