Caravansaray dan Hotel Gratis di Era Keemasan Islam

Caravansaray adalah tempat persinggahan para musafir dan pedagang yang melewati Jalur Sutera. Biasanya mereka memakai kuda dengan banyak bawaan Melihat Caravansaray dan Hotel Gratis di Era Keemasan Islam [1]
“Bangunan caravansaray semacam ini banyak di jalur jalan ini, hampir ada di setiap 25 sampai 35 kilometer.”
Kejayaan Islam paling gemilang berakhir di Turki, Tepatnya Kekhalifahan Turki Usmani (Ottoman). Kekhalifahan ini bertahan 800 tahun (1231-1924 M ).
Dari masa itu, 500 tahun benar-benar berada di puncak kekuasaanya. menguasai seluruh daratan Asia, Afrika sampai Eropa. 200 tahun kemudian secara sistematis turun dengan berbagai macam sebab.
Saat menelusuri Turki sejauh 2800 KM, mata saya dimanjakan dengan perkebunan zaitun yang menghijau, jeruk, cherry dan beberapa diantarnya delima. Perjalanan awal tahun memang tidak menampakkan pemandangan paling indah, yaitu hamparan gandum yang keemasan, serta tulip yang bermekaran.
Saya sengaja melewati bentang tengah Turki. Jalanan yang ratusan tahun lalu merupakan jalan setapak yang dilewati kuda dan unta. Bentang inilah yang merupakan dan salah satu yang disebut Jalur Sutera. Jalur yang digunakan pedagang untuk memperkenalkan sutera dari China. Di jalur ini kemudian rempah-rempah dan semua barang-barang yang tidak ada di satu benua berpindah ke benua lainnya, juga menghubungkan China dan Eropa.
Di jalan inilah sebuah yang amat luar bisa lakukan, sutera China dan rempah-rempah asia meleawti jalur ini. Meskipun antara China dan Turki adalah musuh bebuyutan, namun dalam hal perdagangan, tetap dilakukan, begitu juga dalam menanamkan pengaruh.
“Okay… siap-siap, kita akan mampir ke rest area,” kata Ali Altin, penunjuk jalan saya sedikit berteriak. Saya hanya mengangguk dengan sedikit kesal. Karena tidak ada istimewa, sudah dua kali dalam dua jam perjalanan kita berhenti di rest area! “Kapan sampainya?,” gerutu saya dalam hati.
Setelah turun, ternyata kali ini adalah rest area yang sama sekali beda. Lebih antik, lebih eksotis. Meskipun begitu tetap saja namanya rest area. Sekali rest area tetaplah rest area. Namun pikiran dan bayangan saya buyar saat Ali menceritakan asal usul rest area ini.
“Namanya Caravansaray, terdiri dari dua kata caravan artinya kereta dan saray atau serai artinya istana, jadi istana kereta.

Caravansaray yang saya kunjungi ini adalah bangunan terbaik yang masih ada, karena bangunan ini berusia 500 tahun
. “Bangunan semacam ini banyak di jalur jalan ini, hampir ada di setiap 25 sampai 35 kilometer.” Kenapa ada di setiap jarak itu? “Karena jarak tempuh kuda perharinya rata-rata segitu,” katanya menjelaskan.
Saya penasaran. Dan minta Ali menjelaskan lebih detail. Caravansaray menurut Ali adalah tempat persinggahan para musafir dan pedagang yang melewati jalur sutera. Biasanya mereka memakai kuda dengan banyak bawaan. “Disini mereka istirahat, kudanya juga istirahat. Tak jarang ada juga proses jual beli juga disini,” katanya.
Di sinilah juga para pedagang mandi dan istirahat setelah berdagang. Tapi mereka tak hanya pedagang saja, setiap mereka yang ingin mampir ke tempat ini tidak ada larangan. Termasuk apakah mereka Islam atau non Islam. Karena mereka berasal dari banyak bangsa. “ Hebatnya, menurut Ali, menginap disini tidak dipungut biaya, gratis. Kesultanan Turki menanggung semua biayanya. Malah beberapa orang tidak menyebut ini sebagai tempat rest area, tetapi hostel (lebih sederhana dari hotel)
“Jadi, kalau mereka ingin tinggal disini, gratis, tetapi hanya tiga hari. Jika lebih mereka harus bayar,” terang Ali.*/Luthfi Subagy

No comments: