Peristiwa Seputar Hijrah
Ali di tempat tidur Nabi SAW
Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menuturkan, pemuda-pemuda yang sudah disiapkan kaum Quraisy untuk membunuh Rasulullah pada malam itu sudah mengepung rumah Nabi SAW. Pada saat bersamaan, Rasulullah menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk memakai mantelnya yang berwarna hijau dan tidur di kasur Rasulullah SAW. Nabi SAW meminta Ali supaya ia tinggal dulu di Makkah untuk menyelesaikan berbagai keperluan dan amanah umat, sebelum melaksanakan hijrah.
Sementara itu, para pemuda yang sudah disiapkan Quraisy, dari sebuah celah, mengintip ke tempat tidur Nabi SAW. Mereka melihat ada sesosok tubuh di tempat tidur itu dan mereka pun puas bahwa orang yang mereka incar belum lari.
Menurut Martin Lings dalam Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, para pemuda Quraisy yang dipilih untuk membunuh Nabi SAW itu telah sepakat untuk bertemu di luar gerbang rumah Nabi SAW saat malam tiba.
Menjelang larut malam, Rasulullah keluar rumah menuju kediaman Abu Bakar setelah beliau membacakan surah yang diberi nama dengan kalimat pembukanya, Yasiin. Ketika sampai pada kalimat, Dan, Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (QS Yasin [36]: 9).
Lalu, Nabi SAW dan Abu Bakar keluar melalui jendela pintu belakang dan terus bertolak ke arah selatan, ke arah Yaman, menuju Gua Tsur. Hal itu dilakukan untuk mengelabui para pemuda Quraisy tersebut. Mereka menutup semua jalur menuju Madinah. Para pemuda ini berencana akan menyergap Nabi SAW saat itu.
Dan, ketika memasuki rumah Nabi SAW, mereka kaget karena Rasulullah sudah tidak ada. Mereka hanya menemukan Ali sedang tidur di kasur Rasul SAW. Kafir Quraisy merasa kecolongan karena tak menemukan Nabi Muhammad SAW.
Gua Tsur
Tiada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar, selain Abdullah bin Abu Bakar, Aisyah, dan Asma' serta pembantu mereka, Amir bin Fuhaira. Abdullah diperintahkan untuk mengawasi gerak-gerik Quraisy pada siang hari dan memberitahukan keadaan di sekitar gua pada malam hari. Amir bin Fuhaira bertugas menyiapkan kendaraan untuk Nabi SAW dan Abu Bakar, sedangkan Asma bertugas mengantarkan makanan ke gua.
Sementara itu, pihak Quraisy terus berusaha mencari keberadaan Rasulullah tanpa mengenal lelah. Selain mencari ke tempat lain, sebagian di antara mereka ada yang mendatangi Gua Tsur. Tidak jauh dari Gua Tsur itu, mereka bertemu seorang gembala (menurut sebagian riwayat, penggembala itu adalah Amir bin Fuhaira), yang lalu ditanya. Mungkin saja mereka dalam gua itu, tapi saya tidak melihat ada orang yang ke sana.”
Lalu, orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu. Tapi, kemudian, ada yang turun lagi. Mengapa kau tidak menjenguk ke dalam gua?” tanya kawan-kawannya. Ada sarang laba-laba di tempat itu yang memang sudah ada sebelum Muhammad lahir,” jawabnya. Saya melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi, saya mengetahui tak ada orang di sana,” seru yang lainnya.
Sementara itu, Abu Bakar merasa khawatir jika keberadaan mereka akan diketahui pihak Quraisy. Rasulullah mengatakan, Jangan takut, Allah bersama kita.” (QS Al-Anfal [9]: 40).
Mukjizat gua
Di depan mulut Gua Tsur, terdapat sarang laba-laba, sarang burung dara, dan cabang pohon akasia yang menjuntai ke arah gua. Pohon akasia ini digambarkan oleh Martin Lings memiliki ketinggian kira-kira setengah tinggi manusia. Kemudian, mereka pun pergi meninggalkan gua.
Masih menurut Lings, di celah antara pohon dan dinding gua terdapat seekor laba-laba yang telah membuat sarangnya. Kemudian, di lubang gua—tempat seseorang mungkin akan melangkah jika ingin memasuki gua—ada seekor burung dara telah bersarang dan sedang duduk seakan-akan mengerami telur-telurnya. Sementara itu, pasangannya yang jantan sedang menjaga si betina mengerami telur-telurnya di dekat pohon yang mengarah ke gua.
Sarang laba-laba, dua ekor burung dara, dan pohon akasia inilah mukjizat yang diceritakan oleh buku-buku sejarah hidup Nabi SAW mengenai masalah persembunyian dalam Gua Tsur itu. Melihat kondisi ini, orang-orang Quraisy ini berpindah dan mencari Nabi SAW ke tempat lain.
Sehubungan dengan mukjizat ini, penulis Prancis Emile Dermenghem dalam karyanya yang bertajuk La Vie de Mahomet mengatakan, Tiga peristiwa itu sajalah mukjizat yang diceritakan oleh sejarah Islam yang benar-benar: sarang laba-laba, hinggapnya burung dara, dan tumbuhnya pohon-pohonan. Ketiga keajaiban ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi.”
Kisah Suraqah
Adapun peristiwa lainnya yang juga memberi arti penting dalam hijrah Rasulullah SAW, yakni pengejaran yang dilakukan oleh Suraqah bin Malik bin Ja'syam. Ia bermaksud menangkap Rasulullah SAW dan Abu Bakar, lalu menyerahkannya kepada Quraisy karena tergiur dengan iming-iming yang diberikan bila dapat menangkap Rasul SAW.
Namun, belum sempat mendekati Rasul, kudanya terperosok dan ia pun terjungkal. Hal itu berulang-ulang terjadi hingga akhirnya ia memohon maaf dan mengaku terus terang perbuatannya untuk menangkap Rasulullah SAW karena tergoda oleh imbalan besar yang dijanjikan orang-orang kafir Quraisy. Rasul kemudian memaafkannya.
Sumber: Pusat Data Republika
Redaktur : Agung Sasongko
No comments:
Post a Comment