Tiga Fakta tentang Syam, Tanah Warisan Para Nabi

The Guardian Warga Suriah berjalan di antara puing-puing bangunan setelah serangan udara dari pasukan rezim
Warga Suriah berjalan di antara puing-puing bangunan setelah serangan udara dari pasukan rezim
Negeri Syam, negeri yang melimpah ruah dengan kondisi tanahnya yang subur. Alquran menyebutnya, Dalam surah al-A'araf ayat 137, Allah menegaskan bahwa negeri-negeri yang dipusakakan untuk Bani Israel tersebut tak lain adalah Syam. 
"Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya." Demikian pula, Allah menyelamatkan Ibrahim dan Luth ke negeri-negeri yang diberkahi dan tak lain adalah Syam, seperti penegasan surah al-Anbiyaa' ayat 71.
Warga Suriah berjalan di antara puing-puing bangunan setelah serangan udara dari pasukan rezim
Dalam foto yang diambil dari situs resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Jumat (2/10), terlihat sebuah bom meledak di Suriah.

Tanah yang Diberkati

Al-Imam al-Waqidi dalam bukunya yang berjudul The Islamic Conquest of Syria menyebutkan, Syam memiliki makna yang signifikan dalam penamaan Islam. Alquran menyebutnya sebagai 'tanah yang diberkati'. Negeri ini pun disebut sebagai rumah bagi kebanyakan rasul di bandingkan dengan negeri-negeri lainnya.  
Konon, menurut Yaqut al-Hamawi dalam karya monumentalnya yang berjudul Mu'jam al-Buldan, negeri Syam membentang dari Sunga Eufrat hingga ujung Aris, Mesir. Negeri ini, memiliki satu kota yang dikenal dengan Damaskus. Kota ini dijuluki dengan "Permata dari Timur".     
Warga Suriah berjalan di antara puing-puing bangunan setelah serangan udara dari pasukan rezim
Masjid Umayyah di Kota Damaskus, Suriah.

Putra Tertua Nabi Nuh

Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of Islamic Civilization menyebutkan, menurut sebuah cerita nama Syam atau Sham atau Sam diambil dari kata Syem yang menurut keyakinan sebagian orang adalah putra tertua Nabi Nuh.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, kata Syam tidak hanya dinisbatkan pada kawasan yang kini disebut Damaskus, tapi menjadi nama wilayah yang meliputi Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon. Keseluruhan wilayah tersebut, menurut beberapa pakar geografi dinamakan Suriah Raya.
Guru besar filsafat Universitas Marist, New York, Joshua Marka, seperti dikutip dari ancient.eu, mengungkapkan nama Suriah dulunya dikenal  sebagai Eber Nari (seberang sungai). Nama Eber Nari dirujuk dalam Alkitab dari Ezra dan Nehemia serta laporan oleh ahli-ahli Taurat dari raja-raja Asyur dan Persia.
Beberapa ahli sejarah juga menyebutkan nama Suriah muncul setelah Kekaisaran Asyur jatuh pada 612 sebelum Masehi (SM). Tapi, pada masa ini bagian barat Suriah masih disebut Asyur. Penyebutan nama Suriah baru dikenal pada masa Kekaisaran Seleukus.
Warga Suriah berjalan di antara puing-puing bangunan setelah serangan udara dari pasukan rezim
Salah satu sudut Kota Damaskus, Suriah.

Penyebutan nama Suriah atau Syria pertama kali digunakan oleh seorang ahli ilmu bumi dan sejarawan Yunani yang bernama Strabo (63 SM-24 M). Menurut Strabo, Suriah yang dimaksud meliputi wilayah Timur dekat antara Asia Kecil dan Mesir yang dikuasai kerajaan Romawi.

Pada saat bangsa Arab menguasai kawasan tersebut pada abad ketujuh Masehi, mereka menamakannya Barr asy-Syam (Tanah Syam), asy-Syam (Utara), atau Bilad asy-Syam (Negeri Syam). Syam yang dimaksud adalah putra Nabi Nuh. Di kalangan orang-orang Eropa, nama Syria lebih sering digunakan daripada Suriah.

Dari catatan sejarah, ada yang menyamakan nama Suriah dengan kata Suriya atau Surya yang berasal dari kata Sur. Pengertian kata Sur di sini adalah tanah berpagar atau kubu pertahanan atau kota yang dikeliling dinding atau tembok pertahanan.

Dalam perkembangannya, istilah Sur digunakan untuk menyebut sebuah provinsi Romawi yang terdiri atas wilayah-wilayah yang dihuni oleh Funisia, Yahudi, Filastin, Hyksos, Aram, Hittit, dan Amorit. Dengan demikian, nama Suriah pada masa tersebut mengacu pada suatu wilayah yang lebih luas daripada negara Suriah sekarang.
Sumber : Pusat Data Republika

No comments: